Thursday 19 February 2015

SAS organisasi terbesar perantau Minang

Lambang organisasi dengan 13 gerigi adalah  jumlah jorong di Sulit Air
         Berbicara tentang pesona negeri Minang seperti tiada habis nya, apalagi menyelami keindahan pesona alam dan kearifan lokal adat minang  yang membudaya dan Islami . Bahkan ketika mengunjungi satu persatu nagari yang ada dipelataran sekeliling bukit barisan, seakan tidak cukup waktu satu minggu untuk menjelajahinya. Belum lagi pesona adat istiadat orang pesisir (Pariaman, Painan dan Pasaman) berbeda dengan adat orang pedalaman (Payakumbuh, Batu sankar, Solok dst). Beruntunglah kita termasuk bagian dari masyarakat yang masih menjunjung nilai-nilai adat minang selaras dijalankan ajaran Muhammad SAW mampir keranah minang ini.

        Satu hal juga, tentang masyarakat minang adalah masyarakat yang paling banyak merantau keluar ranah minang. Mungkin niat merantau dan mengadu nasib ini hanya bisa dikalahkan oleh kaum suku China yang ada dimana-mana di seluruh dunia. Dari perantauan jugalah kehidupan di kampung halaman ditopang dengan banyak nya kiriman wesel untuk sanak keluarga. Tidak hanya mencari sesuap nasi atau penghidupan yang lebih mereka tuju, lebih dari itu dirantau mereka berkembang, berbaur dan menyatu dalam satu komunitas untuk memajukan kampung halaman nya. 
Salah satu agenda SAS, Rapimnas tahun 2012 Sentul, Bogor - dihadiri 63 cabang
          Jika kita berbicara tentang keuletan, keragaman dan mobilitas serta persatuan warga minang perantauan tidak keliru kira nya kita membicarakan sebuah organisasi sosial masyarakat yang telah lama eksis di luar Sumatera Barat yakni SULIT AIR SEPAKAT (SAS). Saat ini organisasi yang berkantor pusat di jalan Saharjo - Jakarta Selatan, telah memiliki 84 cabang seluruh Indonesia dan selalu bertambah. Bahkan cabang nya sudah menjangkau luar negeri seperti negara Malaysia dan Australia. Organisasi yang sudah berumur 44 tahun ini, sudah cukup waktu dan kemampuan dalam mengarungi dan berkecimpung diranah sosial khusus nya bagai warga Sulit Air perantauan serta untuk kampung halaman sendiri.

          Pada awal kelahiran wadah perantau Minang ini yakni tanggal dua Juli 1970 di villa Aida milik bapak yusuf Ahmad daerah Ciloto Puncak Jawa barat, dulunya dilatar belakangi atas rasa memiliki, sepenanggungan dirantau serta rasa berbagi untuk keluarga yang ditinggalkan di kampung halaman. Menjadi berkah tersendiri bagi setiap para perantau yang sukses untuk ikut serta dalam pembangunan nagari. Cukup jelas kita lihat penampakan pembangunan dikampung seperti kokohnya jembatan Titi bagonjong diprakarsai oleh H.Muslim Marah (Hotel Treva) Jakarta, Sekolah PSA (keluarga Rosma Rais), Pemondokan cabang Gontor XI (Syaiful Sirin Dt. Rajo Mangkuto cs).

          Bahkan gedung Wali nagari tiga tingkat gagah berdiri, dimana ketika era nya Walinagari H.Firdaus Kahar rela jemput bola ke perantauan menarik rupiah demi rupiah terbangun nya gedung yang megah kita saksikan. Belum lagi Rumah gadang Limo Panjang jorong Silungkang dibangun tuntas oleh tokoh nasional H. Oesman Sapta Odang, tak terkecuali ada sebelas masjid di kenagarian Sulit Air semua nya ada yang punya dalam artian memiliki donatur abadi masing-masing keluarga hingga berjalan sampai saat ini. Jika berharap kepada peran dan bantuan pemerintah yang memang tugasnya, tidaklah mencukupi dan disinilah peran perantauan untuk berkiprah. 
DPP SAS sedang duduk:  Prim Haryadi (KPN Jaksel), H. Syamruci (Bendahara), Yarsid Effendi (Sekjend), Zakarsih Nurdin (Ketum ) 
          Saat ini pucuk organisasi DPP SAS di pimpin oleh seorang berprofesi notaris yang berkantor di jalan Mampang, Jakarta yakni bapak Drs.H.Zakarsyih Nurdin SH bersuku Limo Singkek jorong Silungkang. Masa jabatan yang diemban oleh beliau selama empat tahun dari 2013-2017. Selanjutnya didampingi oleh seorang Sekjend yakni Yarsid Effendi S.kom (mantan ketua umum DPP IPPSA th 2001) serta dibantu oleh tujuh orang ketua-ketua dan 23 orang pengurus lain nya. Didalam dewan kehormatan dan pembina juga terdapat nama-nama seperti H.Armon Syamsudin, DR.H.Happy Bone Zulkarnaen Msi, DR.H.Oesman Sapta Dt.Bandaro Sutan Nan Kayo, H. Irsyal Yunus MM.

          Kepengurusan DPP SAS juga dibantu oleh delapan Korwil, meliputi daerah pulau Sumatera, Jawa dan Bali. Untuk Korwil I (SumBar, Medan dan Aceh) dipimpin oleh Ir.H.Arsyad Nurdin, Korwil II (Riau dan Kepri) dipimpin oleh H.Rusman, Korwil III (Sumsel dan Jambi) dipimpin oleh Ir.H. Mulyadi Dt. Marah Bangso, Korwil IV (Prov Lampung) dipimpin oleh H.Muswir, Korwil V (DKI, Jabar dan Banten) dipimpin oleh DasrilMogek Sampono, Korwil VI (Jateng, Jogya, Jatim & Bali) di pimpin oleh HR Dt.Tanaro, Korwil VII (Prov Bengkulu) dipimpin oleh Edi Maison, Korwil VIII (khusus Luar Negeri) dipimpin oleh H.Nirwan Kamarudin.

          Begitu jauh dan luas nya daerah perantauan warga SAS, hingga perlu dibentuk delapan korwil. Adanya 84 cabang bukan sekedar tertulis diatas kertas namun itu adalah rangkuman hasil pelantikan yang sudah dilakukan DPP SAS kurun waktu 4 tahun yakni dari tahun 2010 sampai 2014. Cabang-cabang yang telah dilantik meliputi 9 provinsi di Sumatera dan 6 provinsi di pulau Jawa serta 1 pulau Bali, untuk Luar negeri cabang yang ada di Sydney, Melborne (Australia) dan Kuala Lumpur Malaysia.
Gedung DPP SAS Jl. Saharjo - Jakarta Selatan
          Kekompakan dan jalinan silaturahmi yang erat selalu dijaga oleh SAS, untuk itu perlu didirikan sebuah gedung serbaguna dimana cabang SAS berada. Saat ini organisasi SAS telah memiliki gedung DPP yang sangat bermanfaat untuk organisasi, disamping itu juga mendatang kan nilai ekonomis seperti penyewaan gedung perkantoran. Pembangunan gedung ini juga merupakan keikhlasan dari tiga donatur besar yang pendanaan nya di pinjam dari mereka, Alhamdulillah tak lama kemudian setelah tujuh tahun dapat dilunasi dari pemasukan sewa gedung tersebut. Gedung DPP SAS ini memiliki empat lantai, tetapi khusus untuk lantai paling atas yang hanya bisa dipakai untuk keperluan organisasi dan lainya
Masjid Gunung Merah, salah satu asset SAS yang berada dipusat kota Pekanbaru
          Bagi cabang-cabang SAS juga tidak ketinggalan untuk mendirikan gedung baru dari hasil sumbangan keroyokan para perantau daerah masing-masing. Saat ini mengutip perkataan dari salah satu ketua DPP SAS PM Dt.malin Panghulu, SAS telah memilki 36 rumah/gedung SAS tersebar di pulau Jawa dan Sumatera. Jika dihitung dari nilai NJOP tanah masing-masing daerah nilai nya ditaksir bernilai puluhan milyar, boleh tengok luas nya halaman masjid SAS Gunung merah Pekanbaru jika diukur ada seluas setengah lapangan bola atau coba kunjungi gedung yayasan Wisma Gunung merah Jogyakarta yang bisa dimuati 3x lapangan bulu tangkis, belum lagi gedung SAS Muara dua, Baturaja, Medan, Lampung, Bandung dijalan Batu Kencana, Menteng atau yang terbaru gedung SAS Pondok Labu dan banyak lain nya. 

          Namun ironis nya baru beberapa yang sudah dibalik nama atas nama organisasi SAS, saat ini banyak yayasan yang menaungi keberadaan gedung-gedung SAS tersebut karena dulu nya SAS belum terdaftar sebagai perkumpulan. Tugas maha berat bagi pengurus pusat yang akan datang untuk menjalani tertib organisasi nanti nya yakni menyatukan seluruh asset yang dikumpulkan perantau menjadi satu nama organisasi. Bukan itu saja SAS juga memiliki empat petak tanah perkuburan organisasi yang cukup memadai. Bahkan yang area kuburan SAS tertua terdapat di daerah air manih-Teluk Bayur Kota Padang, karena sudah penuh sekarang dipindahkan areal kuburan kedua khusus orang Sulit Air kedaerah Aie Dingin - Lubuk Minturun yang lebih luas lagi.

           Ada juga satu keunikan lain dari Organisasi SAS, yakni dari sini berasal nya kampung Mahyudin Datuk Sutan Maharaja alias Dt.Bangkik ini atau beliau disebut dulu sebagai bapak Jurnalistik Melayu pertama. Peran beliau tidak bisa diabaikan dalam memajukan peradaban & komunitas terbitnya nya bacaan2 bermutu pada waktu itu. Sebutlah salah satunya "Oetosan Melajoe" adalah hasil buah pikiran menghadapi agresi Penjajahan Belanda yang semena-mena. Disamping itu fikiran nya yang sangat terbuka dalam menghadapi konflik sosial dan kesenjangan, namun sangat menjunjung tinggi nilai adat Minangkabau. Itu juga yang mengilhami para orang tua dahulu ketika prasasti bertuliskan SAS 1912 (kuburan Dt. Bangkik & orang Sulit Air) ditemukan dipantai air manis Padang.  Dan menjadi sebuah nama yang familiar bagi orang awak & diresmikan perkumpulan SAS yang berdiri pada tahun1970 di Ciloto Jawa Barat

          Satu lagi yang tidak kalah unik nya, SAS juga memiliki organisasi underbow dalam artian sebagai divisi pemuda-pelajar dalam pengembangan daya fikir & pengabdian kepada nagari yakni IPPSA ( Ikatan Pemuda Pelajar Sulit Air). Ini hanya asumsi penulis dalam mengibaratkan SAS seperti Golkar atau Muhammadiyah yang banyak memiliki sayap organisasi untuk lebih maju. Karena secara administratif IPPSA lebih duluan ada (1951) dibandingkan SAS yang hadir 19 tahun kemudian.

Rapimnas di kampung halaman
  
          Dalam waktu dekat ini DPP SAS segera akan mensosialisasikan agenda pulang basamo tahun 2015. Perlu diketahui organisasi SAS tahun ini tidak mengadakan Musyawarah Besar (MUBES) dikampung halaman tetapi diganti dengan agenda Rapimnas dimana event nya selalu diadakan di tanah rantau. Organisasi SAS nanti nya juga tidak mengadakan pemilihan ketua umum nya, yang ada berupa pemaparan program akan datang dan hasil kerja masa lalu. InsyaAllah pulang basamo serta pemilihan ketua umum akan dilakukan pada tahun 2017 nanti.

          Jika melihat animo pulang basamo tahun 2013 yang lalu dimana jalan-jalan nagari dipadati oleh kendaraan orang rantau ditaksir ada 700 mobil pribadi dan 500 kendaraan roda dua dan lain nya. Tentu tahun ini diharapkan lebih ramai apalagi yang dari pulau Jawa harga sebuah tiket pesawat sudah jauh lebih mahal, maka kendaraan jalur darat lebih memungkinkan. Selanjutnya jika belum mendapati majalah  Suara SAS terbaru dan ingin melihat program SAS silahkan kunjungi websitenya www.Sulitairsepakat.com , bahkan kini majalah elektronik SAS juga bisa download untuk pribadi.
Program DPP SAS sekarang - membuat kartu anggota seluruh cabang SAS Indonesia
         Semoga kedepan nya SAS selalu memberikan konstribusi yang nyata baik dirantau maupun dikampung halaman. Andai jika ada program yang belum terlaksana, marilah kita semua usulkan dan kedepankan etika berkata dan bermusyawarah yang saling menjaga ikatan persaudaraan. Sesungguh nya para pengurus tersebut telah ditinggikan seranting dan didahulukan selangkah semua  tindak dan perbuatan juga tidak luput dari keterbatasan. Kelak harapan kita, SAS selalu rekat dihati dari perantau nagari Sulit Air dimana saja, Amin.

----- Sekian -----

3 comments:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. Assalamualaikum,
    sebelumnya saya mengucapkan terima kasih, karena dengan adanya blog ini, bertambah jua lah informasi mengenai perantauan sulit air. dan sedikt banyaknya saya sangat terbantu ats tulisan saudara/bapak/ibu dalam menncari bacaan tentang perantau sulit air.
    seperti yang kita saksikan selama ini, merantau tidak hanya dilakukan oleh laki-laki, banyak perempuanpun sudah ikut merantau, namun sedikt skali literarur2 yang mebahas ttg perantau perempuan ini serta kiprahnya terhadp kampung halaman.
    saya berencana melakukan penelitian studi kasus tentg perantau perempuan sulit air serta sumbangsihnya terhadp kampung halaman,
    sekiranya, bapak atau ibu bisa membantu saya dengan beberapa informasi ttg perantau perempuan ini, bagaimana sumbangan kaum ibu2 di perantauan pada kampung halamannya, sekli lagi saya ucapan terima kasih

    ReplyDelete
  3. Walaikumsalam....

    Referensi tentang prantau perempuan, jarang awak danga. Lazim nya dahulu kaum ibu ikut suami nyo atau keluarga besar. Kalau kiprah diranah politik, keterampilan dan perjuangan mungkin ada satu dua yang ada berkiprah tingkat nasional.

    Tapi nanti awak coba cari tahu lah ... thanks atensi nyo :)

    ReplyDelete