Wednesday 2 September 2015

Awal Mula Suku di Nagari Sulit Air (Bag - II)


          Pada suat masa , kerajaan Pagaruyung yang berpusat di Batu Sangkar mendapat musibah fitnah atau bisik-bisik dikalangan rakyat jelata yakni sekitar kelahiran putra mahkota Dang Tuanku. Bilamana dalam gosip yang beredar saat itu bahwasanya Dang Tuanku lahir sebagai anak yang tidak sah. Hingga menjadi sebuah desas-desus : " Indak ado nan mamanjek karambie nyiuo Gadiang selain sikuniang Bujang Salamek". Dimaksud Karambie Nyiu gading itu adalah Bundo Kanduang kerajaan, sedang si Bujang Salamek hanyalah seorang pesuruh Bundo Kanduang yang terkenal dengan kegagahan dan ketampanan nya.

          Kalangan Istana mendengar desus ini menjadi sangat murka atas sebuah tuduhan tersebut. Hingga menyimpulkan ada beberapa negeri yang sebagai biang keladi penyebar desas desus tersebut, salah satu nya adalah nagari Sulit Air. Bersiaplah saat itu dengan kekutan tempur yang nyata untuk segera membumi hanguskan nagari Sulit Air. Untunglah pada saat itu masih ada dua putra nagari yakni Dt. Rajo Endah & Dt. Sutan Batuah menduduki jabatan penting menjadi "Cumati Koto Piliang" di kerajaan Pagaruyung, hingga sementara dapat mencegah maksud dari kerajaan tersebut.

          Kedua Putra nagari memohon lah kepada Bundo Kanduang  & Cinduo Mato, agar rencana kerajaan bisa dibatalkan karena akan memakan korban yag tidak sedikit. Mendengar itu Bundo Kanduang & Cinduo Mato bersedia untuk membatalkan rencana kerajaan, bilamana nagari Sulit Air memohon ampun kepada pusat kerajaan serta berjanji tidak akan menyebut desas desus itu lagi. Mendengar itu legalah para kedua putra nagari tersebut, maka disampaikan pula hal tersebut kepada nagari Sulit Air dengan kunjungan lansung & juga sebagai pesan dari titah kerajaan. Maka atas dasar pesan penting tersebut bermusyawarah lah segenap petinggi & pemangku adat nagari, bahwasanya fitnah tersebut tidak akan ditiup-tiupkan lagi. Namun dalam musyawarah tersebut pihak nagari Sulit Air juga meminta sesuatu yang bernilai, yakni memohon kepada pihak kerajaan Pagaruyung untuk memberikan nagari Sulit Air sebuah nagari otonomi, bisa mengurusi rumah tangga nya sendiri.

          Ketika pesan dari masyarakat Sulit Air sampai ditelinga Bundo Kanduang, dengan hati-hati dan penuh perhitungan Bundo Kanduang dapat menerima nya namun sebelumnya harus dibawa dulu kedalam musyawarah kerajaan. Akhirnya keluar keputusan kerajaan bahwasanya bisa mengabulkan permintaan nagari Sulit Air, namun dengan syarat-syarat yang sangat berat yang rasanya sukar dipenuhi oleh pihak nagari Sulit Air.

          Disamping persyaratan keharusan membayar upeti kerajaan pada setiap musim, juga keharusan menjunjung tinggi dasar-dasar poko beradat Minangkabau, serta mematuhi politik luar negeri kerajaan. Adapun persyaratan lain nya yang segera dipenuhi pihak nagari berupa :
  1.  Persukuan nagari Sulit Air harus dikembalikan dari 15 suku menjadi 4 suku, sesuai dengan jumlah suku yang ada dinagari-nagari lain nya.
  2.  Nagari Sulit minimal harus memiliki 4 koto & 7 langgam, setiap langgam harus mempunyai balairung (balai-balai) tersendiri untuk bermusyawarah.
  3.  Nagari Sulit Air harus memiliki sungai yang cukup besar yang mengalir ditengah-tengah nagari. Sebagai bukti cukup besar, juga harus ada 3 buah lubuk yang luas & dalam.
  4.  Nagari Sulit Air harus terdapat sedikit nya 7 buah bukit yang masing-masing minimal nya bisa "sapaimbauan tinggi nya". harus ada 3 buah rimba untuk bisa mengadakan perburuan didalam nya serta 3 buah tanjung yang bisa "sapaimbauan" luas & panjang nya.
          Anggota utusan kerajaan waktu itu, selain dari Dt.Rajo Endah & Dt.Sutan batuah belum seorang pun yang pernah berkunjung ke nagari Sulit Air. Hingga mereka berkeyakinan dengan mengajukan persyaratan yang sungguh berat itu, tentulah mustahil pihak nagari untuk memenuhi nya. Sebenar nya dengan permintaan-permintaan tersebut, kerajaan Pagaruyung ingin menolak secara halus permintaan nagari Sulit Air yang agak "aneh" maka dibalas pula dengan sayrat-syarat yang berat.

          Ketika syarat-syarat itu disampaikan secara resmi kepada perwakilan dua putra Sulit Air tersebut, maka dengan agak berat hati beliau menerima nya & akan segera disampaikan kepada pihak nagari. Ditekankan pula untuk mencapai syarat itu, hanya diberi waktu satu musim (kira-kira 6 bulan) untuk mempersiapkan & membuktikan nya. Oya, pada cerita ini kedepan, kita hanya akan membahas syarat-syarat kerajaan dari pengurangan suku saja.

          Bagaimanapun, syarat-syarat yang telah diajukan keajaan itu merupakan tantangan bagi pemimpin & rakyat nagari Sulit Air yang segera dijawab juga dicarikan solusi nya. Maka berkumpulah para cendikiawan & pemangku adat untuk membicarakan serta memecahkan persolaan yang ada. Berhari-hari, berminggu-minggu memeras fikiran mencari jalan atau siasat yang mungkin bisa ditempuh. Dalam satu kesepakatan, maka disuruh kembali Dt rajo Endah untuk kerajaan Pagaruyung untuk menyampaikan bahwa nagari Sulit Air menerima & sanggup untuk memenuhi persyaratan-persyaratan yang diajukan kerajaan dalam tenggang satu musim. Pada musim yang akan datang di persilahkan pihak kerajaan untuk datang kembali meninjau & membuktikan persyaratan tersebut.
           Sementara itu, para cendekiawan , pemimpin, pemangku adat mulai menyiapakan satu persatu syarat yang telah diajukan tersebut. Syarat yang utama adalah mengecilkan jumlah suku dari 15 suku hanya menjadi empat suku nanti nya. Cara peleburan suku ini teryata cukup rumit & ruwet juga. Dilain tempat, rata-rata di negeri Minangkabau hanya berpatok pada suku "Bodi-Chaniago & Koto-Piliang", yang mana diambil dari dua kelarasan waktu itu Bodi-Chaniago ciptaan Dt.Parpatih Nan Sabatang dan Koto-Piliang ciptaan Dt.Katamanggungan.

          Tapi nagari Sulit Air dalam rangka hak otonomi yang diperoleh nya, tidak mau terikat demikian saja dengan ke empat nama suku tersebut. Dalam musyawarah yang sangat hati-hati tersebut, diputuskan satu-satunya nama yang diambil dari ke empat nama tersebut adalah suku  PILIANG karena masa-masa sebelumnya nagari Sulit Air memang termasuk keselarasan Koto Piliang. Sebagai pendukung dari suku Piliang ini adalah empat suku yang lama yakni: Piliang, Piliang Sumagek, Piliang Sani & Piliang Kalumpang. Selanjut nya ditetapkan pula suku yang lama ada menjadi satu suku yakni: Bodi, Sumpadang, Kuti Anyie & Bendang menjadi suku Bodi. Akan tetapi untuk menunjukan ke otonomian nagari dirubah menjadi suku Simabur, kenapa demikian ? karena ibu dari keempat datuk ninik mereka yakni Puti Anggo Jati berasal dari Simabur sebuah nagari tak jauh dari Batu Sangkar.

          Begitu pun suku Limo Singkek tak lain adalah bergabung nya suku Chaniago, Dalimo, Mandaliko & Tanjung dimana ke empat datuk Ninik nya yang pertama merupakan putera Dt Mulo Nan Kawi ditambah seorang menantu nya. Diberi nama Limo Singkek adalah ganti dari Chaniago. Trus, kenapa diberi nama Limo Singkek ? pada waktu itu berlansung kenduri (pesta) menentukan nama suku itu, dauk-datuk ninik nya diminta untuk menjangkau buah lima untuk bumbu masakan, kebetulan tangan nya singkek-singkek. Tak terjangkau oleh mereka buah itu dari pohon nya, maka itulah diberi Limo singkek. Dengan diresmikan nya tiga nama, maka tinggalah satu suku yang harus ditentukan lagi. Karena ada suku-suku lama belum digabungkan kepada suku baru itu adalah: Koto, Patapang & Supanjang. maka dengan sendiri nya ketiga suku itu menjadi menjadi suku jenis ke empat. Kenapa Limo Panjang ? tak lain dari kebalikan Limo Singkek, dalam acara kenduri tersebut para datuk ninik yang bertiga inilah tangan nya panjang-panjang mampu menjangkau buah limau tersebut.

          Agar perobahan tata adat ini tidak terlalu berat dirasakan, maka datuk-datuk ninik yang Lima Belas tersebut masih tetap dalam sebutan nya sebagai "Datuk Ninik". Hanya saja tidak lagi memegang jabatan sebagai ketua-ketua suku, yang sudah-sudah. Akan tetapi tetap berkuasa atas hak ulayat nya masing-masing dan mengkoordinir datuk "Andiko" yang berada dibawah payung nya masing-masing. Begitupun dengan terbentuk nya empat suku baru, ditetapkan pula kepala-kepala nya sebagai "Datuk Suku". Ke empat datuk suku itu meliputi: suku Simabur dibawah Datuk Rajo Kuaso, suku Limo Singkek dibawah Datuk Maharajo Nan Sati, suku Piliang dibawah Datuk Bandaharo dan Suku Limo Panjang kepala suku nya adalah Datuk Malakomo.

          Untuk memudahkan kelancaran kerja adat datuk-datuk suku, memiliki tiga tangan kanan (pengiring) yakni Datuk Monti berurusan bagian hukum & adat istiadat, Jurai berurusan bagian keagamaan dan hulubalang (Dubalang) bertanggung jawab masalah keamanan & ketertiban nagari. Monti dan Jurai dipanggilkan pula sebagai Datuk, lain hal nya dengan Jurai yang lebih memahami masalah agama biasanya seorang Ustad.

          Nama-nama pengiring dari Datuk kepala suku Simabur  adalah : Dt.Bijo Dirajo (Monti) - Dt. rajo Batuah (Dubalang) - Pakiah Mudo (Jurai). Suku  Limo Panjang: Dt. rajo Momat (Monti) - Dt. Lelo Batuah (dubalang) - Malin Parmato (Jurai). Suku Piliang : Dt. kakayo (Monti) - Dt.rajo Padang (dubalang) - Malin Cayo (Jurai). Terakhir Suku Limo Singkek : Dt.bagindo Kayo (Monti) - Dt. Panghulu Mudo (Dubalang) - Pakieh Sati (Jurai).

          Itulah secara ringkas ada nya perobahan empat suku yang ada di nagari Sulit Air, dulu nya melihat polemik cerita ini - pertentangan nagari Sulit Air yang bersebarangan dengan pusat kerajaan Pagaruyung nyata adanya. Mungkin itu sebab nya pepatah minang ini populer dinagari Sulit Air yakni :

Pisang sikalek-kalek hutan
Pisang tamtu nan bagatah

Bodi Caniago inyo bukan
Koto piliang inyo antah

          Namun kedepan nya semua menjadi nilai sejarah bagi setiap nagari, khusus nya dimana keberadaan para datuk-datuk di nagari Sulit Air menjadi bukti kebudayan Minang juga ada. Selanjutnya bab ke-III atau terakhir, nanti di ulas tentang ada nya kerajaan wilayah Taragung meliputi Sulit Air dan sekitar nya serta lengkap nya 115 orang datuk suku yang ada dinagari Sulit Air.

Sumber : Tambo Asal-usul nagari & persukuan Sulit Air (H.Rozali Usman & Drs. Hamdullah Salim) 

--- Sekian ---

2 comments:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. Ahhhay... cerita menipu nya tidak laku disini mbak , kerja aja yang semangat ?? :)

    ReplyDelete