Tuesday, 24 March 2015

DPP SAS selenggarakan dialog nagari



          Beberapa hari yang lalu tepat nya hari sabtu tanggal 21 maret 2015 digedung Perpusnas Salemba, dilansungkan dialog dan diskusi antar pemangku nagari yang spesial didatangkan dari kampung halaman. Dialog ini boleh dibilang plus karena juga dihadiri oleh 5 anggota DPRD Kab.Solok dimana dua diantara nya made in Suliek Aie. Acara ini dipandu oleh salah ketua DPP SAS bapak Pinto Multison Dt.Malin Panghulu.

          Tampil dipanggung utama nya adalah Wali nagari ibu H. Alex Suryani, disamping beliau ada badan musyawarah nagari (BMN atau cadiek pandai nya Sulit Air) diwakili oleh Bapak Tasrial, selanjutnya majelis ulama Indonesia (MUI) diwakili oleh bapak H.Irdison, disebelah nya duduk ada juga kerapatan adat nagari (KAN) bapak Hendri Dunant Dt.Endah Bongsu, terakhir juga hadir bapak Drs.Ahmad Purnama (anggota dewan dari dapil X koto Diatas).

          Acara ini baru pertama kali nya diselenggarakan oleh DPP SAS dan lansung dibuka oleh ketua umum nya H.Zakarsyih Nurdin SH, sebagai kata sambutan berikut nya juga disampaikan oleh bapak Hardinalis SE.MM yang saat ini menjabat sebagai ketua DPRD kab.Solok. Tidak lupa pula semua hadirin berdiri dikumandangkan nya lagu Indonesia raya dan lagu Hymne SAS sebagai penyemangat. Sebelum masuk ke dialog dan diskusi ustad Zondra ikut melantunkan ayat suci Al-Quran sebagai pembuka.
Semua berdiri kumandangkan Indonesia Raya dan Hymne SAS
          Pada sesi pembuka kata dari ibu Wali nagari, beliau mengucapkan apresiasi dan terimaksih sebesar-besar nya telah diberi kesempatan mengungkapkan progam kerja 100 hari nya. Ketika awal pelantikan tahun lalu belum diberi kesempatan berbicara, tetapi pada hari dialog dengan semangat menceritakan program-program nagari yang sudah dilaksanakan beserta rintangan dan keterbatasan yang ada. Jika di akumulasikan dalam perjalanan sebagai wali nagari beliau menjelaskan teramat beratlah menjadi seorang Wali nagari di Sulit Air yang masyarakat nya dinamis serta kritis kadang sampai menimbulkan fitnah. Namun tidak akan menyerah dengan keadaan.

          Namun dengan semangat cinta Sulit Air membangun nagari plus manusia nya, beliau jalani hari demi hari melayani keluhan dan kekurangan masyarakat. Padahal sudah dengan tegas pada awal nya dulu tidak akan mencalonkan jadi "Atuak Palo" nagari, karena masih banyak kaum laki-laki yang lebih mampu selain diri nya namun dorongan serta semangat pantang menyerah yang disuarakan oleh suami beliau serta suratan takdir Ilahi jadilah seperti sekarang ini.

          Pada periode ini diberi amanah oleh rakyat, beliau tidak mau main-main dengan mengedepankan segala administrasi aparatur pemerintah yang bersih dan jujur. Hal ini dibuktikan dengan membawa hasil kerja dan menampilkan dalam bentuk slide layar dihadapan warga SAS se Jabodetabek, sebenar nya itu tidaklah wajib karena Wali nagari hanya bertanggung jawab kepada negara dan rakyat yang diayomi nya. Namun Masyarakat Sulit Air itu sangat dinamis dan kritis bolehlah dibuka segala sekat rahasia nagari sebagai acuan kerangka kerja yang telah purna. Lagipula SAS perantauan  adalah bagian masyarakat yang memeberikan konstribusi terbesar terhadap pembangunan nagari ini.
Kata sambutan oleh ketua umum DPP SAS H. Zakarsyih Nurdin
          Dalam makalah yang beliau bawa sudah ada 13 poin kerja nyata yang telah dilaksanakan. Secara garis besar nya nagari telah melaksanakan musrenbang disana di buat perencanaan kerja dan pendanaan yang akan diajukan kepada pemerintah kabupaten sebesar 4 milyar untuk tahun 2016 kedepan. Nanti nya pemerintah kota akan menyaring kegiatan mana yang akan diprioritaskan, Alhamdulillah tahun 2015 ini akan dicairkan pelaksanaan program pembangunan nagari dan menghabiskan dana 3.7 milyar dari APBD plus swadaya masyrakat, tapi masih ada 12 item program karya senilai 850 juta rupiah mengharapkan bantuan warga SAS perantauan nanti nya.

          Pembangunan insfrastruktur nagari meliputi pembuatan dan perbaikan serta pengecoran  jalan-jalan penghubung antar 13 jorong, pembuatan irigasi air, pengadaan bibit serai wangi untuk lahan-lahan kosong yang bernilai jual tinggi. Dalam kerjasama sosial dan budaya aparat nagari mengirimkan puluhan kaum hawa berkarya dalam seni bordir dan menjahit dikota Padang. Selain itu dalam bidang rohani bekerja sama dengan BMN dan MUI dan KAN membuat aturan tegas kepada seluruh pelajar untuk adakan sholat magrib berjamaah dan kajian Islam, namun sedikit kendala para keterbatasan para guru mengaji tiap-tiap musholla sangat kurang. Selain itu ikut dirembug kan sepi nya PSA, EL-Hakim, Gontor XI dan SD dimana  anak didik jauh berkurang, dimana kesalahan nya atau lokasi nya tidak memungkinkan.

          Kehadiran tigo tungku sajarangan nagari Sulit Air ini, dalam rangka menjalin kerjasama dan menyingkap semua kendala yang dihadapi oleh aparat nagari yang bertugas, maka itu tampil didepan juga bapak Ahmad purnama sebagai wakil rakyat di pemerintah yang juga bisa menjembatani kekurangan pendanaan pembangunan nagari. "Saat ini akan dicairkan dana untuk pemugaran Puskesmas dari bantuan pusat sebesar 600 juta rupiah" kata nya.Tidak itu saja beliau juga menyuarakan dengan sedikit tegas kepada DPP SAS untuk melebarkan sayap nya berkiprah lebih jauh lagi untuk nagari, Back to basic dalam rangka menjaga keseimbangan pengaruh dan perselisihan yang akan terjadi antar lembaga serta tidak berpihak. Malah memuliakan DPP SAS hendak nya bertindak sebagai Makamah Agung untuk jalan tengah kebaikan bersama. DPP SAS dalam jawaban nya semua masalah  tetap kembali kejalan mufakat dan tidak pula SAS bisa masuk semena-mena terhadap persoalan nagari. Kongkrit nya semua lembaga nagari tersebut memiliki legal standing dimata hukum, sementara SAS adalah sebuah ormas yang terbatas dalam bertindak. 
Pemaparan program nagari oleh ibu wali dalam 100 hari sebelum nya.
          Bapak Tasrial mewakili BMN juga berharap kerja sama erat terhadap semua lembaga, namun fungsi utama dari BMN adalah mengangkat dan memberhentikan Wali Nagari jika terjadi sesuatu hal yang luar biasa. Kehadiran bapak H.Irdison sebagi wakil MUI Sulit Air melengkapi informasi dari kampung dimana untuk pernikahan sekarang ini diadakan dipusat kecamatan yakni di nagari Tanjung Balit dengan biaya murah hanya 60 ribu rupiah. Andaipun ingin menikah di masjid raya, tetap bisa tapi mengeluarkan biaya tinggi diperkirakan 600ribuan. 

          Selain itu pemugaran masjid Raya sedang berjalan, untuk kubah masjid sudah ada donatur nya bapak Prof.Yurnalis Udin dan atap dan loteng masjid ditanggung seorang dermawan SAS Batam (tidak mau disebutkan namanya) ditambahi juga oleh kas Masjid sebesar 246 juta tidak itu saja H. Ofratos dermawan SAS Pekanbaru ikut sumbangsih nya dalam biaya tukang selama proyek berjalan. "Semua pembukuan jelas bahkan yang ikut menyumbang 50 ribu rupiah pun dituliskan dipapan pengumuman, jika ada yang masih penasaran dan tidak puas silahkan datangi pengurus masjid" kata beliau dalam menjawab tudingan fitnah yang tidak jelas dan transparan nya pengelolaan masjid. Dalam anggaran yang tertulis masih ada kebutuhan dana yang besar untuk menjadikan masjid raya ini lebih baik, seperti pembangunan gedung toilet+berwhudu sebesar 300 juta, penambahan sound system+tikar sholat+pengecatan dan kaligrafi dinding dibutuhkan 165 juta rupiah lagi. 

          Dalam barisan pertemuan tersebut juga hadir bapak H.Firdaus Umar ketua masyarakat nagari Kacang kec.X koto dibawah. Dimana beliau terus berupaya dalam perdamain perbatasan nagari yang masih tegang namun bisa dikendalikan, jangan sampai peristiwa 1967 terjadi bunuh-bunuhan terulang kembali. Mantan wali nagari H.Firdaus kahar mengusulkan jalan tengah jika tanah perbatasan tersebut dijadikan saja tanah perdamaian atau sebuah monumen berdiri disana. Tentu semua kembali kepada kedua belah pihak mana yang terbaik, diharapkan juga jangan ada yang memancing di air keruh.    
Sesi tanya jawab pertama oleh Kol.Infantri Reza Anwar ketua SAS Bandung (mantan bupati Lampung Selatan).
          Melengkapi aparat tiap nagari baik yang resmi maupun lembaga dibentuk warga dangau juga ikut disusun pengurus yang ada. Yakni selain KAN, BMN dan MUI ada juga seperti ketua PKK ibu Emira Podesta, Bundo Kanduang nagari ibu Syafrida SE, ketua pemuda/karang taruna bapak Eka Adiputra S.psi, ketua FKPM (forum kemitraan polisi masyarakat) bapak Al-kausar, ketua pengurus masjid nagari bapak Drs. Irdison,  ketua pasar nagari bapak Elpison, ketua sanggar puti anggo jati bapak Taufikurahman, ketua IPHI (ikatan persaudaraan haji Indonesia) bapak bapak H.Sahrial, ketua LPMN bapak H.Firdaus Kahar, ketua KPI (koalisi perempuan Indonesia) ibu Usmayanti dan terakhir dibentuk ketua PORBBI (persatuan olah raga buru babi) bapak H. Sutan Sahril.

          Semua yang hadir sedikit banyak nya sudah mendalami dan  mengetahui kendala serta keterbatasan dalam membangun nagari, tidak cukup sekedar mengkritisi tapi sangat minim kontribusi. Mari bersikap positif, sepakat kita tipiskan perbedaan. Tidak mudah mengelola dan menyatukan masyarakat baik di rantau ataupun dikampung halaman. Semua punya kemampuan ada pada batasnya, jika ada yang tidak pada jalan nya berikan nasehat dan contoh yang baik. Selanjutnya mari tunggu apalagi gebrakan oleh Tigo Tungku Sajarangan yang terpilih ini. Nagari juga miliki kotak pengaduan jika ada usulan lansung silahkan email ke - nagarisulitair@gmail.com. 


Sumber photo: Muhammad Hamdani
    ---- Sekian ----

Friday, 20 March 2015

Sejarah kemuliaan Al-Quran (tausyiah Jumat)




السلام عليكم ورحمة الله وبركاتهبسم الله والحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله ، وبعد

          Mukjizat AlQur an diakui oleh berbagai pihak, baik orang beriman maupun orang kafir. Sejak dulu hingga kini, bahkan hingga akhir zaman, tak ada kitab yang mampu menandingi keindahan gaya bahasanya. Cukup banyak pujangga dan sastrawan yang menulis puisi namun tak satupun yang berhasil mampu menandingi keindahan Al Quran. Kitab suci ini dijamin keontetikannya sepanjang masa. “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami pula yang benar-benar memeliharanya.” (QS Al Hijr:9).

          Tak satu huruf pun dapat ditambahkan, tak satu huruf pun bisa dikurangi dari Al-Quran. Bahkan tak satu pun titik boleh digeser dari satu huruf ke huruf lain. Jika ada yang mencoba melakukan perubahan pada Al-Quran hal tersebut dapat diketahui dengan mudah. Sebab begitu banyak penghafal Al-Quran dari masa ke masa. Dan tak satu pun kitab di dunia ini yang abadi seperti keabadian al-Quran.
Naskah lama Al-quran tanpa baris

History
          Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Kemudian transformasinya menjadi teks yang dijumpai saat ini selesai dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.

  • Pengumpulan Al-Qur'an di masa Rasullulah SAW
         Pada masa ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab.
Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan.
 

          Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang.Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.
  • Pengumpulan Al-Qur'an di masa Khulafaur Rasyidin
Pada masa pemerintahan Abu Bakar:
          Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di antara para sahabat.
 

          Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar.Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafsah yang juga istri Nabi Muhammad SAW.

Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan:
          Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda.

          Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku.
Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini.


          Bersamaan dengan standarisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). 
Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam di masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.

          Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih: 
Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-mushaf Al Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata, 'Bagaimana pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya mendapat berita bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at orang lain. Ini hampir menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?' Ia menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan. 'Kami berkata, 'Pendapatmu sangat baik'."

          Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an, keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati oleh para sahabat.
Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. 
Lalu Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam. 

          Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka. Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah (mushaf al-Imam).

Cara Al-Quran Diturunkan Kepada Nabi SAW

no1

Hati

Jibril memasukkan ke dalam hati Baginda dalam keadaan Baginda tidak melihat apa-apa, hanya Baginda berasa bahawa wahyu itu berada dalam hatinya.
no1

Pengucapan

Malaikat memperlihatkan dirinya sebagai seorang lelaki dengan mengucapkan ayat kepada Baginda sehingga Baginda benar-benar dapat menghafaz ayat yang diturunkan itu.
no1

Bunyi

Wahyu datang kepadanya berserta bunyi loceng. Ini adalah cara yang paling berat dihadapi oleh Baginda sehingga keadaan baginda sangat panas walaupun ketika itu cuaca sangat sejuk.
no1

Datangnya Jibril

Jibril memperlihatkan dirinya yang sebenar sepertimana yang dialami oleh Baginda sewaktu turunnya ayat surah al-Muzammil.



         
          Alquran diturunkan secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun. Para Ulama membagi masa penurunan ini menjadi dua periode, yaitu periode Makkah dan periode Madinah. Periode Makkah berlangsung selama 13 tahun masa kenabian Rasulullah SAW. Sementara itu, periode Madinah dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10tahun. Sedangkan, menurut tarikh Qamariyah Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan, 22 hari. Adapun kosakata Al-Quran berjumlah 77.439 (tujuh puluh tujuh ribu empat ratus tiga puluh sembilan) kata, dengan jumlah huruf 323.015 (tiga ratus dua puluh tiga ribu lima belas) huruf yang seimbang jumlah kata-katanya, baik antara kata dengan padanannya, maupun kata dengan lawan kata dan dampaknya.  


Dari segi turunnya ayat-ayat Al-Qur’an itu dipisahkan menjadi dua: 
1. Ayat-ayat Makkiyyah, ialah ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah atau sebelum Nabi Muhammad SAW. berhijrah ke Madinah.
2. Ayat-ayat Madaniyyah, ialah ayat-ayat yang diturunkan di Madinah atau sesudah Nabi Muhammad SAW. hijrah ke Madinah.

          Subhanallah...Jika baca dan hayati dengan sepenuh jwa, belum pernah ada dalam sejarah keajaiban di dunia ada sebuah benda yang semisterius dan semenarik seperti apa yang digambarkan ayat-ayat Al-Quran, kata per kata, ayat per ayat. Bahkan dalam pengucapan huruf dan kata-katanya muncul melodi indah dalam susunan tangga nada yang rumit. Banyak pula keajaiban dan ke unikan dari angka, surah dan ayat-ayat didalam Al-quran itu sendiri. InsyAllah dalam tulisan akan datang, kita buka dan urai kembali akan kebesaran dari kitab suci ummat Islam ini.



Sumber: www.Alquran.gov (Malaysia)
-- Sekian --

Friday, 13 March 2015

Bilal dan Adzan terakhirnya (Tausyiah Jum'at)


          
        Semenjak Rasulullah wafat, Bilal menyatakan bahwa dirinya tidak akan mengumandangkan adzan lagi.
Bahkan ketika Khalifah Abu Bakar memintanya untuk menjadi muadzin kembali, dengan hati pilu nan sendu bilal berkata: "Biarkan aku hanya menjadi muadzin Rasulullah saja. Rasulullah telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi." 

         Abu Bakar pun tak bisa lagi mendesak Bilal untuk kembali mengumandangkan adzan. Kesedihan sebab ditinggal wafat Rasulullah terus mengendap di hati Bilal. Dan kesedihan itu yang mendorongnya meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam, dan kemudian tinggal di Homs, Syria.

         Lama Bilal tak mengunjungi Madinah, sampai pada suatu malam, Rasulullah hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya: "Ya Bilal, Wa maa hadzal jafa? Hai Bilal, mengapa engkau tak mengunjungiku? Mengapa sampai seperti ini?" Bilal pun bangun terperanjat, segera dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah ke makam Rasulullah. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Rasulullah. Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan melepas rasa rindunya pada Rasulullah, pada sang kekasih. 

         Saat itu, dua pemuda yang telah beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya adalah cucu Rasulullah Hasan dan Husein. Dengan mata sembab oleh tangis, Bilal yang kian beranjak tua memeluk kedua cucu Rasulullah tersebut. Salah satu dari keduanya berkata kepada Bilal: "Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan untuk kami? Kami ingin mengenang kakek kami." Ketika itu, Umar bin Khattab yang telah jadi Khalifah juga sedang melihat pemandangan mengharukan itu, dan beliau juga memohon kepada Bilal untuk mengumandangkan adzan, meski sekali saja.

         Bilal pun memenuhi permintaan itu. Saat waktu shalat tiba, dia naik pada tempat dahulu biasa dia adzan pada masa Rasulullah masih hidup. Mulailah dia mengumandangkan adzan. Saat lafadz Allahu Akbar dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktifitas terhenti, semua terkejut, suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok Nan Agung, suara yang begitu dirindukan itu telah kembali. 

         Ketika Bilal meneriakkan kata Asyhadu an laa ilaha illallah, seluruh isi kota madinah berlarian ke arah suara itu sambil berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan mereka pun keluar. Dan saat bilal mengumandangkan "Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah", penduduk sekitar Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat memilukan. 

         Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Rasulullah, khalifah Umar bin Khattab yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tak sanggup meneruskan adzannya, lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai. Hari itu madinah mengenang masa saat masih ada Rasulullah diantara mereka. Hari itu adalah adzan pertama dan terakhir bagi Bilal setelah Rasulullah wafat. Adzan yang tak bisa dirampungkan.

        Subhanallah... kisah diatas ini mampu mencampur adukkan perasaan kita. Mampu membuat kita menitikkan air mata tanda kecintaan kita kepada Rasulullah SAW, sebagaimana cinta kita pula kepada ummat Muhammad SAW. Itulah pentingnya ukhuwah -- karena sesungguhnya ukhuwah itu merupakan penanda iman kita.

Anjuran kepada kaum pria

Sumber: Fb One Day One juz

Thursday, 12 March 2015

Pak Nasrul pemberi inspirasi


           Masih ingat dengan bapak Nasrul alias Mak Nai (saudara sekampung memanggil beliau) yang tiba-tiba jadi terkenal ketika pertengahan awal November tahun 2014 lalu ? Hal itu diungkap pertama oleh situs www.merdeka.com diikuti oleh banyak media lain nya, yang menampilkan berita inspiratif juga perjalanan hidup yang mengharukan.Biar yakin coba cari di mbah gogel ketik "pak Nasrul tukang photo" pasti banyak kisah nya diceritakan.

         Perjalanan hidup beliau cukup memilukan bagi republik ini, disaat sudah berusia senja seluruh sisa tenaga beliau tumpahkan pengabdian dalam sikap pantang menyerah. Banyak lagi Nasrul - Nasrul yang lain di pelosok negeri ini belum terekspose. Semoga nanti kisah pak Nasrul ini bisa menanamkan kepedulian bagi sekeliling kita. Asa kita sampaikan kepada pihak pemda, nanti nya bisa membuat nasib dan peruntungan masa tua sodara-sodara yang lain  lebih terjamin terutama dari pemerintah.

          Bapak Nasrul saat ini hanya tinggal sendiri terpisah dari saudaranya di daerah pasar rumput yakni di gedung SAS Menteng. Namun untung disana beliau banyak memiliki teman dan dunsanak. Bukan nya beliau tidak memiliki saudara ditanah Betawi ini, bahkan ada salah seorang keponakannya rela mengorbankan waktu dan materi untuk merawat sang Datuk ini. Namun karena sifat pejuang dan keras hati untuk hidup mandiri, semua bantuan itu beliau abaikan. 
Memperlihatkan photo sebuah rumah, di kampung halaman nya
          Sempat pula beberapa kali dipulangkan ke kampung halaman nagari Sulit Air, tidak berapa lama kembali lagi ke rantau Jakarta. Bahkan awal Januari kemaren, ketika wajah nya menghiasi media internet sempat mau digaruk oleh dinas Sosial pemda DKI dikira seorang tuna wisma dan pemulung, untung semua teman-teman beliau membela nya. Happy nya setelah itu, pihak pemda tak lupa memberikan bungkusun sembako untuk beliau.

         Sekarang ini dimasa tua nya, hanya melekat sebuah kamera lama yang jadi mata pencaharian sehari-hari dan tas nya dijadikan alas kepala untuk tidur. Disaat teknologi semakin canggih, kamera yang beliau gunakan boleh dibilang sudah ketinggalan zaman. Upah yang beliau terima juga jauh dari kata memuaskan, karena hasil photo selesai nya 3 harian tidak banyak orang yang memakai jasa nya. Tetapi jangan sepelekan orang Limo Singkek ini, dari hasil lensa nya pulalah publikasi warga SAS diperantauan ini dulu terekpose dan menjadi rujukan berita untuk warga kita. Hanya karena suratan takdir dari yang Kuasa, membuat nasib beliau sedikit kurang beruntung dari yang lain nya.

           Saat ini pengurus SAS Menteng menerima beliau dengan baik, menjadikan gedung ini sebagai peristirahatan untuk memulai rutinitas bekerja setiap hari di daerah Mall Ambasador  dan Plaza Festival Kuningan. Bahkan ketika masuk rumah sakit Persahabatan Rawamangun selama beberapa waktu lalu, teman-teman SAS beliau lah yang ikut andil merawat disamping keluarga nya yang selalu ikut memantau.

          Datuk Nasrul yg hampir berusia 80 tahun ini, sekarang sudah banyak ditemani oleh sodara-sodara kita yang lain diluar sana, boleh jadi beliau tidak mengharap belas kasihan tapi terus terang membuat hati kita terusik menebus jiwa juang untuk nya. Jika ada sodara merasa sekampung yang berempati silahkan sisihkan hasil usaha anda untuk mak Nai ini, niscaya tidak akan berkurang harta yang sudah diberikan Allah kepada kita.
Pak Iqbal seorang karyawan, rela berbagi walau belum kenal sebelum nya
          Ketika beliau sibuk dengan jepretan untuk mencari penghidupan sesuap nasi, justru dari lensa teman-teman dunia maya juga beliau sekarang menjadi cukup terkenal sampai saat ini. Seperti di populerkan salah satu teman FB Iqbal Fahri di laman facebook nya, penuh dengan cerita pak Nasrul serta sudah di share 15 ribu orang. Minimal kisah beliau bisa menjadi sebuah rujukan dan peringatan bagi yang muda-mudi bahwa jangan lelah berjuang, lalui hidup mu dengan kemauan dan selalu istiqomah dijalan Tuhan. Semangat Mak Nai.

Serasa jadi saodara sendiri, disayangi oleh anak gadis (Plaza Festival Kuningan)
--- Sekian ---