Siapa yang tidak kenal dengan Masjid Raya, adakah yang belum pernah mencoba sholat berjamaah di sajadah masjid ditengah nagari 13 jorong ini ? berarti dia belumlah melekat darah Sulit Air itu asumsi pribadi. Masjid raya adalah bagian dari kebanggaan ummat Muslim kecamatan X koto diatas, khusus nya nagari bergelar dimasa kerajaan pagaruyuang sebagai nagari Cumati koto piliang.
Belum lama ini, ada keluarga dermawan domisili Jakarta, dengan penuh keikhlasan dan rasa cinta kepada negeri nya ingin mengabdikan dalam bentuk wakaf harta. Yakni keluarga (Alm) H. Marjohan ingin memperbaiki, memperbaharui Masjid Raya untuk lebih indah lagi. Sumbangan ini juga wujud amanah dari almarhum untuk ranah moyang nya & itu diteruskan kepada anak dan menantu (Alm) H. Marjohan untuk segera ditunaikan. Ya, kisah amanah tersebut hanyalah untuk memperindah masjid Raya bukan yang lain. Sepenggal kata dan cerita bisik-bisik yang didengar saat ini.
Pemerintah nagari melalui Ibu Wali Hj. Alex Suryani sudah purna dengan sikap nya untuk menyambut niat baik ini, diperantauan SAS bagian dari diaspora minang, diwakili oleh DPP SAS juga turut serta mengamini hajatan mulia ini. Serta beberapa pihak lain sebagai penyambung lidah, banyak yang ikut setuju.
Namun dalam hal ini, jika ada yang setuju tentu ada yang keberatan - tidak rela masjid ini dirobohkan. Apa sebab ? alasanya - Masjid belum lama dipugar, terakhir tahun 2016 merombak kubah dan atap habiskan dana lebih kurang 500 juta rupiah. Keengganan lainnya - masjid ini masih menyimpan banyak kenangan bagi mereka yang pernah sholat disini. Sebuah alasan logis masih bisa diterima akal sehat, itu tentu karena rindu dan cinta terhadap rumah Allah.
Setuju atau ditolak masjid ini dipugar ? Konservatif dalam bersikap, bisa membawa mudhorat dan juga manfaat. Namun dalam hal ini tentu dengan bijak kita akui, perubahan itu akan dan selalu terjadi sepanjang waktu sepanjang hari, tak terelakkan. Perubahan zaman, jika tidak ikut akan ketinggalan. Namun begitu kemajuan zaman, jangan pula terbawa godaan tetapi jangan pula terlena dengan masa silam. Sementara dilain tempat dan dimasa yang sama, nagari-nagari lain sudah menunjukan peran.
Blue print atau cetak biru masjid raya ini sudah dibuat, dengan konsultan keluarga beliau sendiri. Saran dan harapan kepada segala khalayak tetap diminta untuk menyempurnakan masjid ini nanti nya. Dalam rancangan nya, masjid ini mengambil disain berbagai masjid dibelahan dunia lain, seperti negara India, Turki. Dan itu perlu beberapa penyempurnaan lagi, seperti parkir untuk kendaraan, ruang aula, denah dua lantai, bahkan bak besar penampung air pun tidak luput dalam pemikiran bersama.
Hingga nanti nya bisa memberi manfaat nyata untuk segenap masyarakat dinagari Sulit Air. Kalau melihat wujud arsitekturnya bisa angka milyaran rupiah yang beliau korbankan. Tentu itu dari donatur keluarga Almarhum.
Akhirnya kembali kepada masyarakat Sulit Air sendiri, apakah menyetujui ataukah menunda, mengalihkan, lalu bagaimana dengan sikap keluarga besar H. Marjohan menerimakah? Kabarnya dalam waktu dekat, segenap tokoh rantau dan perangkat nagari juga akan rembuk kembali di sebuah universitas besar di Jakarta. Tepat nya dikantor bapak Prof. Jurnalis Uddin ketua Yayasan Yarsi, yang juga turut serta menyumbang empat tahun silam memugar masjid raya.
Orang SAS atau Sulit Air itu kaya-kaya kata orang luar berucap, tidak benar dan tidak juga salah. Yang mendekati benar adalah orang Sulit Air itu, sangat cinta kepada nagari nya dan itulah yg terjadi. Polemik ini bagian dari dinamis nya masyarakat Sulit Air. Semoga saja kita bagian yang manusia membawa kebaikan untuk kampung halam nagari ampek suku ini.
Masjid Raya saat ini |
--- Sekian ---