Secara umum orang Awak baik di Sumatera Barat maupun di perantauan sedikit banyak nya mengenal apa itu SAS sebagai wadah perkumpulan orang-orang Sulit Air. Yakni bagian organisasi sosial, khusus mewadahi pengabdian dan merekatkan silaturahhim antar warga se-nagari dimanapun dia berada. Sudah 46 tahun yang silam perkumpulan ini berjalan, selama itu pula kiprah nya tidak jauh-jauh dari mewujudkan kekompakan di rantau, bermuara pula nanti nya kepada masyarakat dikampung dengan sumbangsih nyata baik pribadi ataupun secara organisasi.
Semua itu tak lepas dari sifat para orang-orang tua dahulu untuk selalu menanamkan rasa sosial dan ber-sosial sebaik mungkin dimanapun berpijak. Kalau lah menilai dengan kaca mata organisasi untuk meraih kesuksesan, satu-satu nya yang mendapat keuntungan adalah nagari Sulit Air itu sendiri. Mengapa demikian, dari sinilah tolak ukur untuk berfikir menilai untuk siapa & dimana tujuan akhir dari kebaikan tersebut ? Tentu masing-masing kepala memiliki asumsi sendiri, yang jelas dari penulis tidak memungkiri ada setiap insan untuk selalu berbuat baik terang-terangan maupun diam-diam itu tidak bisa dihindari, utama nya memprioritaskan untuk kemakmuran kelompok, suku maupun ide yang dimiliki masing-masing.
Mungkin disitu pula arena bersaing dalam makna positif, untuk memajukan manusia-manusia dan membangun nagari nya menjadi kebiasaan. Bahkan dengan menggebu waktu dulu para orang-orang cerdas dan idealis, sangat rindu untuk berkumpul menumpahkan satu ide yang hanya angan-angan bisa menjadi kenyata'an. Dalam proses mendeklarasikan sebuah wadah-wadah untuk menghidupkan ranah perjuangan dan kebanggaaan akan ke "akuan" Sulit Air nya, lumrah menjadi sebuah rutinitas dikala senggang. Ada yang memprioritaskan tema kebangkitan adat istiadat, ada juga membentuk forum ekonomi dagang, ada lagi membentuk koperasi, ada pula berjalan dengan kental irama dakwah, ada yang bangun program sekolah-pesantren, bahkan untuk sekedar menghibur diri dimasa tua pun perlu juga di wadahi dalam sebuah organisasi. Setahu penulis yang pernah ingat dari tahun 1950an sudah ada 19 organisasi selain dari SAS yang pernah mecoba memikat para perantau semata untuk memajukan ranah nagari kampung halaman nya sendiri.
Peresmian GONTOR 11 di Talago Laweh (2009) |
Terakhir yang pernah terdata dalam memori penulis adalah kemunculan organisasi ke-19 yakni DDR (Dewan Dakwah Risalah). Adalah khusus tentang manajemen dakwah dan kebangkitan nilai-nilai Islam yang diperjuangkan dari perkumpulan DDR ini. Diawalnya program nya berupa mengelola dan mendidik insan putra-putri Sulit Air berakhlak pesantren, sampai meng-golkan proyek nyata "dunia-akherat" harus ada di nagari Sulit Air. Apa itu ? adalah terwujud nya sebuah cita cita mulia yakni pesantren GONTOR yang ke-11 di Indonesia ada di Ompang, Talago Laweh. Unik nya DDR ini di isi oleh para dedengkot SAS, sebutlah Rainal Rais Rajo Sati nan Mulie, Prof Dr. Amin Nurdin, Syaiful Sirin Dt. Rajo Mangkuto dll. Memang waktu itu sempat ada perbedaan cara pandang dari oganisasi SAS, namun dalam ending nya DPP SAS hadir dalam peresmian Gontor 11 membuktikan kekompakan dan sepakat untuk kemakmuran nagari diatas segala nya. Akhirnya ke-19 perkumpulan yang pernah hadir dalam masyarakat adalah bagian dari dinamis nya nagari Sulit Air itu sendiri.
Mengapa SAS masih ada ? tidak lain, adalah timbul nya kesadaran membangun nagari dan rasa sosial bersama sama, punya niat untuk ikut serta terlibat dalam pergerakan. Namun ada hal yang paling krusial dalam mewujudkan kebersamaan ini, apa itu ? yakni filosofi "membantu dengan PIHARTENDO". Filosofi ini jarang didengar, terkahir digaungkan ketika era nya (Alm) H.Rainal Rais Dt. Rajo Sati nan Mulie. Pihartendo, adalah sebuah sikap bantuan yang nyata bergerak bersama-sama akan terwujud nya sebuah program disepakati bersama dalam satu forum.
Bagian dari Pihartendo tersebut ada empat, yakni :
Mengapa SAS masih ada ? tidak lain, adalah timbul nya kesadaran membangun nagari dan rasa sosial bersama sama, punya niat untuk ikut serta terlibat dalam pergerakan. Namun ada hal yang paling krusial dalam mewujudkan kebersamaan ini, apa itu ? yakni filosofi "membantu dengan PIHARTENDO". Filosofi ini jarang didengar, terkahir digaungkan ketika era nya (Alm) H.Rainal Rais Dt. Rajo Sati nan Mulie. Pihartendo, adalah sebuah sikap bantuan yang nyata bergerak bersama-sama akan terwujud nya sebuah program disepakati bersama dalam satu forum.
Bagian dari Pihartendo tersebut ada empat, yakni :
- PI = Pikiran. Inilah fungsi peran ketua sebagai puncuk pimpinan atau pengurus SAS cabang atau pusat, mencurahkan segala ide-ide dan kemauan bergerak menjalankan roda perkumpulan SAS sebagai mana mesti nya. Tiada waktu yang senggang tidak luput dalam memikirkan perkumpulan ini, bahkan sampai terancam periuk nasi pun, yang roda organisasi tetap dijalankan. Itu sebab nya yang kelak menjadi pemimpin/ketua SAS rela dan siap untuk "bermandi kudo" mengorbankan segala potensi yang dimiliki.
- Har = Harta. Jalan nya organisasi tak akan terlaksana dengan mengabaikan bantuan para warga yang dermawan dan peduli. Ini adalah penopang paling utama, kelancaran kegiatan yang dijalankan. Disinilah mulia nya, sampai disebut orang diluar bahwa "Urang SAS kayo-kayo" padahal pameo ini diselamatkan dengan kedermawanan orang-orang yang lebih harta nya. Sangat banyak orang-orang mampu dinagari ini, namun sikap kedermawanan adalah bagian terpuji yang sangat berarti menngangkat kekuatan organisasi ini.
- Ten = Tenaga. Jikalau filosofi yang diatas belum dimiliki, inilah peran yang dihitung sebagi motor utama berjalan nya setiap kegiatan. Tenaga yang dibutuhkan tidak akan mampu pengurus SAS emban sendiri, adalah orang-orang penuh dedikasi mencurahkan rasa memiliki nya dengan filosofi ini. Sejauh mana pimpinan organisasi mengakomodir kemampuan warga sekitar, akan semakin baik dan hidup pula SAS di daerah itu bergerak.
- Do = Do'a. Inilah seminim-minim nya kemampuan dari masyarakat Sulit Air, jikalau tiga filosofi yang disebut diatas tidak dimiliki satupun. Do'a kan organisasi ini berjalan dengan rel kebaikan dan irama persatuan. Andaipun membicarkan tentang kelemahan organisasi, bantulah dengan saran yang mulia serta doa semoga lancar akan semua kegiatan.
Selama 30 tahun belakangan ini sejak tahun1986, hanya ada tiga orang yang menjadi pemimpin. Setiap ketua dan pengurus nya, berbeda pula dalam program nya. Boleh kita menilai pada era bapak Rainal Rais (RR) lebih fokus kepada mempopulerkan SAS kemana mana, hingga terasa lebih membumi dalam setiap langkah nya selama 12 tahun memimpin. Lain hal nya kepada Zulherfin Zubir, lebih terasa pembangunan fisik gedung-gedung pertemuan setiap cabang SAS, puncaknya berdiri dengan gagah gedung pusat DPP SAS jalan Saharjo Jakarta Selatan serta mendapatkan income untuk kas organisasi. Kepemimpinan yang ke tiga telah berjalan tahun ke-6, bapak Zakarsih Nurdin lebih terarah menuju akan tertib organisasi. Banyak gedung aset warga SAS di rantau, tapi kepimilikan masih atas nama individu atau yayasan. Pada momen inilah saat nya dikembalikan atas nama SAS cabang masing masing.
Pelantikan cabang SAS Depok, terlihat dua mantan ketua umum ikut diundang (2015) |
Kepemimpinan bapak Zakarsyih Nurdin tersisa satu tahun lagi, apakah ada yang siap memimpin lagi ? Penulis rasa, tipis kemungkinan beliau mau maju kembali karena dibatasi oleh "tertib organisasi" ad/rt yang disetujui forum, dimana jabatan ketua umum hanya boleh dua periode. Tidak tahulah jika ada "force majure" dalam masa depan nanti. SAS memang masih ada, saat nya kiprah semua masyarakat ditunggu kehadiran nya. Ulang tahun nagari ke-195 menjadi program nyata bersama, apalagi dengan ada nya kata "sepakat" semoga bisa memberi aura kekuatan persatuan yang nyata, baik dirantau maupun dikampung halaman.
--- Sekian ---