Pada bagian terakhir ini, disebutkan keadaan nagari masih dalam tahap panca robah menuju eksistensi Nagari Sulit Air yang berdaulat akan terpisah dari kerajaan Pagaruyuang. Dimana begitu berat nya syarat-syarat administrasi dan geografis kenagarian yang harus dilaksanakan dari kehendak kerajaan, hingga menuju kegemilangan yang nyata. Pada bagian kedua kisah yang lalu, sudah terbentuk para datuk-datuk ninik serta datuk Andiko yang awal nya hanya 15 meningkat menjadi 35 terus sampai 85 orang bertahan cukup lama waktu nya, terakhir dilengkapi sampai sekarang jumlah datuk-datuk di kanagarian Sulit Air terdapat seabnyak 115 orang datuk plus orang Alim sebanyak 5 orang keseluruhan menjadi 120 orang.
Di antara syarat-syarat tersebut di setiap kenagarian berdaulat harus memiliki empat jorong, tapi waktu itu hanya ada 3 jorong yakni Koto Tuo, Koto Gadang dan Silungkang. Maka itu dbuatlah satu jorong lagi, dimana harus dilalui oleh sungai yang mengalir. Yakni air batang katialo, maka disebutlah satu jorong bernama Gando yang memenuhi syarat tersebut. Selain itu harus ada juga setiap nagari Langgam nan tujuah atau antakan nan tujuah, merupakan sebuah perkumpulan yang nanti nya ada berupa balai-balai atau dangau kecil yang mencukupi untuk berdialog. Disepakati ketujuh antakan tersebut dibuat adalah :
- Antakan nan tigo Tungku (balai-balai berada di Padang Data), meliputi Cumpadak Ampo, Sarikieh & Ujung Guguok - Purangan.
- Antakan nan tigo Korong (balai-balai berada lapangan tanah datar -Taram), meliputi Batu Galeh, Taram & Guok Jonggi.
- Antakan nan tigo Rumah (balai-balai berada di Kuniek Bolai), meliputi Siaru, Kunik Bolai & Gunuang.
- Antakan nan tigo Lurah (balai-balai berada di Rawang), meliputi Kandang Batu, Rawang & Simbacang.
- Antakan nan tigo Gantiang (balai-balai berada di Linawan), meliputi Gantiang Siaru, Gantiang Bigau & Gantiang Pisalak.
- Antakan nan tigo Niniek (balai-balai berada di Alai), meliputi Limo Puruik, Alai & basuang - Kumbangan.
- Antakan nan tigo Simpang (balai-balai berada di Telaga Loweh), meliputi Padang Panjang-Parupuak, Telago Loweh-Kapau & Ompang-Talago Puyuah.
Antakan nan tujuahLareh ini membangun Balairung Sari (tempat Musyawarah) meliputi satu kenagarian mula-mula berada di Koto Tuo (hilie) kemudian baru dipindah ke (Koto Gadang) Balailamo yang sekarang ini.
Adanya balai-balai juga harus dilengkapi dengan Tabuah yang harus berdekatan dengan Balairung Sari, dimana setiap suku harus mempunyai sendiri. Seperti berikut ini :
- Tabuah suku Simabur terletak di rumah adat Dt. Rajo Kuaso di Simabur Guguak Jaguang.
- Tabuah suku Limo Singkek terletak di rumah adat Dt. Maharajo nan Sati di Limo Singkek Tabuah.
- Tabuah suku Limo Panjang terletak di rumah Adat Dt. Malakomo di rumah gadang Silungkang.
- Tabuah suku Piliang terletak di rumah adat Dt. Bandaharo di rumah gadang Piliang Rimbo Kalaluang.
Tabuah-tabuah tersebut ada pula orang menyebut sebagai tabuah larangan, secara harfiah memperkuat dan mempertegas dari kegunaan tabuah tersebut, bila mana nagari dihadapkan pada suatu pristiwa penting bahkan marabahaya dan serangan dari luar nagari. Bagitupun dengan keberadaan rumah gadang masing suku juga berada di empat jorong dan sama dengan keberadaan para datuk-datuk sebanyak 85 orang dimasa itu. Rumah Gadang tersebut berada diantaranya di Koto Tuo10 rumah, Silungkang 26 rumah, Gando 26 rumah & Koto Gadang 21 rumah.
Berkat Alam nya yang luas dan kaya bahkan termasuk paling luas di nagari Minangkabau , maka adanya persyaratan Bukit nan Tujuh, Rimbo nan Tigo, Tanjuang nan Tigo & lubuak nan Tigo seperti yang diajukan oleh kerajaan Pagaruyuang dengan mudah bisa dipenuhi oleh nagari Sulit Air. Seperti :
- Bukit nan Tujuh : Sibumbun jantan, Sibumbun batino, Gunung Papan, Sundak langik, Guguok Jonggi, Guguok Muncuong & Guguok Taroguang.
- Rimbo nan Tigo : Rimbo Tombang, Rimbo Taji & Rimbo Alai.
- Tanjuang nan Tigo : Tanjung Sumpadang, Tanjung Balit & Tanjung Alai, dimana dulu nya masih meliputi kenagarian Sulit Air, ibarat pepatah mengatakan " Sulik Ayie ba Tanjung Balik cumati Koto Piliang".
- Lubuk nan Tigo : Lubuk Uwok, Lubuk Siami & Lubuk Motak.
Wilayah Taraguang :
Dengan cara-cara penuh perhitungan dan gemilang yang ditempuh oleh para pemimpin dan para cendikiawan nagari pada waktu itu, maka segala bentuk persyaratan yang di ajukan Pagaruyuang dapat di atasi dan dipenuhi dengan sebaik-baik nya. Kato bajawek - Gayuang basambuik. Setelah habis jangka waktu yang ditentukan, maka atas undangan nagari berangkatlah Bundo Kanduang , Cinduo Mato & bangsawan Pagaruyuang lain nya menuju Sulit Air. Tak lain dengan maksud menguji kebenaran dan meneliti apa yang telah dipenuhi. Sampai di di kenagarian Sulit Air, para pembesar Pagaruyung benar-benar dibuat tercengang dan kagum atas bukti diperlihatkan nagari.
Walaupun tidak sepenuh nya tepat apa yang telah disyratkan, tapi sudah mendekat sebuah nagari berdaulat. Meskipun waktu itu tidak satu nagari pun, yang sanggup memenuhi semu apersyaratan tersebut. Maka mau tak mau, terpaksa Bundo Kanduang mengakui dan meresmikan Wilayah Taraguang sebagai suatu wilayah yang diberi hak untuk mengurusi rumah tangga nhya sendiri. Saat itu juga rakyat Sulit Air larut dalam kegembiraan yang luar biasa atas pengakuan yang nyata dari Pagaruyung tersebut.
Wilayah Taraguang ini mencapai masa keemasan nya tak kala berada dibawah pimpinan Datuk Pemuncak Perkasa Alamsyah. Pada waktu berdatanganlah orang-orang dari luar daerah diantara nya Aceh, Palembang dan malaka untuk berdagang. Bahkan banyak pula dari perantau itu menetap di alam Sulit Air. Pada masa inilah sebagian pertambahan para datuk-datuk di nagari Sulit Air, seperti ada nya nama Dt. Malin Aceh, Dt. Palembang, Dt. Malako Sutan, Dt. Tan Aceh. Agak nya dapat dimengerti tak seorangpun dari merak sebagi datuk ninik, namun hanya sebagai datuk Andiko.
Namun dengan lenyapnya kekuasan Kerajaan Pagaruyung pada awal abad ke-19 dan berubah nya status Minangkabau menjadi negara Islam ( masa nya kaum Paderi). Maka hak otonom yang didapat sebagai wilayah Taragung ikut serta juga dihapuskan. Saat itu 1825 nagari Sulit Air dikembalikan kepada status kenegerian nya. Ketika itu Belanda menjajah begitu kuat nya, beberapa penghulu pun yang memilik kekuasan ikut dilenyapkan antara lain Dt. Pemuncak Alam Perkasa & Datuk Rajo Endah.
Dalam perjalanan nya pertikaian kaum Paderi dan Kaum Adat ikut merubah peran serta keberadaan para datuk dan hak atas kuasa nagari dan ulayat. Namun secara garis besar kelengkapan para datuk di Sulit Air tetap terjaga dengan memasukan kaum Alim Ulama sebagai penentu & pengayom nagari saat itu. Terbukti dimasukan nya para Imam, Khatib, Bilal, Khadi dan Gharim sebagai orang-orang yang diberi amanah memimpin kaum nya. Di Sulit Air saat ini terdapat 115 orang datuk ditambah para ulama lima orang menjadi 120 orang, Meliputi suku Limo Singkek 38 datuk, Limo Panjang 26 datuk, Piliang 25 datuk dan Simabur 26 datuk.
Dalam perjalanan nya pertikaian kaum Paderi dan Kaum Adat ikut merubah peran serta keberadaan para datuk dan hak atas kuasa nagari dan ulayat. Namun secara garis besar kelengkapan para datuk di Sulit Air tetap terjaga dengan memasukan kaum Alim Ulama sebagai penentu & pengayom nagari saat itu. Terbukti dimasukan nya para Imam, Khatib, Bilal, Khadi dan Gharim sebagai orang-orang yang diberi amanah memimpin kaum nya. Di Sulit Air saat ini terdapat 115 orang datuk ditambah para ulama lima orang menjadi 120 orang, Meliputi suku Limo Singkek 38 datuk, Limo Panjang 26 datuk, Piliang 25 datuk dan Simabur 26 datuk.
Ketua KAN (Kerapatan Adat Nagari) Sulit Air saat ini |
Datuk Empat Suku nagari Sulit Air :
- Datuk Suku Limo Panjang:
- Datuk Suku : Dt. Malakomo
- Monti: Dt.Rajo Muhammad
- Hulu Balang : Dt. lelo Batuah
- Jurai : Malin Parmato
Urang nan Sambilan : Datuk Ninik - Dt. Malakewi
- Dt. Rangkayo Basa
- Dt. Rajo Mangkuto
- Dt. Tamaruhun
- Dt. Rajo Mansyur
- Dt. Ompang Limo
- Dt. Majo Kotik
- Dt. Mangkuto Sinaro
- Dt. Gampo Sinaro
- Dt. Khatib Alam Batuah
Urang nan Anam : Datuk Ninik - Dt. Paduko nan Panjang
- Dt. Paduko Rajo lelo
- Dt. Tumenggung
- Dt. Pono Kayo
- Dt. Sindo Sutan
- Dt. Tanali
- Dt. Tamandaro
Urang nan Ompek : Datuk Ninik - Dt. Pono Marajo
- Dt. Rajo Alam
- Dt. Podo Besar
- Dt. Rajo Sampono
- Dt. Tumak Alam
- Datuk Suku Piliang :
- Datuk Suku : Dt. Bendaharo
- Monti : Dt. Kakayo
- Hulubalang : Dt. Rajo Padang
- Jurai : Malin Cayo
Urang nan Tigo : Datuk Ninik - Dt. Majo Bosa
- Dt. Majo Garang
- Dt. Penghulu Bongsu
- Dt. Majo Indo
Urang nan Tigo : (Piliang Panjang) Datuk Ninik - Dt. Majo Bongsu
- Dt. Rajo Putiah
- Dt. Marah Sutan
- Dt. Mantiko Sutan
Urang nan Salapan : Datuk Ninik - Dt. Rajo Lelo
- Dt. Malako Bongsu
- Dt. Mogek Sutan
- Dt. Malako Sutan
- Dt. Nan Besar
- Dt. Tanam Putiah
- Dt. Incek Malako
- Dt. Alek Cumano
- Dt. Sutan Majolelo
Urang nan Tigo : Datuk Ninik - Dt. Rajo Malano
- Dt. Tampang Hulu
- Dt. Malano Kayo
- Dt. Marajo
- Datuk Suku Limo Singkek :
- Datuk Suku : Dt. Maharajo nan Sati
- Monti : Dt. Bagindo Kayo
- Hulu Balang : Dt. Penghulu Mudo
- Jurai : Pakieh Sati
Urang nan Salapan : Datuk Ninik - Dt. Bagindo Bosa
- Dt. Endah Bongsu
- Dt. Bagindo TAn Alam
- Dt. Tan Aceh
- Dt. Pono Garang
- Dt. Sutan Palembang
- Dt. Mantiko Sutan
- Dt. Mara Bongsu
- Dt. Bangso Rajo
Urang nan Tigo : Datuk Ninik - Dt. Rajo Lenggang
- Dt. Rajo Diateh
- Dt. Majo Indo
- Dt. Khatib Batuah
Urang nan Tigo Boleh : Datuk Ninik - Dt. Nan Sati
- Dt. Bagindo Rajo
- Dt. Samarajo
- Dt. Podo Gamuk
- Dt. Tanaro
- Dt. Sati Marajo
- Dt. Malin Aceh
- Dt. Rajo Mantiko
- Dt. Podo Bumi
- Dt. Rajo Pahlawan
- Dt. Majo Sati
- Dt. Podo Sati
- Dt. Pito Bosa
- Dt. Malako Rajo
Urang nan Anam : Datuk Ninik - Dt. Rajo Panghulu
- Dt. Panghulu Marajo
- Dt. Rajo Tanjung
- Dt. Pandeka Rajo
- Dt. Malin Marajo
- Dt. Malin Putih
- Dt. Malin Panghulu
- Datuk Suku Simabur :
- Datuk Suku : Dt. Rajo Kuaso
- Monti : Dt. Bijo Dirajo
- Hulu Balang : Dt. Rajo Batuah
- Jurai : Pakieh Mudo
Datuk Ninik ( Sumpadang) - Dt. Marajo
- Dt. Mantiko Sutan
- Dt. Mangkuto Sati
- Dt. Panghulu Kayo
- Dt. Parmato Kayo
- Dt. Intan Marajo
- Dt. Lenggang Marajo
- Dt. PonoMarajo
- Dt. Panghulu sati
- Dt. Sutan Dilangik
Datuk Ninik (Bendang) - Dt. Bagindo Marajo
- Dt. Gagar Kayo
- Dt. Bagindo Malano
- Dt. Sutan Malano
Datuk Ninik (Bodi) - Dt. Polong Kayo
- Dt. Endang Pahlawan
- Dt. Polong Sati
- Dt. Panghulu Sutan
Datuk Ninik (Koti Anyie) - Dt. Rajo Alam
- Dt. Pono Sutan
- Dt. Parhimpunan
- Dt. Rajo Putiah
Itulah ringkasan lengkap dari awal mula nagari dan terbentuk nya empat suku serta para datuk-datuk yang ada di kanagarian Sulit Air. Ini Semua hanyalah Tambo berupa nilai sejarah berdasar cerita mulut ke mulut dari orang tua dahulu yang dirangkai menjadi sebuah karya untuk para pembaca dimanpun berada. Hingga nanti nya bisa menjadi nilai budaya dan memiliki keterikatan terhadapan Adat Mianangkabau dan Nagari sendiri.
Sumber : Tambo Asal-usul nagari & persukuan Sulit Air 1974 (H.Rozali Usman & Drs. Hamdullah Salim) - Arsip suku oleh Isis Dt. Pandeka Rajo 2008.
--- Sekian ---
DH
ReplyDeleteMantap ulasannyo pak, semoga menjadi ilmu pengetahuan dek nan mudo mudo...
Assalamualaikum,
ReplyDeleteSaya mencari leluhur saya yg bernama Sutan Sinaro Mardamin bin sutan sinaro Kamaruddin, orangnya sulit air..
Terima kasih
Mantap. Kami dari kaum Datuk Tandilangik
ReplyDelete