Thursday, 9 June 2016

Muhammad Ali legenda tinju Dunia

Innalillahi wa innailaihi rojiun, legenda tinju dunia, Muhammad Ali dinyatakan meninggal dunia, Jumat (Sabtu 5 juni .WIB) akibat komplikasi penyakit parkinson yang dideritanya. Besok Jumat, adalah hari akan diantarkan jenazah nya bersama-sama yang akan disaksikan oleh puluhan ribu ummat Muslim Amerika dan dunia.

Ali menghadap Sang Pencipta pada usia 74 tahun. Dia meninggal dikelilingi oleh orang-orang tercintanya, di sebuah rumah sakit di area Phoenix, sekitar jam 9, Jumat malam. Petinju legendaris ini meninggal pada usia 74 tahun setelah berjuang melawan penyakit Parkinson selama 32 tahun. Juru bicara keluarga Ali, Bob Gunnell, secara resmi mengumumkan kepergian petinju yang pernah menjadi ikon dunia pada 1960-1970-an ini. "Setelah 12 tahun berjuang mengatasi sindroma parkinson, Muhammad Ali, meninggal dunia pada usia 74 tahun," kata Gunnell.

Kini dunia mengenang Ali. Sebagai olahragawan dengan prestasi segudang, Muhammad Ali meraih masa jayanya di usia muda. Semua bisa dia dapatkan. Uang dan harta benda bukan masalah bagi dia saat itu. Tetapi hati terusik saat dia melihat gerakan Islam di antara orang-orang Afro-Amerika berjuluk Nation of Islam. Mungkin karena hidayah, dia lalu mulai mendekati organisasi itu perlahan-lahan.

Nation of Islam dipimpin Elijah Muhammad dan Malcolm X saat itu berkembang pesat di kalangan warga kulit hitam. Seperti dilansir Merdeka, pada 1964, Ali bergabung dengan mereka dan mulai belajar tentang Islam. Setelah mantap mengucapkan dua kalimat syahadat, dia kemudian mengganti namanya menjadi Cassius X. Tidak lama kemudian tanpa alasan jelas dia keluar dari organisasi itu dan kembali mengubah nama menjadi Muhammad Ali, sperti dikutip dari situs www.biography.com. Hijrah dengan megubah nama Islam, merupakan setahun setelah dia meraih gelar juara dunia dengan mengkanfaskan Sonny Liston petinju hebat saat itu.


Sepanjang waktu dalam masa resesi perang dingin Amerika dirundung juga masalah pelik. Perlakuan warga kulit putih terhadap kaum Afro-Amerika sudah di luar batas. Pembunuhan terhadap orang kulit hitam kerap terjadi. Organisasi rasis macam Klu Klux Klan dan sejenisnya mulai melakukan teror di lingkungan kulit hitam. Ali yang sejak kecil tumbuh dengan keadaan itu tidak kaget lagi.
 
Di saat bersamaan, Amerika terlibat dalam Perang Vietnam. Ribuan pemuda Negeri Paman Sam dipaksa ikut wajib militer, termasuk Ali. Sang legenda pun membuat heboh masyarakat Amerika lantaran menolak wajib militer. Alasan dia adalah Islam tidak membenarkan perang kecuali buat membela Allah S.W.T. Ada satu ungkapan terkenal dari Ali saat dia menolak menjadi serdadu, "Saya tidak punya urusan dengan Viet Kong. Mereka tidak pernah memanggil saya Nigger." Sontak sikap itu menimbulkan kontroversi. Sebagian mengecam, lainnya menyanjung langkah dia.
 
Atas sikapnya itu, Ali kemudian diajukan ke meja hijau. Tragisnya, gelar juaranya hasil bertarung bertahun-tahun di atas arena dicabut oleh Komisi Atletik New York. Dia juga dilarang bertanding selama tiga tahun. Setelah berjuang di selama lebih dari 3,5 tahun, Ali akhirnya terbebas dari tuntutan. Dia kembali unjuk gigi di atas ring tinju. Gerakan kakinya tetap lincah. Pukulannya pun masih cepat dan keras. Mampu merontokkan mental lawan.
Lalu apa yang membuat Ali begitu luar biasa, fenomenal dan inspiratif? Tentu saja karena Muhammad Ali memiliki mekanisme motivasi yang sangat baik, yang kemudian, mempengaruhi seluruh tubuhnya dengan sangat dahsyat untuk selalu melakukan hal-hal terbaik.

Ali selalu mensugesti positif dirinya sendiri, sekalipun ketika Ia akan memulai pertandingan tinjunya. Melompat-lompat ketika akan memulai pertandingan adalah caranya berekspresi lalu memotivasi diri melalui berterIak. “Im The King.... I do My best.... Im The King.... Im greatest in the world....”. Nyaris hampir di setiap pertandingan Muhammad Ali melompat dan berteriak, tak ayal dijuluki Si Mulut Besar.
 
Muhammad Ali berteriak lantang bukan untuk menyombongkan diri, namun Ia berteriak untuk berbicara pada dirinya sendiri, Ia berteriak untuk memotivasi dirinya sendiri, Ia berteriak untuk membangkitkan potensi terbaiknya. Ia berteriak sehingga semangat untuk melakukan hal terbaik merasuki alam bawah sadarnya sehingga semua gerak langkahnya dalam bertinju sudah terotomatisasi untuk melakukan hal-hal terbaik yang bisa Ia lakukan. 

Sumber: Harian terbit.
--- Sekian ---

No comments:

Post a Comment