Tuesday, 12 July 2016

SAS sudah berusia 104 tahun (kisah kedua)

Bukti prasasti SAS ada di kota padang
GAGASAN SAS - SEBAGAI ORGANISASI PEMERSATU

Berdasarkan bukti tertulis yang saya temui, sampai dengan tahun 1970 atau 58 tahun setelah lahirnya SAS di Padang pada tahun 1912, setidaknya ada 14 kota perantauan warga Sulit Air, yang menamakan perkumpulan atau paguyubannya dengan nama Sulit Air Sepakat (SAS). Ke-15 kota perantauan itu adalah: Padang, Pekan Baru, Medan, Tembilahan, Rengat, Teluk Kuantan, Jambi, Palembang, Betung, Palembang, Yogyakarta, Solo, Semarang, Teluk Betung dan Jakarta. Di Bandung masih bernama Warsab (warga Sulit Air Bandung), sebelumnya PPSA (Persatuan Perantau Sulit Air). Teluk Betung dan Jakarta disebut yang terakhir karena kedua kota ini yang terakhir di dalam SAS, berkat perjuangan gigih DPP IPPSA dibawah Ketua Umum Zulfikar Joesoef Ahmad. Sebelumnya, di Teluk Betung perkumpulan kita bernama PAS (Persatuan Anak Sulit Air). Dan di Jakarta POWSA (Persatuan Organisasi Warga Sulit Air) dan 15 nama lainnya.

Salahsatu program kerja DPP IPPSA Zulfikar Joesoef Ahmad (1964 – 1966) yang terpilih melalui Konperensi IPPSA VI di Bandung pada tahun 1964 adalah mempersatukan semua warga perantauan Sulit Air dalam satu organisasi tunggal; disamping IPPSA yang khusus untuk kalangan pelajar dan mahasiswa Sulit Air. Karena banyak sekali kota perantauan Sulit Air yang menamakan perkumpulannya SAS, nama yang ideal bagi organisasi tunggal itu adalah SAS. Untuk itu DPP IPPSA bersama IPPSA Jakarta, Yogya dan Bandung, pada bulan Januari 1965, di ruang rapat SD Gang Thomas Tanah Abang Jakata (kepala sekolahnya Ibu Dahniar Zein), mendeklarasikan sebuah kebulatan tekad untuk mewujudkan sebuah organisasi tunggal bagi segenap warga perantauan Sulit Air yang pengelolaannya dikoordinir oleh sebuah dewan pimpinan pusat (DPP). Sayang tokoh legendaris IPPSA Zulfikar Joesoef Ahmad tidak berusia panjang, tahun 1968 dia berpulang dalam usia 28 tahun (1940 – 1968). 
Diperingati satu abad SAS dihadiri oleh seluruh pengurus cabang SAS & IPPSA se-Indonesia
Berkat perjuangan DPP IPPSA, warga Sulit Air di Teluk Betung – Tanjung Karang, yang punya lebih dari 1000 jiwa, yang perkumpulannya semula bernama PAS (Persatuan Anak Sulit Air), berhasil diyakinkan untuk merubahnya menjadi SAS. Kemudian DPP IPPSA berhasil membujuk 10 perkumpulan warga Sulit Air. Kesepuluh perkumpulan tsb adalah JAPSA (Amir Shambazy), Panitia PSA (Rais Taim St Alamsyah), DPP PEPSA (Syamsubahar Maarif), DPP GEPSA (Zulkarnain Jamin), PEPSA Jakarta (Jalil Muluk), GEPSA Jakarta (Syamsuddin Enek), Perwakilan Muhammadiyyah Sulit Air di Jakarta (Kahar Taher), Budi Caniago (Kuraisyin St Mudo), Cinto Caniago (Kaharuddin Saleh Bujang Sati), Koperasi Wanita Sulit Air Rasyidin Rasyad), ditambah perwakilan warga dari Palembang (B. Dt. Bagindo Malano), Bandung (Saladin Isa) dan Semarang (Bahrul Bahrony) untuk menghadiri “Musyawarah Organisasi-organisasi Warga Sulit Air”, pada tgl 25 dan 26 Desember 1965 di Ruang Rapat Mesjid Agung “Al Azhar” Kebayoran Baru, Jakarta. 

Musyawarah yang berlangsung di bulan Ramadhan itu, bersepakat untuk menghilangkan segala perselisihan yang telah terjadi dan menciptakan sebuah organisasi kesatuan tunggal di Jakarta, yang diberi nama SAS. Maka dibentuklah SAS Jakarta yang dipimpin oleh 3 orang ketua, yakni Annas Nurdin, Darwis Sutan Malano dan Syahruddin Kasim; sekretaris Jalil Muluk, Habibullah S.J. dan Zulkarnain Jamin; bendahara Ny. Syamsariana, Darwis Taher dan H. Sutan Ismail. Dan HZA Ahmad ditunjuk sebagai Pembina. Pada tgl 18 Mei 1969, pimpinan SAS Jakarta beralih kepada kuartet Sofyan Hasan-A. Karim Saleh-Bahrul Bahrony- Jurnalis Uddin, sekretaris Nur Aksar, Zulkarnain Jamin dan Harlis Bahrony. Sebelum rapat pembentukan pengurus baru itu, dibacakan surat DPP IPPSA ditandatangani oleh Ketum Nur Aksar dan Sekum HB Chandra, yang mengusulkan bahwa telah tiba waktunya bagi SAS Jakarta untuk mengadakan musyawarah besar warga Sulit Air untuk menjadikan SAS sebagai organisasi tunggal warga perantauan Sulit Air dan pembentukan DPP SAS. 

PERSIAPAN PEMBENTUKAN DPP SAS 

Perjuangan IPPSA selama 5 tahun akhirnya membuahkan hasil. Pada tahun 1970, SAS Jakarta dan Warga Sulit Air Bandung (Warsab) bersepakat untuk mensponsori penyelenggaraan Konperensi Pembentukan DPP SAS tanggal 3 s/d 5 Juli 1970 di villa “Aida” (milik HM Joesoef Ahmad) di Ciloto –Puncak Jabar. Panitia Pelaksana diketuai Dr. Jurnalis Uddin (Jakarta), wakil Rozali Usman (Bandung), sekretaris Nur Aksar (Jakarta), wakilnya Syarman Syam SH (Ketum DPP IPPSA), bendahara Bahrul Bahrony (Jakarta) dan wakilnya Drs. Musmar Muin (Bandung). Ditambah dengan berbagai seksi (A. Karim Saleh, Mishar Bahrony, Aida Joesoef Ahmad, HB Chandra, Harlis Bahrony dan Rainal Rais) Jelas sekali tokoh-tokoh Sulit Air di Jakarta dan Bandung terlihat kompak bersatu dalam kepanitiaan ini. Kalau kita cermati semua nama itu adalah senioren-senioren IPPSA seluruhnya, bahkan ada mantan dan ketum DPP IPPSA yakni A. Karim Saleh, Rozali Usman, Musmar Muin, Nur Aksar dan Syarman Syam, bahkan Jurnalis Uddin juga jadi Pj. Ketum DPP IPPSA Yogya. Dapat pula kita ambil kesimpulan bahwa tahun 1970 tsb adalah tahun senioren-senioren IPPSA (lahir tahun 1951) mengambil alih kepemimpinan baru Sulit Air melalui SAS. Wali nagari Sulit Air Nasrullah Salim Dt. Polong Kayo pada saat ini, juga adalah mantan Sekjen DPP IPPSA Yogya (1957 – 1962). 
Sarasehan yang diselenggarakan SAS-IPPSA cab Jogya bagian tujuan dari sumber akademisi berprestasi
Peralihan tongkat generasi kepemimpinan itu menjadi terasa demikian sempurna dan terasa harmonis karena didampingi oleh suatu Dewan Sponsor sebanyak 39 orang yakni tokoh-tokoh Sulit Air Jakarta-Bandung yang dikenal umum di masa itu, yakni Rozali Usman, Musmar Muin, Ramli Paduko Sutan, Bahar Surin, Usman Ahmad, Amir Syambazy, HM Joesoef Amad, Kaharuddin Saleh Bujang Sati, H. Rais Taim, H. Jamaluddin Tambam, IAL Dt. Nan Sati, Syamsulbari Nur, Darwis St Malano, Darwis Taher, HZA Ahmad, HM Zein, Z.Camil, Mawardy Jalins, Rasyidin Rasyad, Syamsubahar Maarif, H. UsmanTaher, Muhammad Tiding, AB Dt Bijo Dirajo, Marjohan Djamin, Jusuf Cupak, Syamsunur Nur, Junus Taher, Zainuddin, Kolonel Munir, Hasan Basri Taher, Suhaemi Djamin, Abubakar Saad, Ibu Hj. Rosma Rais, Ibu Dahniar Zein, Ibu Elly Amir Shambazy, Ibu Nurma Syamsulbahri, Ibu Rasyidah KS Bujang Sati dan Ibu Hj. Aminah Amran. 

Mungkin Anda bertanya mengapa Rozali Usman, Musmar Muin dan Mawardy Jalins, masuk dalam Dewan Sponsor, bukankah ketiganya itu senioren IPPSA? Benar, tapi ketiganya sudah jadi pengusaha tenar pada masa itu. Musmar Muin dalam kefarmasian (apotik), Mawardy Djalins dalam bidang penerbitan buku, lebih-lebih Rozali Usman dengan CV “Remaja Karya”nya di Bandung sedang naik benar “daun”nya, sadang barayie asam e. Dan ke-6 ibu yang disebut di atas, selain dikenal sebagai tokoh-tokoh wanita Sulit Air di Jakarta (termasuk Uni Rosma yang hartawan-dermawan), juga dikenal sebagai ahli-ahli masak ala Sulit Air yang faham betul selera tinggi urang awak, yang akan membuat konperensi SAS pertama itu sebagai konperensi yang sulit dilupakan di daerah dingin pegunungan Puncak, yang kadarnya jauh lebih dingin daripada sekarang. Bisakah Anda membandingkan komposisi kepemimpinan Sulit Air di Jakarta-Bandung pada tahun 1970 itu dengan komposisi kepemimpinan Sulit Air Jakarta-Bandung sekarang, setelah menempuh kurun waktu 46 tahun? 

Dengan menyebutkan nama-nama tsb, saya juga sekedar ingin mengenang bagaimana hebatnya perjuangan IPPSA dalam menyatukan segenap potensi SDM Sulit Air di Jakarta dan Bandung di kala itu, dalam merajut kembali hubungan silaturrahmi antara pemimpin-pemimpin Sulit Air yang sejak tahun 1964 dirobek-robek oleh perpecahan yang demikian parah dan menyedihkan! Bayangkan di Jakarta ada 16 perkumpulan warga Sulit Air, yang berasal dari dua kubu yang saling berseteru. Dan semua nama yang disebutkan di atas menjadi penggerak atau anggota dari 1-2 perkumpulan tsb. Bayangkan orang-orang yang tadinya walau sudah dipersatukan dalam SAS Jakarta, pada hakekatnya mereka belum barelok betul, masih baudu atau indak sabuni, setidaknya masih malu2, sekarang mereka diharak ke Ciloto, untuk membentuk DPP SAS, bagolak-golak dan makan lomak.
Sumber: H. Drs .Hamdullah Salim

No comments:

Post a Comment