Monday, 4 January 2016

Lebih dekat dengan Herman Hery, wakil rakyat terhormat



Kasubdit Narkoba Polda NTT, Kompol Albert Neno, ketiban sial mendapat hadiah Natal yang pahit. Pada tanggal 25 Desember 2015 malam disaat merayakan Natal bersama keluarganya, ia ditelpon seseorang yang memaki-makinya monyet dan bangsat berkali-kali, dan mengancam akan menghabisi nyawanya. Orang penting yang menelponnya itu adalah anggota DPR RI, Herman Hery, melalui sambungan telpon dari nomor HPnya 0811198002. Anggota DPR RI itu berang karena bisnis mirasnya dirazia oleh Polda NTT dalam operasi Pekat (Penyakit Masyarakat) yang digelar secara sporadis dari tanggal 6-20 Desember 2015 terkait pengamanan Natal & Tahun Baru di kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. 

Melalui percakapan di Handphone, kurang lebih sekitar lima menit, Kompol Albert Neno dimaki-maki dengan kata-kata kasar yang tak pantas diucapkan oleh seorang anggota Dewan yang notabene adalah wakil rakyat itu, sebagai berikut; "Kau monyet bangsat, kenapa mau tutup usaha saya? Kenapa kau sita minuman orang? Saya akan laporkan kau monyet ke Kapolri supaya kau dicopot! Kalau kau hebat, kau jantan, kau jago, ketemu saya di hotel, bawa senjata! Kau ketemu saya, saya habisi kau malam ini, bangsat!" Sadis, bukan? Lantas siapa Herman Hery ini, bagaimana kiprah dan sepak terjangnya selama ini kok berani mencacimaki seorang Perwira Polisi dilingkungan Polda NTT yang jabatannya setara dengan Letnan kolonel itu? Herman Hery adalah anggota DPR RI dari fraksi PDIP yang mewakili Dapil (Daerah Pemilihan) Nusa Tenggara Timur 2 sejak tahun 2004 sampai sekarang. 

Saat ini Herman Hery duduk di Komisi III yang menangani masalah Hukum, HAM, dan Keamanan. Bagi para politisi lokal dan aparatur negara di NTT, mulai dari camat sampai Bupati, Herman Hery ini adalah sosok yang murah hati. Dalam setiap kegiatan acara partai maupun perjalanan dinas mereka di Jakarta, Herman Hery selalu mengundang mereka untuk mampir terlebih dahulu ke kantornya atau rumahnya sebelum mereka kembali ke NTT. Di kantornya Herman Hery ini, para politikus maupun Aparatur NTT Itu dipanggil namanya satu per satu oleh staff khususnya, kemudian menghadapnya untuk menerima semacam sangu, lalu mengisi dan menandatangani formulir, semacam daftar hadir. Ini semacam ritual kunjungan kehormatan untuk menciptakan kesan bahwa ia adalah politisi yang sangat berpengaruh dan pebisnis sukses. Itulah sebabnya hampir 11 tahun posisi Herman Hery ini tak tergoyahkan sebagai anggota DPR RI itu. 

Sebagai mantan anak jalanan yang pernah hidup dalam lika liku kelamnya dunia kekerasan premanisme di ibukota, aku tahu persis siapa-siapa saja sosok preman dan mafia yang jadi anggota DPR RI karena uang mereka, dan karena siapa dibelakang mereka, termasuk si Viktor Laiskodat alias Vecky, pria asal Pulau Semau, NTT, yang juga jadi anggota DPR RI sampai sekarang. Saat ini Viktor Laiskodat diusung oleh Partai Nasdem besutannya Surya Paloh, dan jabatannya Viktor Laiskodat juga sebagai anggota MKD (Mahkamah Kehormatan Dewan) menggantikan posisi Akbar Faizal yang dinonaktifkan dari Mahkamah Kehormatan Dewan hanya sesaat sebelum MKD menggelar sidang pengambilan putusan terhadap perkara Kode Etik Ketua DPR RI, Setya Novanto itu. 

Dulu waktu hidupnya masih susah, bung Vecky ini senior aku yang luntang lantung di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Bung Vecky gabung dengan kelompoknya Yos Woloare dari group Flores yang bergerak dibidang jasa pembebasan lahan sengketa, penagihan hutang, pengamanan bisnis hiburan malam, eksekusi, dan jasa pengawalan. Hidupnya membaik setelah ia masuk penjara dan kenalan dengan salah satu kerabatnya TW yang satu sel dengannya. Hidupnya tambah mapan setelah ia mempersunting Julie Sutrisno, saudari perempuannya TW, dan menjadi iparnya si Taipan yang sangat terkenal tersebut, sehingga menghantarnya menjadi anggota DPR RI sampai detik ini. 

Maka Anda jangan heran, group pengamanan kawasan elit SCBD Jakarta yang kepemilikannya adalah group Artha Graha milik TW, dipegang oleh bung Vecky ini. Berani bikin onar di kawasan elit SCBD itu, kalau enggak babak belur, nyawa taruhannya. Pada tahun 2010, Viktor Laiskodat ini pernah dilaporkan ke Mabes Polri oleh Susandi alias Aan, mantan karyawan PT. Maritim Timur Jaya, anak perusahaannya Artha Graha, terkait kasus penganiayaan berat dan penyekapan terhadap dirinya di gedung Artha Graha pada tanggal 14 Desember 2009. Entah mengapa, kasus itu menguap begitu saja sampai sekarang. Di penghujung tahun 2014 yang lalu, Viktor Laiskodat ini mengekseskusi Hotel LV8 milik Lena Chandra yang mengusung bendera PT. Bali Unicorn lewat perusahaan DC-1 Holding PTE Limited yang berkedudukan di Singapura. Hotel mewah yang berlokasi di di Canggu, Bali, itu dieksekusi oleh Viktor Laiskodat karena terlibat sengketa.

Di tahun 2003 yang silam, Viktor Laiskodat ini pernah didaulat menjadi calon Gubernur NTT pada Pilkada yang digelar pada bulan ke enam, dimana salah satu program kerja unggulannya yaitu akan menjadikan Pulau Semau Las Vegas kedua, dengan dalih untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat setempat. Dana Timsesnya Viktor Laiskodat saat itu disokong penuh oleh TW untuk menjadikannya orang nomor satu di NTT kala itu. Namun ternyata mayoritas orang NTT enggak seculun yang mereka perkirakan. Rakyat NTT justru memenangkan Piet Tallo, Rivalnya Viktor Laiskodat, dimana perolehan suara selisihnya hanya beda 1 suara saja, padahal sudah habis-habisan dana yang digelontorkan oleh TW melalui timsesnya Viktor Laiskodat saat itu. Piet Tallo adalah sosok pemimpin yang keras di NTT. 

Beliau pernah memberi makan lumpur kepada rakyat yang malas bekerja dan tak mau mengolah lahan untuk bercocok tanam. Baginya, orang yang malas bekerja tak pantas makan nasi, mereka lebih pantas makan lumpur. Walaupun sifatnya keras dalam mendidik rakyat NTT, ia adalah sosok Gubernur yang dicintai oleh rakyatnya. Beda dengan jalan hidupnya Viktor Laiskodat yang karena faktor kebetulan dan keberuntungan garis tangannya semata, Herman Hery bisa tembus lingkaran Senayan karena uangnya yang bicara. Pria kelahiran Ende, Flores-NTT ini, nama aslinya adalah Heri Tjiap, seorang Tionghoa keturunan yang dulu kabur dari kota kelahirannya Ende, kota dimana Bung Karno dulu diasingkan oleh Belanda, dan merantau ke Jakarta, karena terlibat kasus pidana berat, yaitu pemalsuan uang, dimana uang difotokopi dan dibelanjakan. Kabur ke Jakarta justru membuatnya sukses jadi orang karena kelihaian dan kelicikannya. 

Heri Tjiap melakukan usaha ilegal lainnya dengan bisnis Solar oplosan dan penimbunan Solar. Setelah uangnya sudah cukup banyak dari bisnis itu, ia mengembangkan kiprahnya dengan menggeluti bisnis-bisnis ilegal lainnya, sehingga menjadikannya sosok yang kaya raya di ibukota negara ini. Pada tahun 2011, Herman Hery terlibat penyelundupan 30 kontainer miras ilegal golongan C, melalui A Pau, pemilik PT. Anugrah Karya Utama. Penyelundupan miras ilegal itu terungkap ke permukaan ketika ada laporan yang masuk ke Komite Pengawasan Perpapajakan (KPP) Departemen Keuangan yang menyebutkan ada kontainer yang isinya tak sesuai dengan dokumennya, namun aparat bea cukai Tanjung Priok tak punya nyali memeriksanya karena adanya intervensi dari Komisi III DPR RI. 

Pengaruhnya Heri Tjiap ini sangat kuat mencengkram di NTT. Pada tahun 2013, anggota DPR RI dari Partai Demokrat asal Manggarai, Flores-NTT, Benny K. Harman, gagal jadi Gubernur NTT karena campur tangan si Herman Hery alias Heri Tjiap ini. Padahal saat itu Partai Demokrat adalah partai penguasa dimana Ketua Umumnya, SBY, masih menjabat sebagai Presiden RI. Kehidupan Herman Hery ini tergolong glamour dan mewah. Ia tinggal di perumahan elit Pondok Indah, Jakarta Selatan. Ia punya hobi yang unik, yaitu mengkoleksi mobil mewah. Koleksi mobil mewahnya itu mulai dari Ferrari, Jaguar, sampai sedan Bentley buatan Inggris seharga 7 Milliar, semuanya terparkir berjejer rapih di rumahnya yang asri dan mewah di Jl. Metro Raya Tk.II No.85, Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Hotel Sotis bintang empat, pemilik dari Herman Hery masih keturunan Tionghoa
Di Ibukota Provinsi NTT, kota Kupang, Herman Hery juga punya usaha lainnya untuk menambah pundi-pundi kekayaannya. Ia bangun satu-satunya hotel mewah dan berkelas di Kupang, yaitu Sotis Hotel, yang dipakai Jokowi untuk menginap selama kunjungannya ke NTT, dan mengikuti perayaan Natal pada tanggal 28 Desember 2015 di kota Kupang. Selain hotel mewah miliknya itu, Herman Hery juga punya usaha sampingan lainnya dengan menyediakan minuman keras berkelas, yaitu di Beer and Barrel, Sotis Hotel.  

Dalam kunjungannya ke Belu-NTT pada tahun 2012 yang silam, Herman Hery ini pernah membentak Kapolres Belu, karena dia merasa tak senang sang Kapolres tersebut tak menyambut kedatangannya layaknya sebagai seorang anggota DPR RI yang berkunjung ke daerah. Jadi aku sudah tak heran lagi kalau seorang Kasubdit Narkoba sekelas Polda NTT itu dimaki-maki dan diancam oleh Herman Hery alias Heri Tjiap ini. Kalau dibandingkan dengan Setya Novanto, sepak terjangnya Setya Novanto itu masih belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan sepak terjangnya si Herman Hery ini. 

Brigjend Pol.Drs. Endang Sanjaya termasuk 7 orang Kapolda yang dicopot pada akhir tahun 2015
Selangkah lagi bangsa ini akan tenggelam dalam kubangan a-moralisme, akibat dari panggung mafia dan premanisme yang terus berkibar di negeri zamrud khatulistiwa ini. Dengan alasan klasik rotasi rutin dijajaran Kepolisian Republik Indonesia, Kapolda NTT, Brigjen Endang Sunjaya, ditarik ke Mabes Polri untuk menduduki posisi Irwil III Itwasum Polri. Entah ini kebetulan atau memang sudah disetting sedemikian rupa, pencopotan ini adalah buntut dari kericuhan antara anggota DPR Ri, Herman Hery, dengan Kasubdit Narkoba Polda NTT, AKBP Albert Neno, yang melakukan razia minuman keras milik anggota DPR RI, Herman Hery, di Beers and Barrel, Sotis Hotel, Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Padahal Kapolda NTT ini sudah memerintahkan anak buahnya itu mengembalikan miras yang mereka sita kepada pemiliknya, Herman Hery itu, tapi tetap saja jabatannya kena embat. Selama ini dalam melaksanakan operasi Pekat (Penyakit Masyarakat), polisi tak pernah mengembalikan barang yang telah mereka sita, akan tetapi langsung memusnahkan untuk memberikan efek jera kepada para penjual miras. Namun mekanisme ini tak berlaku bagi Heri Tjiap alias Herman Hery itu.


Tulisan ini hanya paparan ringan saja, supaya Anda semua tahu bahwa para Politisi yang duduk manis di Senayan itu banyak yang berasal dari dunia hitam. Politik memang kejam. Suka tak suka, kita sebagai rakyat jelata ini terpaksa mau tak mau harus menonton ketidakadilan ini yang dikemas rapih, terstruktur, dan terencana dalam suatu kemasan pentas sandiwara yang enggak asyik ini sambil sesekali tepok jidat. Selamat berjuang, pak. Tunggu laknat Allah kepada para perusak moral bangsa itu.

Sumber : Mawalu http://www.kompasiana.com/mawalu2/mengenal-lebih-dekat-sosok-herman-hery-anggota-dpr-ri-yang-memaki-kasubdit-narkoba-polda-ntt-itu_568178de3dafbd500c748bc7

No comments:

Post a Comment