Tuesday 14 June 2016

Perda Syariah buat siapa ?

Anda pernah Nyepi di Bali? Keluarga saya pernah. Seperti yang kita tahu, saat Nyepi, hampir semua kegiatan ditiadakan. Contoh, selama Nyepi keluarga pasien di berbagai rumah sakit tidak boleh keluar RS dengan alasan apapun. Stok makanan dan minuman pun harus disiapkan, mengingat warung di sekitar RS juga tutup. Selama Nyepi, Bandara tutup sehari dan ratusan penerbangan ditiadakan. Perbankan tutup sampai tiga hari. Anda mungkin menyebutnya aneh dan rugi. Tapi sebagian pengamat menyebutnya unik dan hemat. Di atas segalanya, itulah tradisi dan keyakinan mereka. Hargai. Akan indah jadinya.

Anda masih protes? Tunggu dulu. Apakah Anda penduduk Bali? Apakah pendapat Anda dianggap penting bagi warga Bali? Jika tidak, baiknya diam saja. Hargai. Konon pemilik sebuah toko seluler di Kuta Bali pernah menghina tradisi ini. Yah wajar saja kalau warga merasa geram. Lalu, mengamuk dan merusak toko itu.

Beralih ke ujung Timur Indonesia, setiap hari Minggu, di sejumlah kota di Papua, salah satunya Jayawijaya, warga dilarang jualan. Apapun agama mereka. Itu artinya 52 hari dalam setahun. Kalau Ramadhan, cuma 29 atau 30 hari. Saya pribadi pernah berkunjung ke tiga kota di Papua dan saya melihat ini diatur melalui Perda. Anda mau protes? Tunggu dulu. Apakah Anda penduduk Papua? Apakah pendapat Anda dianggap penting bagi warga Papua? Jika tidak, baiknya diam saja. Hargai.

Kita setuju atau tidak, inilah Perda. Selama Ramadhan, rumah makan di beberapa kota, termasuk Serang, diminta untuk tidak beroperasi siang-siang, cukup sore dan malam saja. Di berbagai kota di Sumatera juga menerapkan ini, dengan Perda atau tanpa Perda. Anda mau protes? Tunggu dulu. Apakah Anda penduduk Serang? Apakah pendapat Anda dianggap penting bagi warga Serang? Jika tidak, baiknya diam saja. Hargai. 

Bahkan di Amerika sono daerah Texas, Anda boleh menyimpan senjata api. Sementara di negara bagian lainnya di AS tidak boleh. Ini Perda. Perda berasal dari aspirasi rakyat setempat. Artinya kebiasaan ini sudah berlangsung puluhan tahun bahkan ratusan tahun. Perda walaupun usianya baru sekian tahun atau belasan tahun berusaha mengukuhkan aspirasi ini. Semoga kita bisa memahami dan berhenti menghakimi.
Boleh-boleh saja kita berempati dan berdonasi kepada si ibu-ibu. Apalagi setelah digiring dan didramatisir oleh media. Tapi pikirkan juga Perda yang telah ditetapkan di Serang. Coba bayangkan, Anda buka bengkel di Bali ketika Nyepi. Atau buka lapak ketika Hari Minggu di Kabupaten Jayawijaya. Ending-nya juga sama, Anda bakal diciduk.
Saya awalnya juga memprotes penggerebekan dan penertiban rumah makan di Serang itu. Kok disita? Warga Serang merespons, "Untung cuma disita. Kalau menurut Perda, yah denda puluhan juta. Dan Perda ini sudah berlangsung sejak 2010. Mestinya setiap warga sudah paham walaupun buta huruf." Fyi, kalau di Serang, mall juga dirazia, bukan cuma pedagang kecil. Alhamdulillah, ada beberapa TK Khalifah di Serang, makanya sedikit-banyak saya tahu, hehehe.
Lantas bagaimana dengan mereka yang tidak berpuasa? Ada non-muslim. Ada musafir. Ada muslimah haid, hamil, dan menyusui. Ada orang sakit. Tenang. Mereka pasti telah mengantisipasi. Aman kok. Terbukti mereka tetap tinggal di sana selama bertahun-tahun. Nggak ada yang protes. Kok kita orang luar yang sok tahu dan mau menggurui? Sebenarnya, dalam tradisi Yahudi dan Kristen ada juga anjuran untuk menghormati tradisi puasa. Lihat Imamat 23: 29 dan ayat-ayat lainnya. Tentu saja ini tiada kaitan sama sekali dengan dinamika muslim sekarang. Yah sekedar komparasi saja. Rezim republik sekarang lebih condong mengkebiri aturan syariah yang telah berlaku lama. Sekarang tidak aneh lagi mah, jika non muslim menjustifikasi perda syariah. Namun justru memilukan dan memalukan, yang mempermasalahkan adalah sebagian ummat Muslim sendiri yang konon katanya terbesar didunia.

Saya pribadi tak pernah menyuruh orang untuk menghargai puasa saya. Toh ini urusan saya dengan Tuhan saya. Tapi saat suatu kota memutuskan sebuah Perda terkait Ramadhan, tak ada salahnya saya dan kita semua turut mengapresiasi. Bagaimanapun itu Perda, itu aspirasi. Ramadhan tahun lalu saya sempat menemani guru saya non muslim untuk sarapan. Bagi saya nggak masalah. Tak mungkin saya tergoda dengan sarapannya. Btw, ibu saya rutin puasa Senin-Kamis. Ketika saya makan siang, beliau sering menemani saya. Bagi beliau nggak masalah. Itulah 'Perda' di rumah kami. Anda protes? 

Sumber: detiweka.blogspot.co.id (astrid s)

Thursday 9 June 2016

Muhammad Ali legenda tinju Dunia

Innalillahi wa innailaihi rojiun, legenda tinju dunia, Muhammad Ali dinyatakan meninggal dunia, Jumat (Sabtu 5 juni .WIB) akibat komplikasi penyakit parkinson yang dideritanya. Besok Jumat, adalah hari akan diantarkan jenazah nya bersama-sama yang akan disaksikan oleh puluhan ribu ummat Muslim Amerika dan dunia.

Ali menghadap Sang Pencipta pada usia 74 tahun. Dia meninggal dikelilingi oleh orang-orang tercintanya, di sebuah rumah sakit di area Phoenix, sekitar jam 9, Jumat malam. Petinju legendaris ini meninggal pada usia 74 tahun setelah berjuang melawan penyakit Parkinson selama 32 tahun. Juru bicara keluarga Ali, Bob Gunnell, secara resmi mengumumkan kepergian petinju yang pernah menjadi ikon dunia pada 1960-1970-an ini. "Setelah 12 tahun berjuang mengatasi sindroma parkinson, Muhammad Ali, meninggal dunia pada usia 74 tahun," kata Gunnell.

Kini dunia mengenang Ali. Sebagai olahragawan dengan prestasi segudang, Muhammad Ali meraih masa jayanya di usia muda. Semua bisa dia dapatkan. Uang dan harta benda bukan masalah bagi dia saat itu. Tetapi hati terusik saat dia melihat gerakan Islam di antara orang-orang Afro-Amerika berjuluk Nation of Islam. Mungkin karena hidayah, dia lalu mulai mendekati organisasi itu perlahan-lahan.

Nation of Islam dipimpin Elijah Muhammad dan Malcolm X saat itu berkembang pesat di kalangan warga kulit hitam. Seperti dilansir Merdeka, pada 1964, Ali bergabung dengan mereka dan mulai belajar tentang Islam. Setelah mantap mengucapkan dua kalimat syahadat, dia kemudian mengganti namanya menjadi Cassius X. Tidak lama kemudian tanpa alasan jelas dia keluar dari organisasi itu dan kembali mengubah nama menjadi Muhammad Ali, sperti dikutip dari situs www.biography.com. Hijrah dengan megubah nama Islam, merupakan setahun setelah dia meraih gelar juara dunia dengan mengkanfaskan Sonny Liston petinju hebat saat itu.


Sepanjang waktu dalam masa resesi perang dingin Amerika dirundung juga masalah pelik. Perlakuan warga kulit putih terhadap kaum Afro-Amerika sudah di luar batas. Pembunuhan terhadap orang kulit hitam kerap terjadi. Organisasi rasis macam Klu Klux Klan dan sejenisnya mulai melakukan teror di lingkungan kulit hitam. Ali yang sejak kecil tumbuh dengan keadaan itu tidak kaget lagi.
 
Di saat bersamaan, Amerika terlibat dalam Perang Vietnam. Ribuan pemuda Negeri Paman Sam dipaksa ikut wajib militer, termasuk Ali. Sang legenda pun membuat heboh masyarakat Amerika lantaran menolak wajib militer. Alasan dia adalah Islam tidak membenarkan perang kecuali buat membela Allah S.W.T. Ada satu ungkapan terkenal dari Ali saat dia menolak menjadi serdadu, "Saya tidak punya urusan dengan Viet Kong. Mereka tidak pernah memanggil saya Nigger." Sontak sikap itu menimbulkan kontroversi. Sebagian mengecam, lainnya menyanjung langkah dia.
 
Atas sikapnya itu, Ali kemudian diajukan ke meja hijau. Tragisnya, gelar juaranya hasil bertarung bertahun-tahun di atas arena dicabut oleh Komisi Atletik New York. Dia juga dilarang bertanding selama tiga tahun. Setelah berjuang di selama lebih dari 3,5 tahun, Ali akhirnya terbebas dari tuntutan. Dia kembali unjuk gigi di atas ring tinju. Gerakan kakinya tetap lincah. Pukulannya pun masih cepat dan keras. Mampu merontokkan mental lawan.
Lalu apa yang membuat Ali begitu luar biasa, fenomenal dan inspiratif? Tentu saja karena Muhammad Ali memiliki mekanisme motivasi yang sangat baik, yang kemudian, mempengaruhi seluruh tubuhnya dengan sangat dahsyat untuk selalu melakukan hal-hal terbaik.

Ali selalu mensugesti positif dirinya sendiri, sekalipun ketika Ia akan memulai pertandingan tinjunya. Melompat-lompat ketika akan memulai pertandingan adalah caranya berekspresi lalu memotivasi diri melalui berterIak. “Im The King.... I do My best.... Im The King.... Im greatest in the world....”. Nyaris hampir di setiap pertandingan Muhammad Ali melompat dan berteriak, tak ayal dijuluki Si Mulut Besar.
 
Muhammad Ali berteriak lantang bukan untuk menyombongkan diri, namun Ia berteriak untuk berbicara pada dirinya sendiri, Ia berteriak untuk memotivasi dirinya sendiri, Ia berteriak untuk membangkitkan potensi terbaiknya. Ia berteriak sehingga semangat untuk melakukan hal terbaik merasuki alam bawah sadarnya sehingga semua gerak langkahnya dalam bertinju sudah terotomatisasi untuk melakukan hal-hal terbaik yang bisa Ia lakukan. 

Sumber: Harian terbit.
--- Sekian ---

Wednesday 1 June 2016

SAS bagian diaspora Minang Indonesia.

Seminar & Diskusi Filantropi Diaspora oleh Filantropi Indonesia kerja sama UNDP PBB, selasa 31Mei 2016. Di Papua Room, Menara Thamrin Jakarta Pusat
Salah satu nara sumber dalam undangan Filantropi Indonesia baru baru ini, peran SAS cukup diamati dan menjadi bagian referensi berita diaspora Indonesia. Hal itu diwakili sebagai sumber informasi bapak Drs. Zakarsyih Nurdin ketua umum DPP SAS, satu dari tiga pembicara. Apa itu Diaspora? Kalau dalam arti sempit Diaspora adalah : " perantau " yaitu orang yang meninggalkan tanah kelahirannya untuk pergi ke daerah atau ke negara lain untuk mencari kehidupan yang lebih baik, ketimbang di daerah atau negaranya sendiri. 

Lalu apa pengertian Diaspora? teman-teman mungkin juga jarang mendengar Istilah ini, penulispun awalnya demikian, ketika diaspora Indonesia di Amerika bertemu waktu itu bapak Dino Patti Djalal dubes nya sebelum 2010. Dimana gaung nya kentara sekali dan kehadiran orang-orang hebat Indonesia yang hilang diseluruh dunia berkumpul dalam satu waktu ibarat reuni kebangsaan. Sayapun mencari Istilah Diaspora tersebut di internet, di Wikipedia. Menurut Wikipedia pengertian Diaspora sebagai berikut: Istilah diaspora (bahasa Yunani kuno διασπορά, "penyebaran atau penaburan benih") digunakan (tanpa huruf besar) untuk merujuk kepada bangsa atau penduduk etnis manapun yang terpaksa atau terdorong untuk meninggalkan tanah air etnis tradisional mereka. Lingkup luas nya termasuk penyebaran mereka di berbagai bagian lain dunia, dan perkembangan yang dihasilkan karena penyebaran dan budaya mereka. 

Mulanya, istilah Diaspora (dengan huruf besar) digunakan oleh orang-orang Yunani untuk merujuk kepada warga suatu kota kerajaan yang bermigrasi ke wilayah jajahan dengan maksud kolonisasi untuk mengasimilasikan wilayah itu ke dalam kerajaan. Asal usul kata itu sendiri diduga dari versi Septuaginta dari Kitab Ulangan 28:25, "sehingga engkau menjadi diaspora (bahasa Yunani untuk penyebaran) bagi segala kerajaan di bumi". Istilah ini telah digunakan dalam pengertian modernnya sejak akhir abad ke-20. Makna aslinya terlepas dari maknanya yang sekarang ketika Perjanjian Lama diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, dan kata "diaspora" digunakan untuk merujuk secara khusus kepada penduduk Yahudi yang dibuang dari Yudea pada 586 SM oleh Babel, dan Yerusalem pada 135 M oleh Kekaisaran Romawi. Istilah ini digunakan berganti-ganti untuk merujuk kepada gerakan historis dari penduduk etnis Israel yang tersebar, perkembangan budaya penduduk itu, atau penduduk itu sendiri.

Bidang akademik dari studi diaspora terbentuk pada akhir abad ke-20, sehubungan dengan meluasnya arti 'diaspora'. Jacob Riis, seorang penulis yang tajam, menyimpulkan bahwa diaspora terbentuk pada pertengahan abad ke-20, namun pada kenyataannya makna diaspora yang diperluas baru disediliki pada akhir abad ke-20. Pada abad ke-20 khususnya telah terjadi krisis pengungsi etnis besar-besaran, karena peperangan dan bangkitnya nasionalisme, fasisme, komunisme dan rasisme, serta karena berbagai bencana alam dan kehancuran ekonomi. Pada paruhan pertama dari abad ke-20 ratusan juta orang terpaksa mengungsi di seluruh Eropa, Asia, dan Afrika Utara. Banyak dari para pengungsi ini tidak meninggal karena kelaparan atau perang, pergi ke benua Amerika.

Sebuah kemajuan juga diakui, keberadaan SAS sebagi wadah perkumpulan, makna nya tak jauh berbeda dalam pengertian diaspora  diatas.  Diaspora etnis Minang seperti SAS telah dibentuk duluan dalam wadah organisasi, kalau diaspora yang lain perlu waktu dan tempat untuk menyatukan nya. Beruntunglah orang Sulit Air, para orangtua dahulu hoby berkumpul. Paling nyata awal kehadiran dan menjadi sebuah organisasi SAS adalah pada dua tempat yakni ketika waktu berkabung dan waktu kenduri (baralek). Dalam dua tempat tersebut kehadiran komunitas SAS menjadi sangat bergairah dan dinantikan. Dalam momen berkabung contoh nya, menghadiri takziah waktu paling menyita perhatian. Cobalah alami sendiri, jikalau ada yang bertakziah, ceramah sudah selesai  namun kehadiran warga "SAS" tak kunjung beranjak dari tempat duduk nya, andai pun ada mencari kerabat yang lain untuk sekedar bencekrama tmembahas topik yang lain.
 
So.. Apa yang ditarik dari makna diaspora, seperti SAS ini ? kehadiran nya tentu semua mungkin bisa menarik pembelajaran, kerja sama, komunikasi dalam rangka mencari solusi masalah sosial, kemanusiaan , kebudayaan serta memperteguh kearifan budaya lokal yang terkembang di masing-masing tempat. Selain itu juga dapat menambah tumbuh kembang sifat dan semangat yang terakomodasi dalam spirit kebangsaan nasionalisme yang nyata kelak. Namun ini masih bagian langkah mengembangkan diaspora itu sendiri, kelemahan dan kekurangan adalah "pr" yang selalu menjadi nilai kebaikan disempurnakan kemudian hari.
 --- Sekian ---