Saturday, 15 August 2015

Awal mula suku di nagari Sulit Air (Bag - I)

     
          Sekarang ini di Sulit Air ada terdapat 115 orang panghulu dari empat suku yang ada. Dimana jumlah 115 orang ini meliputi panghulu-panghulu dari suku Simabur ada 26 orang, suku Piliang ada 25 orang, suku Limo Panjang ada 26 orang dan yang terbanyak datuk nya ada dari suku Limo Singkek berjumlah 38 orang. Dari setiap suku ada datuk ninik nya seperti persukuan Piliang ada 4 datuk ninik, persukuan Simabur ada 4 datuk ninik, persukuan Limo Panjang ada 3 datuk ninik serta persukuan Limo Singkek ada 4 datuk ninik sehingga semua nya berjumlah 15 orang datuk, inilah cikal bakal turunan para datuk-datuk selanjut nya.

          Namun jika kita ditelusuri riwayat nagari, jauh kebelakang ketika masih dalam kekuasan wilayah Taraguang sebenar nya jumlah datuk yang ada awalnya hanya berjumlah 15 orang datuk. Kemudian para datuk ninik yang 15 orang tersebut merasakan, dimana pertambahan penduduk berjalan sangat pesat nya ditambah anak buah nya dibawah masing-masing kekuasaan nya bertambah juga hingga mulai terasa kewalahan dalam mengurus dan mengawasi anak-kemenakan yang ada dalam lingkup nagari. Maka kesepakatan kesepakatan dari panghulu semua berjumlah 15 itu, disepakatilah yang mana dibolehkan mengangkat panghulu-panghulu baru sebagai pembantu yang kelak lebih dekat mengurusi anak kemenakan nya masing-masing. Tersebutlah nama datuk Andiko, dimana arti memberi kuasa. Dalam strata nya datuk ninik (lebih tinggi) memberi kuasa terhadap datuk Andiko, bertujuan untuk memerintah dan mengurusi kepentingan anak kemenakan nya.

          Pada pengangkatan tahap pertama dulua nya jumlah panghulu dari 15 orang berubah menjadi 35 panghulu. Selanjut nya kesepakatan kedua beberapa waktu selanjut nya berubah lagi meningkat menjadi 85 orang panghulu. Seterus nya, hingga sampai saat ini semua jumlah panghulu di nagari Sulit Air meningkat semua nya menjadi 115 panghulu plus 5 orang diambil  bagian dari pemimpin ibadah meliputi Imam, Bilal, Khatib, Khadi dan Gharim. Adapun hal yang memberi kesamaan dari setiap suku yang 4 tersebut adalah masing-masing nya memiliki satu orang datuk Suku, satu orang datuk Monti, satu orang Hulu Balang dan satu orang Jurai. Agar lebih jelas nya mari kita urai, awal mula ada nya para datuk-datuk di kenagarian Sulit Air ini.

Wilayah awal Taraguang & pendirian suku

          Suatu masa pada beberapa abad yang silam, alam Minangkabau waktu itu masih sepi penduduk nya belum begitu banyak dan belum merata. Kebanyakan hidup berada di pesisir pantai atau disekitar lembah gunung merapi yang tanah nya subur. Tersebutlah pada waktu itu penghulu suku di nagari Pariangan (Padang Panjang) bernama Datuk Mulo nan Kawi melakukan perpindahan. Daerah tujuan yang sebenar nya mengarah ke arah nagari Solok yang tak jauh dari kaki gunung Talang. Daerah tersebut menarik menurut beliau, cerita dari sahabat yang pernah mengunjungi daerah itu tanah nya subur, cocok untuk bertani & bersawah lagi pula belum banyak orang-orang yang menuju kesana. Untuk bisa sampai ke daerah Solok dapat lansung menuju ke timur menyusuri pinggiran danau Singkarak. Tetapi Datuk Mulo nan Kawi ingin mencoba jalur utara, melewati daerah pagaruyung terus saja melintasi hutan-hutan lebat, yang belum pernah ditempuh orang sebelum nya . Pada zaman tersebut belum ada kendaraan, hingga memakan waktu berminggu-minggu. Belum lagi dalam perjalanan dihadang oleh binatang buas bahkan penyamun. Justru karena belum dikenal itu, menyebabkan bangkit nya hasrta Datuk Mulo nan Kawi beserta rombongan untuk menjelajahi nya. Keberangkatan Dt.Mulo nan Kawi membawa istri nya bernama Puti Anggo Jati beserta pengikut nya yang banyak pula. Tujuan nya hanya satu, yakni mencari tanah harapan dan kampung halaman baru.

          Setelah menempuh perjalanan beberapa waktu sampailah ditepian batang Ombilin, rupanya sudah ada penduduk yang mendiami disana. Boleh jadi rombongan beliau lah yang memulai napak tilas perjalanan darat yang pertama, maka pada setiap tempat berhenti tidak lupa memberi daerah tersebut sebuah nama. Ketika di Ombilin tersebut air nya meluap karena musim hujan, rombongan dengan segenap kemampuan nya menyusuri jauh aliran batang air Ombilin tersebut. Hingga mereka menemukan hilir di ujung dari daerah bernama Pasilihan sekarang. Sempat berhenti dan memberi nama Pasilihan, tidak heran dari kekerabatan nya orang Pasilihan masih belahan nya orang Sulit Air. Selanjut nya dengan keyakinan nya sempat terus menuju ke hilir, sampai pada suatu tempat bernama Kolok (nagari Talawi). Ketika sudah jauh menyusuri hilir sungai untung diingati oleh seorang bapak tua yang sudah bungkuk, sebaik nya balik lagi menuyusuri aliran sungai ini sampai pada suat persimpang yang mana dinamakan daerah "taratak bungku" dari sinilah diarahkan perjalanan menuju ke selatan. Hingga dipenghujung pemberhentian, rombongan kafilah sang Datuk ini sampailah ke sebuah dataran yang cukup lapang dan rindang, saat ini yg kita kenal bernama tanah lapang Koto Tuo.

          Atas saran sang istri Puti Anggo Jati, dimana melihat alami nya hutan dan asri nya pemandangan yang dilihat beliau sarankan kepada Baginda Dt Mulo Nan Kawi untuk berdomisili di daerah ini saja, sampai beberapa puluh tahun lamanya keluarga ini berkembang hingga dikaruniai 7 orang anak, terdiri dari 3 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. nama ketujuh anak beliau tersebut adalah Bagindo Basa, Bagindo Usman, Bagindo Bungsu, Puti Inah, Puti hanafiah, Puti Sabariah dan Puti Rimandang. Anak tertua saat itu sudah berumsia 29 tahun dan yang termuda berusia 14 tahun. Dikarenakan itu belum seorang pun menikah, dan saat nya sudah pantas lah untuk  kawin, maka dari renungan beliau berdua sepakat untuk mengawinkan sekaligus dalam suatu adat meriah di nagari Sulit Air.

          Untuk melaksanakan niat itu, maka dicarikan lah jodoh bagi ketujuh anak nya yang akan segera beranjak tua. Datuk Mulo nan Kawi termasuk keturuan kerajaan dan pembesar nagari Pariangan, dengan alu jo patuik & sesuai dengan harkat dan kedudukan beliau pada waktu itu didapatkanlah jodoh dari nagari lain. Ketujuh jodoh tersebut berasal dari luhak Tanah Datar dua orang, luhak Lima Puluh Kota dua orang, luhak Agam  dua orang serta didapatkan satu orang dari nagari Aripan tidak jauh dari Sulit Air.

          Pada hari yang telah ditentukan dilaksanakanlah pesta rakyat besar-besaran, diuandang para pembesar dari nagari lain juga. Diantara tamu-tamu yang hadir ada pimpinan tertinggi laras Bodi-Chaniago yakni Dt.Parpatiah Nan Sabatang serta dari laras Koto-Piliang yakni Dt. Ketemanggungan. Kedua nya merupakan bersaudara dan menjabat mangkubumi (perdana mentri) di kerajaan Pagaruyung. Dari kedatangan pembesar2 dari nagari lain, dengan cerdas nya serta melaraskan dengan firasat bahwa nantianak cucu nya kelak kemudian hari akan berkembang dengan pesat nya. Dibuatlah satu keputusan pada saat momen yang penting tersebut bahwa masing-masing anak dan menantu nya memiliki suku sendiri. Pada saat itu juga di umumkan pada pesta perkawinan itu terdiri 14 suku di Sulit Air. Berikut nama suku nya adalah: Bodi, Chaniago, Kutianyie, Bendang, Simabur, Dalimo, mandaliko, Tanjung, Supanjang, Koto, Sumagek, Patapang , Piliang dan Kalumpang.

          Dt. Katumanggungan walau dalam kedudukan sebagai Perdana Menteri kerajaan Pagaruyung, tidak dapat mencegah keputusan dan kebijakan Dt.Mulo Nan Kawi. Karena soal pembagian suku adalah hak dan kedaulatan serta "Adat yang diadatkan" bagi masing-masing nagari. Malah Dt.Katumanggungan menyarankan sebaiknya jangan hanya 14 suku tapi jadikanlah 15 suku. Saran ini rupanya diterima dengan baik oleh sang punya hajat, diamanaatas saran nya ditambahkan satu suku lagi bernama Piliang Sani.

          Dengan adanya pembagian suku yang baru tersebut, maka kelompok-kelompok warga Sulit Air pada waktu itu harus masuk menjadi anggotasalah satu dari 15 suku yang ditentukan itu. Karena  ke limabelas suku itu asal-usul nya ditarik dari garis keturunan dari anak & menantu Dt. Mulo Nan Kawi kecuali 1 orang "Piliang Sani". Itulah selanjutnya anak-menantu nya dijadikan ninik-ninik moyang nya orang Sulit Air, dimana kemudian hari kelak tidak boleh kawin-mengawini.

          Susunan ke lima belas suku di Sulit Air beserta pimpinan lengkap (datuk Ninik) nya adalah sebagai berikut, dimana kemudian hari hanya menjadi 4 suku saja:
  1. Suku Bodi dibawah pimpinan Dt. Polong Kayo (Simabur)
  2. Suku Sumpadang dibawah pimpinan Dt. Marajo (simabur)
  3. Suku KutiAnyie dibawah pimpinan Dt. Rajo Alam (Simabur)
  4. Suku Bendang dibawah pimpinan Dt.Bagindo Marajo (Simabur)
  5. Suku Chaniago dibawah pimpinan Dt.Bagindo Basa (Limo Singkek)
  6. Suku Dalimo dibawah pimpinan Dt. Nan Sati (Limo Singkek)
  7. Suku Mandaliko dibawah pimpinan Dt. Rajo Lenggang (Limo Singkek)
  8. Suku Tanjung dibawah pimpinan Dt.Rajo Panghulu (Limo Singkek)
  9. Suku Koto dibawah pimpinan Dt. malakewi (Limo Panjang)
  10. Suku Patapang dibawah pimpinan Dt. Paduko Nan Panjang (Limo Panjang)
  11. Suku Supanjang dibawah pimpinan Dt. Pono Marajo(Limo Panjang)
  12. Suku Piliang dibawah pimpinan Dt. Majo Bongsu (Piliang)
  13. Suku Piliang Sani dibawah pimpinan Dt. Rajo Lelo (piliang)
  14. Suku Sumagek dibawah pimpinan Dt. majo Bosa (Piliang)
  15. Suku kalumpang dibawah pimpinan Dt. Rajo Malano (Piliang)
           Itulah secara ringkas turunan Datuk Ninik di kanagarian Sulit Air, selanjut nya perjalanan waktu sampai saat ini telah terdapat 115 para datuk-datuk Ninik dan datuk Andiko bahkan hanya terdpat empat suku saat ini, InsyaAllah nanti dibahas dan di urai pada episode akan datang. Hikayat dan Tambo Sulit Air ini, hanya bercerita dari mulut kemulut, namun dalam bukti sahih serta nilai sejarah nya itu tentu penelusuran yang lebih dalam lagi.

Sumber : Tambo Asal-usul nagari & persukuan Sulit Air (H.Rozali Usman & Drs. Hamdullah Salim)

9 comments:

  1. Tarimokasih pado sanak Ade Harto nan lah mamposkan Tambo Asal-usul nagari & persukuan Sulit Air (H.Rozali Usman & Drs. Hamdullah Salim) semoga dapek manjadi manfaat pado anak katurunan para remaja/i Sulik Aie tuk dapek mengenal asal usul sejarah ninik moyang kito dahulu dan dapek pulo kito lanjuti pado generasi nan akan datang,
    Kito kini lah sangek prihatin taradok generasi anak anak kito ( Suki Aie )nan talahie di perantaun, apo lai nan lah kawin mandeh jo bapaknyo lah balain nagari pulo, sadangkan lai nan sanagori juo bapak jo mandehnyo kito tanyoen apo sukunyo, indak ado nan obeh dek inyo lai doh, suku ayah nyo indak tau suku mandehnyo pun indak tau pulo, minimal kito sebagai urang minang kito harus tau apo suku mandeh kito, karano kito sbg urang minang menganut aliran/faham keturunan matrilineal ( basuku katurunan dari sukunyo ibu ) jadi seseorang anak yang bapak nyo dari suku Jawa, Batak, Melayu dllnyo dan ibu dari Sulik Aie(Minang) sianak akan mandapek duo aliran keturunan partamo dari suku ibu dan kaduo dari suku bapak, tapi jiko bapak urang Minang mandeh/Ibu dari suku Jawa, Batak, Melayu dllnyo, mako anak tasabuik kahilangan kaduo aliran katurunan tasabuik, karano diminang anak tsb indak ado warih suku dari bapak dan baitu pulo dari suku Jawa, batak Melayu dll, indak ado pulo warih dari suku ibu, jadi mako ado kato kato urang gaek jiko anak laki-laki kapai babini kalua dari Sulik Aie atau dari Minangkabau jo ucapan Kama nak ang kaba Bako bekoh du ( sabananyo kalimat nan topek indak itu doh, karano kalau itu pertanyaan nyo iyo kitolah bakonyo, kitolah keluarga dari ayahnyo, jadi pertnyaan nan bana, apo suku anak ang nan kadiagiah beko duh, karano dari suku minang/sulik aie indak ado warih suku dari bapak doh kemudian dari suku lain indak ado pulo suku diwarihkan dari ibu. itu lah sakalumit dilema dan problema suku dianak kamanakan kito diperantauanko, jadi marilah kito nan masih mengetahui seluk beluk keturunan untuk dapek manjalehkan ka generasi nan mudo2 ko ttg asal usul ayah jo mandeh sarato sukunyo sampai ka ninik moyangnyo. wassalam Zulkarnain Anwar

    ReplyDelete
  2. Tarimo kasih atas penilaian nyo pak. Awak hanya mencoba mengulangi dan mempelajari nilai-nilai budaya & sejarah Minangkabau khusus nya untuk nagari Sulit Air.

    Kedepan nya... warga SAS perantauan dapat mengambil intisari dari blog Balailamo ini kedepan nya pak... :)

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  4. pak, sambungannyo, dr 15 ka 4 suku ado ndak?klo ado ambo tunggu lanjutannyo.

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete
    2. Ada pak Kamal... coba di lanjutkan baca nya di bag ke-3 dari riwayat suku ini :)

      Delete
  5. Izin tanya BG. Jadi suku limo singkek tu pecahan dari mana ya?

    ReplyDelete
  6. Batanyo ciek admin jadi suku simabur merupakan turunan dari suju chaniago?
    Mohon penjelasan y lebih simple

    ReplyDelete
  7. Awak dr suku limo panjang klo d tnyo urg apo yg ka di jawek pak? Tmasuak suko apo limo panjang nn ko..mhon jawabanyo

    ReplyDelete