Wednesday 18 May 2016

Nagari Sulit Air tuan rumah sosialisasi empat pilar

Tepat nya hari sabtu tanggal 30 April, hajatan terbesar nagari Sulit Air baru usai digelar di lapangan bola Koto Tuo. Sebenar nya apa sich empat pilar berbangsa dan bernegara itu ? Yakni berupa program dari lembaga MPR adalah sosilaisasi akan pengenalan wujud pengabdian terhadap tanah air dirangkai dengan pemahaman akan empat nilai yakni Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD RI tahun 1945 sebagai konstitusi negara dan ketetapan MPR, NKRI sebagai bentuk kedaulatan suatu negara dan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan negara.

Empat pilar yang disebut diatas jika yang masih duduk dibangku sekolah SMP, SMU & Mahasiswa itu adalah bagian dari kurikulum yang diajarkkan  setiap minggu. Nah lho, kok sampai ke Sulit Air sosialisasi itu ? Tak nyana lagi adalah dentuman kekuatan hati sang putra bangsa akan ingat dengan negeri nenek moyang nya sendiri, ketika nagari ini merayakan hari jadi nagari yang ke-195 tahun. Adalah momen pertempuran hampir dua abad yang silam, pasukan paderi berhadapan dengan kompeni Belanda justru Sulit Air menjadi sasaran pertama kali diperangi serta berjatuhan korban syahid yang nyata bagi ummat muslim dan pihak lawan. Nah, hadir nya Bapak Osman Sapta atau biasa disebut bapak OSO, dengan kemampuan dan gagasan segenap dari anggota dewan di MPR, sosialisasi empat pilar ini adalah sebuah agenda untuk memperkuat rasa kebangsaan dan jiwa cinta tanah air.
Kenapa dengan berani nya OSO bisa atur kegiatan kenegaraan ini hinggga bisa diadakan di sebuah nagari ? semua bermula dari kedatangan Panitia HAJASA ke kediaman beliau, melihat, mendengar serta merasakan semangat dari ULANG TAHUN Nagari Sulit Air, terbesrsit di hati nya untuk menghidupkan dan membesarkan acara ulang tahun nagari sekalian sosialisasi program empat pilar MPR. Dari beberapa kali pertemuan, dengan sigap serta kharisma nya segera menghubungi semua stake holder agar semua kegiatan di Sulit Air berjalan lancar dan mendapat dukungan semua pihak. Itu tidak mudah bagi SAS serta panitia HAJASA, namun dihadapan nya semua mencair dalam bentuk bingkai kerja sama serta promosi pariwisata nagari. Sekretariat MPR yang punya "gawe" serta merta terlibat lansung dalam proses teknis di lapangan. Idealnya momen sosialisasi empat pilar ini diadakan di ibukota provinsi, namun dengan semangat kebangsaan dan momen perjuangan lahir nya nagari ini semua dirangkai menjadi satu tempat yakni dibawah bukit Taragung yang konon sebuah wilayah makmur kerajaan Minangkabau pada abad ke-16.

Efek domino nya, semua persiapan panitia HAJASA yang harapan biasa saja, nyata nya dibuat lebih besar dan semarak. Tentu mengandung resiko pembiayaan yang luar biasa begitu besar, nyata pula kemampuan panitia di kampung halaman terbatas pada even yang belum pernah dihadapi sebelum nya. Karena semua bermuara pendanaan diluar budget yang dimiliki panitia. Namun hal ini bukan masalah bagi seorang Hendri dunant Dt. Endah Bongsu ketua panitia yang memikul tanggung jawab yang besar untuk mensukseskan nya, dia tempuh semua upaya dan pendekatan. Jarak begitu jauh kota Jakarta menemui pihak MPR, DPP SAS, Kemenpar, MURI dll - dari Sulit Air selama bulan april yang lalu beliau tempuh bolak balik selama 7 kali, menandakan perencanaan yang diluar batas, namun tetap dipintas sampai tuntas.
Bapak Hendri Dunant Dt. Endah Bongsu, memberikan sambutan sebagai ketua panitia HAJASA
Evaluasi dan terima kasih

Tidak ada gading yang tidak retak, banyak warga yang menyoroti kekurang siapan panitia adalah lumrah diakui memiliki keterbatasan disana-sini. Sekali lagi momen ini adalah momen nasional tentu semua pihak harus dilibatkan, tentu ada ketidakpuasan & kekurangan, namun sebagai satu keluarga harus digenapi dan dilengkapi. Mungkin 10 atau 15 tahun lagi momen baralek gadang ini belum tentu mampir lagi ke nagari Sulit Air, kehadiran delapan ribu pasang mata mempelototi pentas utama cukup membuktikan ini acara luar biasa besar untuk sekelas nagari. Saat itu ada 6000 seat kursi yang disediakan, diduduki semua belum lagi yang berdiri penuh hingar bingar oleh mainan dan anak anak dibagian belakang.

Tidak hanya itu, para ibu-ibu yang memasak samba itam rela bermandikan peluh dan berselimut asap hanya untuk membuktikan kekompakan memasak 500 tungku. Semua itu dibayar dengan ganjaran pengakuan MURI Indonesia, dengan memasak dengan tungku terbanyak di Indonesia. Satu hal lagi sumbangan tebesar dari salah seorang dermawan SAS yakni Bapak Yopie RN, membuat memen HAJASA begitu istimewa yakni tenda super besar. Andai jika di hitung dengan materi, puluhan tiang tenda yang menutupi rumput Koto Tuo ini bisa senilai 140 juta rupiah, ditambah pentas setinggi 175 cm seluas 8 x 15 meter pembiayan dari MPR hampir menlan 100 juta rupiah. Belum lagi hiburan artis DORCE cs yang konon kabar nya menghabiskan 60 juta rupiah, apalagi ditambah mendanai kehadiran para wartawan cetak dan media online yang hadir dengan empat mobil bus. Sementara anggaran pendapatan panitia Hajasa hanya mampu mendapatkan 165 juta rupiah, tidak mungkin atau mustahil itu ditanggung semua. Alhamdulillah, semua dipermudah dengan kemampuan putra nagari bapak Oesman Sapta.
Wartawan media cetak dan online dari Jakarta bersama Dorce, sorenya mengunjungi objek wisata Jonjang Saribu
Sekretariat MPR dengan segala upaya nya terus memaksimal kan bantuan nya, juga terima kasih tak terhingga di ucapkan kepada kementrian pariwisata dan dilibatkan 102 orang wartawan khusus dibawa dari senayan. Apalagi panitia dikampung halaman berjibaku siang dan malam, serta tidak lepas peran seluruh unsur masyarakat dilibatkan seperti bundo kandung, para datuk empat suku, pemuda nagari, lsm FPN, para ustad, para siswa sekolah baik swasta maupun negeri yang begitu sangat peduli jauh dari pamrih, juga jangan lupakan peran aparat polsek Tj Balit serta aparat militer danramil yang memegang tanggung jawab besar mengamankan sosialisasi ini.

Meraih makna

Acara dimulai jam 09.50 wib yakni ketika kedatangan anggota dewan dari senayan yang dipimpin oleh bapak Oesman Sapta, juga di iringi oleh belasan anggota dewan lain nya. Dalam rombongan juga hadir dari sesjend MPR bapak Ma'ruf Cahyono , aktor film Anwar Fuady, artis laris manis asal minang siapa lagi kalau bukan Dorce Gamalama, seterus nya ada Panglima Kodam I Bukit Barisan bapak mayjend Loudwyk Pusung. Sebelum itu, malam nya hadir juga mantan panglima kodam Brawijaya Malang itu karena hanya sebagai teman dekat diundang oleh warga SAS. Kehadiran gubernur Sumbar diwakili asisten I bapak Devi Kurnia, namun dari unsur bupati dan wakil dari Solok serta ketua DPRD kab Solok semua hadir. Menyusul kemudian Wakapolda Sumbar ibu Nur Afiah dan pejabat lain nya.

Antusias warga sekeliling nagari sedikit terhambat karena pemblokiran jalan yang ada tiga simpang, seperti simpang Titi bagonjong, Simpang tugu Koto Tuo serta simpang SMP kacang baririk. Kembali seperti masa tahun tahun dulu semua warga berjalan kaki menuju lokasi di lapangan Koto Tuo. Penjaga'an lansung oleh para anggota TNI serta Polisi tanpa konpromi segera menepikan kendaraan atau kosongkan area di Koto tuo demi menghindari macet serta menjaga ketertiban umum. Selain itu pawai yang sangat panjang yang dibawa para bundo kandung 115 bungo sirih, dua tim marching band, serta para pengikut lain nya membuat jalan begitu penuh dengan suara dan penasaran warga semakin bertambah.
Tampak dari kiri: Dorce, (bag Protokoler), Ma'ruf Cahyono, Idris Laena, Zakarsih Nurdin, Hendri Dunant, Alex Suryani, Oesman Sapta, Gusmal, Bachtiar Ali, Nofi Chandra,  Ludwyik Pusung & (wakapolda Sumbar) Nur Afiah.
Pembawaan yang humoris dari bapak OSO, ternyata mencairkan suasana yang serba formal ini.  Makna empat pilar yang beliau ungkapan dihadapan ribuan masyarakat, membuat khalayak tergugah ternyata Bhineka Tunggal Ika, NKRI, UUD 45 dan Pancasila jangan dilupakan . Semua itu demi membendung pengaruh dari luar yang bermacam paham, apalagi paham Komunis yang beberapa tahun ini mulai bangkit lagi yang kita patut segera waspadai. Sebagian anggota dewan juga diajak serta dalam mengemukakan pemikiran empat ini. Tidak lupa pula simbolis penyerahan sumbangan dari warga SAS perantauan kepada pihak nagari, berupa satu unit ambulance, dua unit becak motor untuk angkut sampah, 20 unit komputer, tabanas kas untuk sanggar puti anggo jati dll. Terakhir ditanda tangani nya prasasti HAJASA perdana diselenggarakan serta pemberian plakat kenangan kepada para anggota dewan yang hadir. Serta pemukulan Gong menandakan sosialisasi empat pilar serta peringatan ulang tahun nagari ke-195 diresmikan.

Ketika tiba saatnya Dorce tampil sebagai penyemangat hiburan, semua yang dibelakang merapat menuju kepanggung utama. Apa yang keluar dari lidah orang Solok ini, selalu mengocok perut hadirin mebuat gelak tawa bederai tiada henti. Namun dalam satu lagu nya "Minangkabau" juga mampu mebuat ribuan warga menyanyikan bersama sama lirik tersebut, tak sedikit para ibu-ibu hadirin yang menitikan air mata, begitu syahdu nya kenangan mendalam dari lirik tersebut.

 
Kembali makna dari sosialisai empat pilar dan perlu nya diperingati ulang tahun nagari yang baru pertama kali di adakan ini, memiliki pesan nyata bagi warga Sulit Air. Betapa perlu perlu nya menghargai jasa para pahlawan dan memupuk bhakti diri pribadi untuk nagari. Tanpa menyampingkan kemampuan, awali dulu kemakmuran dari diri, keluarga, dunsanak berlalu kemudian segenap fikiran dan kemampuan sejauh mana bisa untuk mencurahkan rasa dan karya kepada tanah air yakni Sulit Air. Pesan empat pilar pun tak berbeda jauh, secara universal berbangsa dan bernegara menghayatai nilai-nilai empat pilar tersebut jangan sampai terabaikan, kelatahan bicara artis Zaskia gotik mengucapkan lima sila sudah membuktikan dangkal nya pemahaman berbangsa. Begitupun artis Ayu tinting, masih jauh nya menghargai makna bhhineka tunggal ika ketika ada pertanyaan Rumah gadang disebutkan berasal dari Papua.

--- Sekian ---
MPR Periode 2014-2019 melakukan rebranding kegiatan sosialisasi, menjadi Sosialisasi 4 Pilar MPR RI, Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD NRI Tahun 1945 sebagai konstitusi negara dan Ketetapan MPR, NKRI sebagai bentuk negara, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan Negara. Menurut Ahmad Basarah adanya UU No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, maka MPR diberi tugas untuk melaksanakan sosialisasi tersebut. Dalam Pasal 6 Ayat 2 UU MD3 mengatakan, tugas MPR adalah memasyarakatkan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/dudunhamdalah/sosialisasi-4-pilar-program-liar-yang-menghabiskan-dana-ratusan-miliar_55b81044f17a612928c3dee1
MPR Periode 2014-2019 melakukan rebranding kegiatan sosialisasi, menjadi Sosialisasi 4 Pilar MPR RI, Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD NRI Tahun 1945 sebagai konstitusi negara dan Ketetapan MPR, NKRI sebagai bentuk negara, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan Negara. Menurut Ahmad Basarah adanya UU No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, maka MPR diberi tugas untuk melaksanakan sosialisasi tersebut. Dalam Pasal 6 Ayat 2 UU MD3 mengatakan, tugas MPR adalah memasyarakatkan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/dudunhamdalah/sosialisasi-4-pilar-program-liar-yang-menghabiskan-dana-ratusan-miliar_55b81044f17a612928c3dee1