Sunday 25 January 2015

Baralek di kampuang

         
          Pelaksanaan perhelatan atau dalam bahasa Minang disebut Baralek, di kampung halaman ternyata jauh lebih ribet dibanding dengan jika dilaksanakan di rantau. Di rantau, kita bisa lebih santai dan fleksibel. Salah satu contohnya, urusan masak-memasak. Di rantau, kita bisa pakai jasa katering. Kita tinggal pesan apa yang kita mau. Tapi kalau di kampung, jangan coba-coba melakukannya. Tidak ada yang boleh diupahkan, harus dikerjakan secara bergotong-royong oleh penduduk kampung. Jika kita nekat mengupahkannya, maka kita telah menciderai perasaan warga kampung. Disnilah kemampuan sebuah keluarga di uji dengan kearifan budaya lokal yang kental dengan melestarikan nuansa adat serta mematuhi norma Islam yang ada.
          Acara baralek ini dilaksanakan secara gotong royong baik dari sisi biaya, maupun pelaksanaan nya. Bahkan keluarga bako pun wajib terlibat penuh dalam hal mmensukseskan acara baralek, Orang tua perempuan (anak daro) ataupun orang tua laki-laki (marapulai) sedkit banyak nya merasa terbantu, bisa dibilang tinggal beres saja.

          Baralek di Nagari Sulit Air menghabiskan beberapa hari dengan menjalani peranan masing-masing yang sudah terbiasa dijalanakan. Moment ini hanya sekali seumur hidup, bagi yang mengulangi nya cukup diketahui oleh keluarga dekat dan teangga. Namun sebelum hari "H" ada hal yang sangat penting tidak bisa diabaikan, yakni adat mamanggie (undangan) dalam kenagarian Sulit Air butuh waktu beberapa hari untuk melaksanakan nya. Biasanya mamanggia dilaksanakan 14-21 hari seblum hari pernikahan dilaksanakan.


          Dalam Mamanggie, tradisi yang biasa dibawa adalah berupa siriah pinang lengkap, kemudian beberapa bungkus rokok biasanya merek Gudang Garam16 dan Syamsu 123. Bahkan dulu nya sebelum ada rokok modern, yang dibawa adalah duduik (rokok dari pucuk aren dan tembakau iris). Tidak lupa orang yang mamanggie memakai peci atau kopiah itam, dan melilitkan sebuah sarung bugis dileher.
         Adat mamanggie juga membutuhkan sedikit keterampilan komunikasi berupa petatah-petitih yang nanti nya mengundang kaum suku, kerabat, tetangga dll. Baralek di Minang adalah kabar baik, maka dari itu perlu di imbaukan dalam bentuk mamanggie (bertemu langsung-bertatap muka). Lain hal nya jika berduka (meninggal) hanya perlu di ambaukan (disampaikan dari mulut ke mulut tanpa harus bertemu lansung.

         Lima hari memasuki hari "H" dimulailah prosesi adat yang berlaku, melibatkan para ninik mamak dan para bako juga keluarga besar kedua mempelai. Di Nagari Sulit Air, akad nikah berlansung pada hari Jumat di Masjid Raya Silungkang. Berikut ini prosesi yang akan berjalan yang memakan waktu 10 hari lebih jika dilaksanakan semua   :
  • Hari Senin barundiang berperanan Ninik Mamak, Urang Sumando dan Bundo Kandung dan bako dan marapulai.
  • Hari Selasa maarak anak pancau maksud mengantarkan pemberian bako kapada anak pisang yang kak kawin berperan kaum pihak bako.
  • Hari Rabu pertemuan urang sumando maksudnya urang sumando kedua belah pihak membicarakan tata cara penjemputan marapulai.
  • Hari Jum’at baralek pihak perempuan di rumah dan menjeput marapulai laki-laki pada malam hari masih banyak bertempat di rumah gadang adat dan pihak laki-laki mengantarkan marapulai berperanan adalah Ninik Mamak, Urang Sumando dana Bundo Kandung kedua belah.
  • Hari sabtu makan malam, Marapuai laki-laki menagajak makan malam para dunsanak, bako dan kawan-kawannya untuk makan ke rumah marapulai perempuan, pertanda memperkenalkan saudara kedua pihak.
  • Hari Minggu bararak , maksudnya pihak perempuan diantarkan ke rumah pihak laki-laki dengan membawa bekal makanan khas sepeprti Godok dan goring Pisang, Kubang-kubang, bubur sipuluik, samba 12, yang dating para kaum ibu dan bundo kandung pihak perempuan yang menanti juga para kaum ibu dan bundo kandung pihak laki-laki.
  • Hari Selasa hari manjalang, pihak perempuan menjalang keluar pihak laki-laki biasanya ke saudara pihak laki-laki atau ke mamk pihak laki-laki danjuga ke bako pihak laki-laki.
  • Hari kamis maantaan boli atau manjapuik kain, Pihak perempuan membawa bekal nasi, sambal kepada pihak laki-laki dan sekaligus membawa kain marapulai laki-laki kerumaha perempaun.
Jamuan adat setelah pernikahan berlansung
        Meski terasa tradisonal dan tidak praktis serta memakan waktu yang lama, kegiatan seperti ini sangat menarik dan bermanfaat hingga budaya adat minang selalu dapat dilestarikan. Bagi warga kampung, kebersamaan itu adalah segalanya walaupun terasa rumit untuk mewujudkannya. Jika sudah pernah melaksanakan baralek di kampung, rasa tidak sesulit yang dibayangkan. Apalagi ini bagian dari kebudayaan Minang dan banyak menyajikan nuansa sakral bagi pribadi juga nanti kelak. 
Acara barundiang menjelang Baralek
Samba gulai kambing, salah satu menu wajib acara baralek

----- Sekian -----

No comments:

Post a Comment