Monday, 29 February 2016

12 Peristiwa Penting Nagari Suliek Ayie ( Bag-IV habis )

10. Tanggal 28 RAMADHAN 1409 (tanggal 4 MEI 1989) Rekonsiliasi pemangku Adat.

Adalah tanggal yang ditetapkan oleh Kerapatan Adat Nagari (KAN) Sulit Air sebagai Hari Kebangkitan Adat Sulit Air. Deklarasi itu dicetuskan pada penutupan Musyawarah Pemangku Adat Sulit Air, yang berlangsung dari tanggal 4 s/d 6 Mei 1989 di Sulit Air. Deklarasi berisi 4 hal pokok, yakni: (1) menjadikan adat Sulit Air sebagai motivasi untuk mensukseskan pembangunan nasional; (2) mengupayakan adat Sulit Air dapat selalu bersesuaian dengan perkembangan zaman, ilmu dan teknologi yang semakin canggih dan ini sesuai dengan pepatah adat sekali air gadang, sekali tepian berubah; (3) menyatakan bahwa tanggal 28 Ramadhan 1409 H. yang bertepatan dengan tgl 4 Mei 1989 Mei yaitu hari pembukaan Musyawarah Pemangku Adat Sulit Air I, sebagai Hari Kebangkitan Adat Sulit Air; dan (4) Diikhtiarkan mengadakan Musyawarah Pemangku Adat Sulit sekali dalam dua tahun, terhitung sejak hari kebangkitan adat itu.

Deklarasi ditetapkan dalam sidang terakhir, di bawah pimpinan Nasrullah Salim Dt. Polong Kayo dan Helmy Panuh Dt. Pono Marajo SH (sekarang Doktor), serta dibacakan oleh Mayor TNI-AU Drs. Habibullah S.J. Malin Tumengung dan diamini oleh seluruh peserta. Musyawarah juga menetapkan Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga KAN Sulit Air. Ada satu keputusan penting lain yakni keputusan No. 148/KAN-SA-3/1989 tanggal 8 Mei 1989 yang ditandatangani oleh Yassir Dt. Bangso Rajo (ketua) dan Djamal Arief, pj. Dt Sindo Sutan (sekretaris), hurup B, tentang Perluasan Pintu Perkawinan. Keputusan itu selengkapnya berbunyi:

“Untuk memperluas pintu perkawinan secara adat, memberi wewenang dan kepecayaan kepada DPP SAS untuk membentuk satu team yang akan meneliti dan merumuskan secara konkrit, bentuk, cara-cara dan persyaratan perluasan pintu perkawinan untuk diputuskan Kerapatan Adat Nagari Sulit Air, yang berlaku bagi seluruh warga Sulit Air” 

Pada waktu itu yang menjadi Ketum DPP SAS adalah Drs. Rainal Rais. Wewenang dan kepercayaan yang diberikan KAN Sulit Air tsb hanya dalam bentuk keputusan itu saja, yang dibacakan dan disetujui dalam sidang pleno KAN. Namun tidak disertai semacam “memorandum of understanding” (MOU) antara KAN Sulit Air dengan DPP SAS. Saya tahu, semula DPP SAS hendak mengadakan angket atau plebisit terhadap masyarakat Sulit Air. Tetapi apa yang hendak diangketkan? Bagi DPP SAS cara untuk memperluas pintu perkawinan tsb hanya satu, yakni perbanyakan suku. 
Organisasi ini menjadi wadah yang menentukan dalam perubahan nagari Sulit Air
Bila diperhatikan baik-baik, wewenang dan kepercayaan yang diberikan KAN tsb adalah perluasan pintu perkawinan yang berlaku untuk seluruh warga Sulit Air, bukan hanya yang di perantauan saja. Jadi nampaknya hendak merujuk kepada Keputusan KAN 7 Desember 1972 tentang kebolehan pernikahan antara orang yang berbeda datuk ninik dipersukuannya, untuk dibuatkan secara konkrit, bentuk dan cara-caranya. Lalu kemudian diputuskan oleh KAN Sulit Air dan berlaku bagi seluruh warga Sulit Air.

Dalam maklumat musyawarah tersebut, tak sedikitpun tersinggung perihal perbanyakan suku yang masih menjadi keyakinan DPP SAS di masa itu. Maka DPP SAS menjadi bimbang dan ragu, terbayang beban berat yang hendak dipikulnya dengan hasil yang belum pasti, mengingat pengalaman DPP SAS di tahun 1972 seperti telah dikemukakan. Maka, sekali lagi ini menjadi hutang dan beban sejarah terutama bagi KAN Sulit Air, yang perlu dilunaskan dan dituntaskan, karena kewenangan itu berada di KAN, bukan di DPP SAS.

Begitu juga, tanggal 28 Ramadhan 1409 Hijriah sebagai Hari Kebangkitan Adat Sulit Air, setahu saya tidak pernah diperingati, bahkan tidak banyak orang yang menyinggungnya lagi. Dulu, sengaja dibuat tgl 28 Ramadhan, berarti 1-2 hari menjelang Idul Fitri, pada saat Sulit Air tengah ramai dikunjungi para perantau, agar dapat memperingati Hari Kebangkitan Adat Sulit Air itu secara kidmad dan meriah. 
Bapak Hendri Dunant Dt. Endah Bongsu ketua KAN Sulit Air saat ini
Sejarah kembali berulang, membuat keputusan bahkan deklarasi sekalipun tidak begitu sulit, yang sulit adalah melaksanakannya! Sungguhpun begitu tgl 28 Ramadhan 1409 H. perlu kita catat sebagai salahsatu peristiwa penting dalam Sejarah Sulit Air. Selain karena adanya deklarasi adat tsb, ahli adat Idrus Hakimi Dt. Rajo Penghulu (Ketua LKAAM Sumbar) yang diundang memberikan ceramah adat dalam musyawarah tsb, menyatakan inilah musyawarah para pemangku adat pertama yang diadakan di Sumatra Barat. Sungguhpun demikian, semenjak musyawarah itu, KAN Sulit Air selalu melakukan Musyawarah Pemangku Adat Sulit Air secara teratur sampai sekarang.

11. Tanggal 12 APRIL 2003, pemberian gelar kebesaran kepada keturunan Sulit Air.
Keluarga Besar H. Oesman Sapta Odang di kampung halaman Sulit Air
Seorang pengusaha & tokoh nasional ini yakni Oesman Sapta Odang, ditelusuri ternyata berdarah Minang tepat nya nagari Sulit Air. Peran serta dalam dunia perpolitikan nasional juga turut andil membuat nama beliau berkibar sebagai tokoh lintas nusantara yang dihormati. Merujuk judul diatas, adalah tanggal dianugerahinya Dr. Oesman Sapta Oedang (cucu Demang Hamid, orang Sulit Air merantau ke Kalimantan). Sebuah gelar kebesaran adat Dt. Bandaro Sutan Nan Kayo, dalam suatu barolek godang, di Medan Nan Bapaneh Balai Lamo Sulit Air.

Ini termasuk baralek adat termewah dalam Sejarah Sulit Air. Peristiwa itu berlangsung pada masa Ketua KAN Nasrul Dt. Majo Indo, (plt) Wali Nagari H. Irdizon, Ketum DPP SAS Zulherfin Zubir dengan dua panitia pelaksana yakni Ridjal Mandah Ali dan Mukhlis Listo. Biaya yang telah dikeluarkan untuk seluruh rangkaian kegiatan ini diperkirakan mencapai sekitar dua miliar rupiah. Namun saya tidak berani mengatakan sebagai terakbar atau terbesar dalam Sejarah Sulit Air. Upacara ini hanya merebahkan (membantai) seekor sapi dan beberapa ekor kambing. 
Menurut riwayat yang saya terima dari Bapak Yunus Amin Dt.Marah Bangso, dimasa lalu-waktu barolek godang penganugerahan gelar adat Dt. Pamuncak Perkasa Alamsyah (masa sekitar pasca Perang Paderi), telah direbahkan 4 ekor sapi. Waktu Mahyuddin yang populer dengan julukan Datuk Bangkik (1860 – 1921) dianugerahi gelar kebesaran adat Datuk Sutan Maharajo Nan Besar di Medan Nan Bapaneh Balai Lamo, telah direbahkan kerbau dan sapi, seluruhnya berjumlah 7 ekor. Ini dapat dimaklumi karena jumlah penduduk Sulit Air pada masa beliau masih sekitar 40 ribu – 50 ribu orang. Sedang pada masa penganugerahan DR. Oesman Sapta sebagai Dt. Bandaro Sutan Nan Kayo, jumlah penduduk Sulit Air hanya sekitar 8 ribu orang. Tapi saya belum menemukan dokumen tertulis tentang tanggal dan tahun penganugerahan gelar Dt. Pamuncak Perkasa Alamsyah dan Dt. Sutan Maharajo Nan Besar tsb.

Rangkaian upacara sekitar penganugerahan gelar Dt. Bandaro Sutan Nan Kayo itu paling mewah, telah di-charter dua pesawat “Lion Air” berbadan lebar Jakarta – Padang p.p. untuk membawa tamu-tamu VIP dari Jakarta, Jawa dan Kalbar. Warga Sulit Air dari berbagai kota perantauan sengaja berduyun-duyun pulang untuk menyaksikan kemeriahan dan kebesaran upacara tsb, walau waktu itu bukan akhir Ramadhan atau musim Lebaran. Tamu-tamu VIP yang datang, antara lain Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Ali Marwan Hanan, Wakil Ketua MPR Jusuf Amir Faisal, Raja Pagaruyung Taufiq Thaib, Gubernur Kalbar Usman Dja’far, Dirut Bank Mandiri FEC Nelloe, beberapa anggota DPR seperti Aulia Rahman, Azwir Daini Tara, Gazali Thaib, Adiwarsita Dt. Rajo Mansyur; tamu penting lain Ir. Yanuar Muin, beberapa bupati di Kalbar, aktor-politisi Ruhut Sitompul. 

Untuk menghibur anak nagari didatangkan biduanita Minang senior Elly Kasim dan sanggar tari terkenal dari Kalbar yang pernah memenangkan Indonesia di Festival Tari Asia Pasifik. Dan yang membuat upacara menjadi mendunia, diboyongnya 30 wartawan lokal maupun nasional untuk meliput peristiwa tsb, di antaranya 7 stasiun televisi dari ibukota.
Upacara penganugerahan gelar kebesaran itu sering muncul di Stasiun Televisi “El Shinta”, dalam rubrik budaya “Teropong” berulang-ulang kali, bahkan sampai tahun yang lalu masih saya lihat siaran itu muncul. Sulit Air terlihat di seluruh dunia pada sarana audio visual tsb. Yang menjadikan upacara tsb suatu peristiwa besar dan penting, Sulit Air barolek godang, anak nagari tumpah ruah menikmatinya, menyangkut pribadi besar Oesman Sapta. Beliau adalah seorang yang flamboyant, tokoh nasional/Wakil Ketua MPRI di kala itu (sekarang pun memangku lagi jabatan tsb), tahu betul arti penting kehadiran media massa. Di mana-mana dia mengatakan: saya urang Sulik Ayie! Dia bangga dengan kakeknya Thalib atau Demang Hamid, orang Silungkang Sulit Air. Tentu setiap orang Sulit Air merasa senang dengan ucapan itu. Dan pada upacara itu pun dia mengatakan:

“Kalaulah boleh diperkenankan, mungkin gelar kebesaran adat ini pantas diterima oleh kakek saya almarhum Demang Hamid yang gigih berjuang dan gugur dalam melawan penjajah atau untuk mendiang ibunda saya yang penuh cinta kasih membesarkan kami anak-anaknya dalam suka dan duka".

12. Tanggal 27 JANUARI 2009 - Berdirinya Gontor pertama di Sumatera Barat.
Bapak Gubernur Gamawan Fauzi disambut panitia Prof.Dr Amin Nurdin
Adalah tanggal Peletakan Batu Pertama Pembangunan Pondok Modern Gontor Cabang Sumatera Barat, di Guok Limau, Ompang, Talago Loweh, Sulit Air. Menurut pemantauan Media DDR, upacara yang berlangsung di atas bukit yang cukup tinggi di pinggiran Sulit Air itu dihadiri tidak kurang dari seribu orang. Dari segi kemewahan, sosialisasi dan publikasi media massa, upacara ini memang kalah dengan upacara no. 11 di atas. Tapi dari segi beragamnya tamu-tamu penting yang datang, pemaknaan serta arti pentingnya buat masa depan Sulit Air, upacara ini yang unggul. Upacara ini dihadiri oleh Menteri Kehutanan MS Kaban yang bersama Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi (yang kemudian dipercaya menjadi Mendagri) manandatangani prasasti peresmian , anggota DPR Patrialis Akbar (yang kemudian dipercaya menjadi Menkumham), Ketum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, beberapa orang bupati.

Selanjutnya tampak juga ustadz kondang Yusuf Mansyur (yang memberikan tausiah pengumpulan dana), penyair nasional Taufiq Ismail (yang membacakan puisi terbaru menyangkut upacara tsb), politisi masa lalu Aisyah Amini, beberapa pengamat politik nasional yang juga guru besar Indra Samego, Bakhtiar Effendy, dan Fauzan Dt. Sinaro Nan Kuniang, Ketua Gebu Minang Arma Arief, beberapa ulama Sumbar, Ketum DPP SAS Zulherfin Zubir dan rombongan, cabang-cabang SAS perantauan. 
Hadir Saat itu Menteri Kehutanan, PP Muhammadyah, DPP Gontor, DPP SAS, Gubernur Sumbar
Datanglah ke upacara tsb suatu rombongan besar dari Pondok Modern Gontor Ponorogo Jatim di bawah petinggi-petingginya KH Syukri Zarkasyi Abdullah, KH Hasan Abdullah, Rusydi Bey Fanani, Ahmad Hidayatullah Zarkasyi dan Kafrawi Ridwan (Ketua Badan Wakaf Gontor/mantan Dirjen Bimas Islam Depag) dan sudah barangtentu para penggerak Panitia Pembangunan Gontor Sumatra Barat (PGSB) sendiri yang dilokomotofi oleh Syaifullah Sirin Dt. Rajo Mangkuto.

Acara sebelumnya yakni ketika Pimpinan Gontor Kiyai Hasan Abdullah datang ke Sulit Air tanggal 6 Juli 2008 untuk meninjau lokasi seluas 7 HA tanah wakaf di Guok Limau tsb, apakah cocok untuk didirikan cabang Gontor di sana, juga merupakan suatu peristiwa besar dan penting, karena ada sekitar 600 warga Sulit Air yang berbondong-bondong datang ke tempat tsb untuk mendorong dan meng-elu-elukan KH Hasan Abdullah, agar Pimpinan Pondok Gontor bersedia mendirikan cabang Gontor di sana. 

Acara yang sebenarnya hanya untuk meninjau lokasi, telah berubah menjadi rangkaian acara yang besar dan meriah, terutama sewaktu KH Hasan Abdullah berpidato dan memberi harapan kepada penduduk Sulit Air di Guguok Limau. Lokasi tsb sekarang telah berubah menjadi kampus Pondok Pesantren Gontor ke- XI. Pekikan takbir Allahu Akbar tiap sebentar bergema (ini jarang terjadi di Sulit Air), saya demikian terharu dan tergerak hati untuk menulis sebuah puisi panjang berjudul Takbir Bergema di Bukit Pinus (Media DDR No. 03/2009 hlmn 57 – 63).
Tampak hadir juga Ustad Yusuf Mansyur serta pimpinan Pusat Gontor
Inilah buat pertama kalinya, warga Sulit Air dengan bantuan Pemda Solok & Sumbar menyediakan tanah dan bangunan sekolah beserta prasarana jalan dan listrik untuk dijadikan Pesantren Modern Gontor yang ke- XI, pengelolaan dan urusan selanjutnya diserahkan sepenuhnya kepada pimpinan pesantren paling bergengsi dan ternama di Indonesia itu. Maka tanggal 27 Januari 2009, perlu kita catat sebagai salahsatu tonggak sejarah dan peristiwa penting dalam Sejarah Sulit Air.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Catatan Tambahan : 

Nah, itulah 12 peristiwa yang saya pandang sebagai penting dan besar dalam Sejarah Sulit Air. Dengan menyebut 12 peristiwa tsb, bukan berarti hanya itu peristiwa-peristiwa penting di Sulit Air. Ada peristiwa lainnya yang juga penting. Seperti pembangunan dan pembukaan SGB Negeri (Juli 1954) yang kemudian berubah fungsi menjadi SMP Negeri Kacang Baririk (1962); Perguruan Tsanawiyyah Muhammadiyah di Balik Parik (1964), SMA Negeri Sulit Air di Piek Ontang (6 Maret 1986) kemudian pindah ke Padangpanjang Koto Tuo, perguruan El Hakim (1994) juga di Piek Ontang sebagai perguruan tinggi pertama (sekarang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi) di Sulit Air. 

Juga ada Peringatan Pers Nasional (PPN) tingkat Sumbar tanggal 9 Februari 1989 yang dipusatkan di Sulit Air, tanah kelahiran Mahyuddin Dt. Sutan Maharajo Nan Besar, untuk menghormati jasa-jasa beliau sebagai Bapak Perintis Pers Melayu. Lebih-lebih setiap konperensi IPPSA, Mubes SAS, Musyawarah Pemangku Adat, sekarang juga Mukernas SAS, pada musim Lebaran juga selalu menampilkan arti penting dan kebesaran tersendiri, Sulit Air demikian ramai dan hebohnya, hingga kendaraan-kendaraan sulit di parkir. Hingga akhirnya dirasakan sebagai suatu kerutinan. 

Kita juga pernah mengalami peristiwa penting, yakni upacara “Penanaman Perdana Proyek Sentra Industri, Tanaman Buah-buahan dan Tanaman Terpadu” oleh Menteri Muda Pertanian Syarifuddin Baharsyah di desa Sarikeh pada tgl 2 Januari 1992 (masa pemerintahan desa), periode DPP SAS Rainal Rais. Semuanya itu dan yang lain-lain perlu kita tulis dalam Sejarah Sulit Air. Namun untuk penulisan makalah ini, kita cukupkan dengan ke- 12 peristiwa penting itu. 

Ke- 12 peristiwa tsb mempunyai kelebihan dan keutamaan masing-masing, seperti telah saya utarakan, yang tidak selalu dapat dibandingkan, malah mungkin dapat saling melengkapi. Namun dari ke- 12 peristiwa tsb, yang saya pandang paling layak dan paling tepat untuk ditetapkan sebagai Hari Jadi Sulit Air adalah peristiwa ke- 2, yakni peristiwa pasukan kolonial Belanda menggempur Sulit Air, pada tgl 28 April 1821, dengan korban jiwa yang tidak sedikit, yang oleh buku-buku sejarah dicatat sebagai permulaan Perang Paderi.

Dari tanggal 28 april inilah, kedepan negeri ini hendaknya bertolak menjadi nagari yang menjunjung nila-nilai Islami dan berbudaya Adat yang saling melengkapi. Pengetahuaan sejarah ini bukan semata-mata untuk dibanggakan, namun dibalik itu bisa menjadi pelajaran kepada anak, cucu, kemanakan, sumando dan keluarga besar keturunan orang Sulit Air dimanapun berada.
Negeri nenek moyang orang  Sulit Air, berikan bhakti & karya sepanjang hayat dimanapun berada
Sumber : H. Hamdullah Salim
--- Sekian ---

No comments:

Post a Comment