Tuesday 26 May 2015

Riwayat Balairungsari



          Balairungsari atau tempat permusyawaratan adat tingkat nagari, tempat nya dulu berlokasi disekitaran masjid Darul muttaqin jorong Koto tuo. Begitu pula keberadaan masjid Raya juga berlokasi disini, tetapi namanya bukan masjid Raya tapi surau Balai-balai, karena bersebelahan dengan Balirungsari. Dulunya pusat kanagarian Sulit Air berada di Koto tuo (kota tua) ini, tapi dengan bertambah nya populasi penduduk nagari kemudian pusat kota berpindah ke tempat yang lebih besar yakni Koto Gadang. Karena pusat nya pindah ke Koto Gadang, maka Balirungsari nya dipindahkan ke Balilamo seperti yang kita lihat sekarang ini.

          Sedangkan Masjid balai-balai ikut serta juga dipindahkan tapi bukan ke Balailamo namun ke jorong Silungkang itu karena lebih adil nya pemerataan dulu nya, karena jorong yang berlaku dulunya cuma ada tiga yakni Koto tuo, Koto Gadang dan Silungkang. Selanjut nya dengan peralihan ini bagaimana dengan Koto tuo ? Karena Balairungsari sudah dipindah ke Balilamo maka balai (pasar) yang tadi nya di balailamo dipindahkan kan ke Koto tuo sekarang yang kita ketahui sekarang ini.

         Karena itu pulalah sebab nya Koto gadang populer dengan nama Balailamo atau Balaiusang, karena jauh sebelum pasar Koto tuo berada disinilah tempat nya awal dahulu. Balairungsari yang dibangun di Koto gadang itu memiliki filsafat yang demikian tinggi sebagai pelambang bagaimana seharus nya karakter sifat-sifat orang Sulit Air yang "Tidak lagi Barajo ke Pagaruyuang" dengan dua sisitim kelarasan nya itu. 

         Begitu bernilai nya setiap unsur yang dibangun dalam rumah adat Balairungsari tersebut hingga memilki makna nya masing-masing, maka jika dirangkai pembangunan Balirungsari termaktub dalam rangkuman sebagai berikut :
  1. Gonjong nya berbentuk kepala kerbau dengan tanduk nya menghadap ke atas yang dinamai "Gonjong rabuang saumbuik". Identikdengan sifat kerbau diambil karena adalah binatang yang sabar, tetapi kalau sudah sampai pada batas nya marahnya tidak pula tanggung-tanggung.
  2. Kolam dibawah lantai (bermain air) adalah perlambang rasa perlindungan dan kasih sayang kepada anak-anak.
  3. Bandar (got) disekelilingnya Balairungsari Mengandung kiasan: hanyut nya harus dipintasi, hilang nya nya harus dicari, tabanam nya harus diselami.Perlambang persaudaraan dan Solidaritas.
  4. Balairungsari tidak berdaun pintu. Mengandung kiasan musuh tidak dicari-cari, namun bertemu pantang di elakan. Aso hilang duo tabilang.
  5. Anak tangganya ada tiga. Perlambang bahwa ada tiga tingkatan penghulu di Sulit Air yakni Datuk Suku, Daruk Ninik dan Datuk Andiko. Akan tetapi perbedaan tersebut bukan berarti perbedaan kasta atau tingkat derajat.
  6. Balairungsari nya tidak beranjung dikiri dan dikanan (hanya ada satu lantai). Perlambang dari hak otonomi yang diperoleh nya. Dalam pergaulan rakyat di Sulit Air populer kalimat " Suliek Ayie indak barajo ka pagaruyuang". Karena sebelumnya wilayah teraguang Sulit Air dalam Koto Piliang malahan jadi "Cumati Koto piliang". Akan tapi semenjak diperolehnya hak otonomi tersebut tidak lagi menganut laras Koto-Piliang ataupun laras Bodi-Chaniago.
  7. Balirungsari nya memiliki bandar (got)tapi tidak ada titian, gerbang masuk lebih rendah dari pada orang hingga harus merunduk.Perlambang dari pepatah adat "Malompek samo-samo patah, marunduok samo-samo bungkuak".
  8. Balairungsari memilik dua tangga kekiri dan ke kanan.Yang kikiri (pangkal) adalah tempat duduknya para Bundo Kanduang dan yang kekanan adalah duduknya para Penghulu dan orang-orang ampek jinih. Adapun duduk dilantai tengah ditempati para ninik mamak dan kaum ibui lainya. Disini harus tau juga tempat duduk dan posisinya masing-masing. dalam kiasan nya "Awk sapek maraso diri pulo sabagi Kalai, lah basirah-sirahkan pulo mato".
  9. Balairungsari tidak berjendela. Perlambang bahwa orang Sulit Air itu bersifat terbuka, terus terang, bersuluh matohari & bagalanggang dimato urang banyak. Labih mengandung sifat bahwa di nagari tidak adasesuatu rahasiapun yang tidak tersingkap, akhirnya toh diketahui orang banyak juga.
  10. Balairungsari dibawahnya berkolong lepas. Perlambang "ingek-ingek nan diateh - nan dibawah kok nyo maimpok".
  11. Balairungsari memiliki tiga pamakuok yang (kayu) ujung pangkal nya menghimpit paran panjang, muka belakang. Perlambang dari dasar pemerintahan nagari dirangkai dalam satu kesatuan yakni : Agama - Adat dan Daulat. 
 

Sumber: Asal-usul negeri & persukuan nagari Sulit Air (H.Rozali Usman & Drs.H. Hamdullah Salim)

No comments:

Post a Comment