Saturday, 17 June 2017

Mudik indah ke Ranah Minang

Tahun ini sama dengan tahun-tahun sebelum nya, masyarakat muslim Indonesia merasa ada yang hilang jika tidak berlebaran dikampung halaman nenek moyang nya. Bukan lagi sekedar rutinitas malah ada sebagai hal mutlak yang harus dilaksanakan walau lautan diseberangi, kota-kota dilewati dan rumah pribadi dirantau ikhlas ditinggali. So..masyarakat Minang menyebut mudik berarti pulang kampung halaman, berlebaran dan Sholat idul fitri dilapangan bersilaturahmi dengan sanak sodara yang sekampung dan seiman.

Sebuah kelurahan atau nagari seperti Sulit Air tidak jauh beda dari masyarakat lain nya di Indonesia, namun warga dan keturunan nya beruntung dan sangat dimudahkan sekali dengan kebiasaan yang sudah ada berulang kali apalagi dikoordinasikan dengan segenap pelaku organisasi yang ada siapa lagi kalau bukan SAS dan IPPSA yang boleh jadi jadi rujukan diranah minang ini. Nagari ini sudah menjadi percontohan dan populer kalau tidak disebut sangat kompak, oleh orang diluar sana. Itulah yang seharus nya terjadi ada komunikasi kuat sanak sodara baik kampung dan perantauan. Boleh lihat contoh, ketika instalasi air pam sudah masuk nagari orang rantau sudah tahu. Ulang tahun Sulit Air bagaimana sejarah nya, orang rantau bahkan merasa lebih tahu. Hal positif bahkan negatif pun, akan cepat ditangkap dan menjadi bahan cerita, ada yang menilai sempit bahkan ada yang berpandangan terbuka tentu semua itu dalam wujud menjaga rasa perbedaan tidak lah elok terlalu ditampakan. Semua nya memang harus menjalin kontak person, kontak sodara, kontak usaha, bahkan kontak organisasi seperti SAS dan IPPSA tidak akan sulit didapat jika berkemauan.

Dunsanak yang se-Iman, adakah sudah kita menghayati dengan segenap kebahagiaan yang benar benar bisa dirasakan untuk semua, untuk sanak sodara kita yang tinggal dikampung sana ? apakah kita hanya sekedar berlebaran, memperlihatkan kebahagiaan pribadi sementara pahit asam kehidupan dikampung cukup sodara kita yang merasakan. Dengan apa mereka bisa terbawa bahagia ? tentu dengan sikap dan kepribadian yang sudah ada tuntunan dalam adat nan empat dan Islam dengan lima rukun nya, meskipun dalam beberapa hal ada perbedaan namun ada rahmat didalam nya yang perlu kita syukuri.
Sejogyanya mudik dikampung halaman memberi kesan yang tak terlupakan untuk kita bisa bawa kelak ke rantau nanti, baik yang masih gadis-bujang maupun yang sudah berkeluarga. Setidak nya pengalaman kita memberi rasa penasaran bagi yang mendengarkan. Jika itu indah rasanya apa yang harus dilakukan ? ada beberapa sikap yang perlu menjadi referensi untuk kawan-kawan diluar sana. Diantara nya :  

  • SALAM : lain lubuk lain belalang, lain tempat lain pula hidup nya. Memberi salam itu rahmat, apalagi yang memulai duluan. Berkenalan dan  memberi senyuman cukup memberi kesan orang rantau masih beradab dan memiliki sopan santun. Walau hal ini sangat sepele namun banyak yang masih mengabaikan nya, mulai lah saat ini menebar salam minimal ke tetangga, InsyaAllah.
  • SILATURRAHIM : Jauh-jauh dari rantau hanya untuk sholat idul fitri, gak salah ? ada hal yang lebih mulia mengiringi yang sunnah tersebut selain bertamasya yakni mengunjungi sanak sodara, keluarga ibu, keluarga bapak (bako), sawah dan ladang serta rumah gadang suku sendiri. Niscaya akan merasakan sensasi luar biasa jika itu sudah dilakukan, orang yang dkunjungi juga ikut berbahagia.
  • BERBAGI : selama bertahun-tahun dirantau, selama itu pula tak putus-putus nya nikmat Allah yang telah dilimpahkan. Adalah ketenangan jiwa yang luar biasa jika, sodara orang rantau mampu dan mau untuk sedikit berbagi rupiah dengan orang-orang dikampung. Baik itu keluarga dekat, maupun teman ataupun tetangga dan orang-orang yang masih belum diberi kemudahan rizki. Saat nya lah kita berbagi dengan uang rupiah baru didompet, niscaya tidak akan berkurang rizkinya.
Semua itu kembali kepada pribadi masing-masing, mudik mengesankan itu seperti apa indah nya, mari renungkan betapa syahdu nya jika salam, Silaturahim dan berbagi bisa diaplikasikan secara bersamaan. Jikalau hanya bisa bergaya perlente, bermewah mewah, rasanya diatas langit masih ada langit yang lebih tinggi lagi. Semoga lebaran tahun ini memberi kemuliaan untuk kita, keberkahan bagi kampung halaman, akhir kata penulis ucapkan selamt hari raya Idul Fitri 1428H. 
--- Sekian ---