Wednesday, 1 June 2016

SAS bagian diaspora Minang Indonesia.

Seminar & Diskusi Filantropi Diaspora oleh Filantropi Indonesia kerja sama UNDP PBB, selasa 31Mei 2016. Di Papua Room, Menara Thamrin Jakarta Pusat
Salah satu nara sumber dalam undangan Filantropi Indonesia baru baru ini, peran SAS cukup diamati dan menjadi bagian referensi berita diaspora Indonesia. Hal itu diwakili sebagai sumber informasi bapak Drs. Zakarsyih Nurdin ketua umum DPP SAS, satu dari tiga pembicara. Apa itu Diaspora? Kalau dalam arti sempit Diaspora adalah : " perantau " yaitu orang yang meninggalkan tanah kelahirannya untuk pergi ke daerah atau ke negara lain untuk mencari kehidupan yang lebih baik, ketimbang di daerah atau negaranya sendiri. 

Lalu apa pengertian Diaspora? teman-teman mungkin juga jarang mendengar Istilah ini, penulispun awalnya demikian, ketika diaspora Indonesia di Amerika bertemu waktu itu bapak Dino Patti Djalal dubes nya sebelum 2010. Dimana gaung nya kentara sekali dan kehadiran orang-orang hebat Indonesia yang hilang diseluruh dunia berkumpul dalam satu waktu ibarat reuni kebangsaan. Sayapun mencari Istilah Diaspora tersebut di internet, di Wikipedia. Menurut Wikipedia pengertian Diaspora sebagai berikut: Istilah diaspora (bahasa Yunani kuno διασπορά, "penyebaran atau penaburan benih") digunakan (tanpa huruf besar) untuk merujuk kepada bangsa atau penduduk etnis manapun yang terpaksa atau terdorong untuk meninggalkan tanah air etnis tradisional mereka. Lingkup luas nya termasuk penyebaran mereka di berbagai bagian lain dunia, dan perkembangan yang dihasilkan karena penyebaran dan budaya mereka. 

Mulanya, istilah Diaspora (dengan huruf besar) digunakan oleh orang-orang Yunani untuk merujuk kepada warga suatu kota kerajaan yang bermigrasi ke wilayah jajahan dengan maksud kolonisasi untuk mengasimilasikan wilayah itu ke dalam kerajaan. Asal usul kata itu sendiri diduga dari versi Septuaginta dari Kitab Ulangan 28:25, "sehingga engkau menjadi diaspora (bahasa Yunani untuk penyebaran) bagi segala kerajaan di bumi". Istilah ini telah digunakan dalam pengertian modernnya sejak akhir abad ke-20. Makna aslinya terlepas dari maknanya yang sekarang ketika Perjanjian Lama diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, dan kata "diaspora" digunakan untuk merujuk secara khusus kepada penduduk Yahudi yang dibuang dari Yudea pada 586 SM oleh Babel, dan Yerusalem pada 135 M oleh Kekaisaran Romawi. Istilah ini digunakan berganti-ganti untuk merujuk kepada gerakan historis dari penduduk etnis Israel yang tersebar, perkembangan budaya penduduk itu, atau penduduk itu sendiri.

Bidang akademik dari studi diaspora terbentuk pada akhir abad ke-20, sehubungan dengan meluasnya arti 'diaspora'. Jacob Riis, seorang penulis yang tajam, menyimpulkan bahwa diaspora terbentuk pada pertengahan abad ke-20, namun pada kenyataannya makna diaspora yang diperluas baru disediliki pada akhir abad ke-20. Pada abad ke-20 khususnya telah terjadi krisis pengungsi etnis besar-besaran, karena peperangan dan bangkitnya nasionalisme, fasisme, komunisme dan rasisme, serta karena berbagai bencana alam dan kehancuran ekonomi. Pada paruhan pertama dari abad ke-20 ratusan juta orang terpaksa mengungsi di seluruh Eropa, Asia, dan Afrika Utara. Banyak dari para pengungsi ini tidak meninggal karena kelaparan atau perang, pergi ke benua Amerika.

Sebuah kemajuan juga diakui, keberadaan SAS sebagi wadah perkumpulan, makna nya tak jauh berbeda dalam pengertian diaspora  diatas.  Diaspora etnis Minang seperti SAS telah dibentuk duluan dalam wadah organisasi, kalau diaspora yang lain perlu waktu dan tempat untuk menyatukan nya. Beruntunglah orang Sulit Air, para orangtua dahulu hoby berkumpul. Paling nyata awal kehadiran dan menjadi sebuah organisasi SAS adalah pada dua tempat yakni ketika waktu berkabung dan waktu kenduri (baralek). Dalam dua tempat tersebut kehadiran komunitas SAS menjadi sangat bergairah dan dinantikan. Dalam momen berkabung contoh nya, menghadiri takziah waktu paling menyita perhatian. Cobalah alami sendiri, jikalau ada yang bertakziah, ceramah sudah selesai  namun kehadiran warga "SAS" tak kunjung beranjak dari tempat duduk nya, andai pun ada mencari kerabat yang lain untuk sekedar bencekrama tmembahas topik yang lain.
 
So.. Apa yang ditarik dari makna diaspora, seperti SAS ini ? kehadiran nya tentu semua mungkin bisa menarik pembelajaran, kerja sama, komunikasi dalam rangka mencari solusi masalah sosial, kemanusiaan , kebudayaan serta memperteguh kearifan budaya lokal yang terkembang di masing-masing tempat. Selain itu juga dapat menambah tumbuh kembang sifat dan semangat yang terakomodasi dalam spirit kebangsaan nasionalisme yang nyata kelak. Namun ini masih bagian langkah mengembangkan diaspora itu sendiri, kelemahan dan kekurangan adalah "pr" yang selalu menjadi nilai kebaikan disempurnakan kemudian hari.
 --- Sekian ---

No comments:

Post a Comment