Suasana Mubes SAS ke-XX (tahun2010), diselenggarakan di kampung halaman |
MENJELANG KONPERENSI SAS CILOTO
Sebagai kelengkapan dan
latar belakang lahirnya Konperensi Pembentukan DPP SAS di Ciloto Puncak
tgl 3-5 Juli 1970, seperti telah diungkapakan pada serial sebelumnya,
ada baiknya saya kemukakan berbagai peristiwa penting yang mendahuluinya
sebagai berikut.
1. Tahun 1970 saya pandang sebagai tahun
paling konduisif bagi penyelenggaraan suatu konperensi yang tujuannya
untuk menyatukan SAS sebagai organisasi perantauan Sulit Air yang
terpusat dan struktural. Artinya memiliki anggaran dasar dan anggaran
(AD-ART) sebagai pedoman pengaturan organisasi, memiliki pusat pimpinan
sebagai “pusat jala pumpunan ikan” (dewan pimpinan pusat) sebagai
pengatur dan pengendali organisasi, memiliki cabang-cabang di kota-kota
perantauan yang sudah cukup warga Sulit Air-nya bagi berdirinya suatu
perkumpulan (dewan pimpinan cabang) dan koordinator wilayah untuk
mengkoordinasikan kegiatan antar cabang-cabang SAS yang berdekatan.
2. Upaya itu dimulai oleh DPP IPPSA (dibawah Ketum Zulfikar Joesoef
Ahmad) bersama IPPSA Jakarta, Bandung dan Yogyakarta dengan mencetuskan
“Kebulatan Tekad IPPSA” yang menginginkan SAS sebagai organisasi
pemersatu, pada bulan Januari 1965 di Jakarta (Tunas Muda Yogya,
Feb/1965). Disusul kemudian dengan keberhasilan DPP IPPSA memprakarsai
pergantian nama PAS (Persatuan Anak Sulit Air) menjadi SAS Teluk
Betung-Karang pada bulan Maret 1965 dalam suatu deklarasi yang
ditandatanani Ketua PAS Nurdin Rauf dan sekretaris Saidina Umar(“Obor
Pemuda”, Jkt, 13/2/1965). Kemudian DPP IPPSA bersama IPPSA Jakarta
berhasil menyelenggarakan “Musyawarah Organisasi-organisasi Warga Sulit
Air”, pada tgl 25 dan 26 Desember 1965 di Ruang Rapat Mesjid Agung “Al
Azhar” Kebayoran Baru, Jakarta. Dalam Konperensi IPPSA VII tahun 1967
di Sulit Air dibawah Ketum DPP IPPSA Nur Aksar dicetuskan resolusi yang
menghendaki SAS sebagai satu2nya organiasai bagi segenap warga
perantauan Sulit Air dan perlu segera dibentuk DPP SAS (Tunas Muda No.
1/1970). Dalam sidang pleno Konperensi IPPSA VIII tgl 3 Februari 1970
di Palembang yang dipimpin Jusna Joesoef Ahmad dan sekretaris Darwin
Nurdin ditelurkan resolusi agar segera dibentuk DPP SAS sebagai
realisasi persatuan warga Sulit Air dalam suatu organisasi yang
diseragamkan namanya (Tunas Muda, Jkt, No.1/1970).
3. Maka pada
tahun 1970 warga perantauan Sulit Air sampailah pada saat yang
berbahagia untuk menjadikan SAS sebagai organisasi pemersatu, tunggal,
terpusat dan memiliki konstitusi organisasi. Jusna Joesoef Ahmad
(sekarang Doktor) di dalam editorial “Tunas Muda” edisi Juni-Juli 1970,
sebagai pemimpin redaksinya, antara lain menulis: “Pembentukan
satu-satunya nama organisasi bagi segenap warga perantauan Sulit Air
dicetuskan oleh DPP IPPSA, dijadikan kebulatan tekad, baik di Konperensi
IPPSA VII Sulit Air tahun 1967 maupun Konperensi IPPSA VIII Palembang
baru-baru ini. Sekarang telah dibentuk Dewan Sponsor dan Panitia
Pelaksananya. Telah ditetapkan tempat dan waktunya pada awal Juli 1970
di Ciloto Puncak. Semua ini sangat menggembirakan dan memberi harapan
baik. Sebagai golongan muda kita sampaikan terima kasih dan salut atas
usaha itu, karena ini juga berarti merealisir cita-cita IPPSA"
Sedang pimpinan umumnya Mashar Muluk, dalam edisi yang sama menulis: “Maka wajarlah kiranya kita di sini mendesak kepada seluruh perantauan
Sulit Air untuk menyatukan organisasi perantauan dengan nama S.A.S.
(Sulit Air Sepakat) dan kemudian dengan segera mungkin mengadakan
pertemuan dengan seluruh SAS yang ada di perantauan. Dibicarakan
soal-soal organisasi SAS, tentu pula harus diadakan AD-ART-nya”.
Dari tulisan Mahar Muluk ini dapat pula kita ambil kesimpulan, bahwa
konperensi yang hendak diselenggarakan itu adalah Konperensi Pembentukan
DPP SAS, bukan Konperensi SAS I. Tapi sejarah kemudian berbicara lain,
bahwa konperensi itu kemudian populer sebagai Konperensi SAS I tahun
1970 di Ciloto. Dan untuk itu kita tentu tidak punya keberatan apa-apa.
Namun ada hal lain yang tidak boleh kita lupakan dan perlu kita sebut.
Hal apa pula itu? Saya katakan, bahwa tahun 1970 itu benar-benar sudah
konduisif bagi penyatuan semua organisasi perantauan Sulit Air di dalam
wadah tunggal; SAS sudah dalam kondisi “hamil tua” bagi kelahiran DPP
SAS, AD-ART SAS. Selain disebabkan hal-hal yang telah sebutkan di atas,
ada peristiwa lain yang perlu kita catat dalam perjalanan Sejarah SAS.
4. Masyarakat Sulit Air Jawa Tengah (Yogya, Solo, Semarang dan
Magelang) pada tgl 8 November 1969 yang dengan dimotori IPPSA
Yogyakarta mengadakan pertemuan di Kaliurang, kota pegunungan berhawa
sejuk di Gunung Merapi, untuk berlimau-bersilaturrahmi, menyambut
datangnya bulan suci Ramadhan. Pertemuan silaturrahmi tsb menghasilkan
beberapa keputusan penting. Menghidupkan kembali SAS Jateng, menerbitkan
majalah “Tjanang Gunungpapan” sebagai corongnya dan pengganti majalah
“Tunas Muda” yang pernah berjaya di Yogya dan telah berpindah ke kota
lain; membentuk “Arisan SAS Jateng”; mengadakan pertemuan warga Sulit
Air Yogyakarta sekali sebulan dan warga SAS Jateng secara berkala;
mengusahakan tanah pekuburan warga Sulit Air di Yogya; mendirikan asrama
puteri “Wisma Gunung Putih” bagi IPPSAWATI dan menyelenggarakan
Konperensi SAS seluruh Indonesia di Yogyakarta, dengan maksud antara
lain untuk membentuk DPP SAS.
Gedung Wisma baru berdiri megah, yang dibawah naungan Yayasan Gunung Merah (YGM) Jl Jambon I Tegal Rejo. Bukti perjuangan perantauan SAS jauh ke tanah jawa untuk belajar dan berinteraksi. |
Hebatnya, sebagian besar keputusan tsb
terealisir. SAS Jateng, Arisan SAS Jateng, dan penerbitan “Tjanang
Gunungpapan” terlaksana dengan baik. “Tjanang Gunungpapan” yang
terbitsetiap bulan sangat besar peranannya dalam masyarakat Sulit Air
sebagai sarana penerangan, sarana pendidikan, sarana hiburan dan sarana
pembentuk opini masyarakat Sulit Air. Tanah pekuburan SAS berhasil
dimiliki di Plumbon Yogyakarta. Yang belum terwujud sampai sekarang
adalah “Wisma Gunung Putih” untuk asrama IPPSAWATI Yogya.
Konperensi SAS yang pertama sebagaimana dikehendaki Kebulatakan IPPSA
tsb, SAS Jateng bersama IPPSA-nya siap menyelenggarakannya. Hal ini
tak perlu diragukan, mengingat keberhasilan mereka dalam mewujudkan
berdirinya “Wisma Gunung Merah” yang fenomenal dan monumental di tahun
1961 dan Konperensi IPPSA ke-V yang sangat berhasil di tahun 1962 di
Yogyakarta. Menurut saya, bangkitnya berbagai kegiatan keorganisasian
masyarakat Sulit Air pada tahun-tahun sesudahnya justru terinspirasi dan
terpicu oleh Konperensi IPPSA ke- V Yogyakarta tsb. Konperensi IPPSA
ke- V Yogyakarta yang juga tenar dengan simposium “Memagar Kelapa
Condong”-nya, lahirnya semboyan dan semangat “Sulit Air Jaya” yang
sampai sekarang masih sering diucapkan dan dituliskan orang.
Pokoknya
tokoh-tokoh SAS Jateng, seperti Zainal Abidin Tipo, Barmawi Miin, Buyung
Arfah, Munir St Keadilan, Bakhtiar Sutan Baheram, Bakhruddin Rky Rajo
Imbang, Lukman Muman dengan dukungan IPPSA Yogya siap menyelenggarakan
konperensi tsb. Mungkin, kebulatan tekad Silaturrahmi SAS dan IPPSA
Jateng Kaliurang November 1969 dan keputusan Konperensi IPPSA VIII
Palembang Februari 1970 telah menyadarkan SAS dan IPPSA Jakarta untuk
berkolaborasi dengan rekan-rekan mereka di Bandung untuk
menyelenggarakan Konperensi Pembentukan DPP SAS di Ciloto Puncak pada
awal Juli 1970, sebagaimana telah kita utarakan pada serial sebelumnya.
Bila SAS dan IPPSA Jakarta dan Warsab Bandung tidak juga segera
mengambil prakarsa tsb, maka tentulah SAS Jateng dan IPPSA Yogya yang
akan mengambil alih penyelenggaraan konperensi tsb dan tentulah jalan
Sejarah SAS akan menjadi lain. Allah juga yang mengatur dan menentukan
segala sesuatu yang telah terjadi itu.
5. Berdasarkan hal-hal
yang saya kemukakan di atas, maka saya berkesimpulan tahun 1970 sebagai
tonggak perjalanan amat penting dalam sejarah SAS maupun IPPSA. Tahun
1970 adalah puncak perjuangan IPPSA dalam mewujudkan cita-cita Sulit Air
Jaya yang didengung-dengungkan dalam Konperensi IPPSA V IPPSA 1962 di
Yogyakata, dengan mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam masyarakat
Sulit Air. Tanggal 28 Oktober 1962 lahir “Yayasan Pembangunan Sulit Air”
(YAPSA) yang diketuai oleh Djamaluddin Adinegoro (Bapak Jurnalistik dan
Tokoh Nasional, orang Lintau yang beristerikan Alidar Jamal, orang
Sulit Air), dibantu Amir Shambazy, HM Joesoef Ahmad, Syamsulbahri Nur,
Jamaluddin Tambam, Yunus Taher, KaharuddinSaleh, Mawardy Jalins dsb-nya.
12 s/d 16 Agustus 1963 YAPSA menyelenggarakan “Musyawarah Pembangunan
Sulit Air”, mirip-mirip “Musyawarah Pembangunan Nasional RI” pada masa
itu.
Cita-cita Adinegoro yang dekat dengan Waperdam Chairul Saleh (orang
kepercayaan Presiden Sukarno sebagai tangan kanannya) amatlah besar dan
mulia, hendak menjadikan Sulit Air yang dipandangnya potensial untuk
dijadikan desa percontohan dan perintis dalam “Pola Pembangunan Semesta
Berencana Nasional” yang diputuskan MPR-S (juga diketuai Chairul Saleh)
melalui YAPSA tsb. Adinegoro dalam pidato di Musyawarah Pembangunan
Sulit Air tsb menyampaikan suatu pidato berjudul “Dari Desa ke Kota,
Sulit Air Mempelopori Desa-desa SulitAir”
Namun sayang,
cita-cita besar dan amat luhur itu akhirnya gagal di tengah jalan dengan
tumbangnya Pemerintahan Orde Lama Lama secara perlahan pada akhir 1965,
setelah pemberontakan PKI/G.30.S yang gagal pada 1 Oktober 1965. YAPSA
sebenarnya banyak jasanya dalam memberikan sumbangan kepada berbagai
kegiatan masyarakat, namun kegagalannya yang amat fatal adalah
pembangunan rumah sakit di Sarosa Sulit Air. Untuk membangun rumahsakit
tsb masyarakat telah banyak berkorban, dengan begotongroyong mengangkut
pasir dan batu ke lokasi, namun kemudian menjadi usaha yang sia-sia.
Sementara itu muncul kompetitor YAPSA yakni Panitia Pembangunan PSA
Gando pada awal 1964 di Jakarta di bawah pimpinan RaisTaim St. Alamsyah,
hartawan-dermawan Sulit Air di masa itu.
Antara YAPSA dan Panitia PSA
kemudian terjadi persaingan keras dan pertentangan tajam. YAPSA punya
media namanya Sarosa, Panitia PSA pun punya bulletin “Laporan PSA” yang
rajin terbit setiap bulan. Persaingan dan pertentangan berkembang
sedemikian rupa, berkembang ke kota-kota perantauan lain, memasuki ranah
pribadi dan keluarga. Saya mencatat di Jakarta muncul 16
perkumpulan/yayasan/koperasi dan ada yang punya cabang di kota-kota
perantauan lain, yang pada hakekatnya bersumber kepada pertentangan dua
kubu tsb. Tahun 1964 dan 1965 merupakan tahun kelam yang amat
membahayakan bagi persatuan warga Sulit Air, yang mulai mereda setelah
DPP IPPSA dan IPPSA Jakarta berhasil mengumpulkan pihak-pihak yang
bertikai dalam “Musyawarah Organisasi-organisasi Warga Sulit Air” tgl
25-26 Desember 1965 di Mesjid Al Azhar Jakarta Selatan dan kemudian
mereka bersepakat untuk membentuk SAS Jakarta, yang kepengurusannya
dimonopoli oleh senioren-senioren IPPSA seperti telah disebutkan.
Majalah Tunas Muda - corong Informasi media IPPSA sudah ada sejak tahun 1951 |
Tetapi pertentangan dan perseteruan tsb belum benar-benar mereda
sebelum Konperensi SAS di Ciloto 1970 dan bary berakhir serta bersatu
kembali setelah Konperensi SAS II tahun 1972 di Palembang dengan
terbentuknya DPP SAS “Kopa Bosi” yang dipimpin Rozali Usman-KS Bujang
Sati-Rosma Rais-Jamaluddin Tambam, yang mencerminkan penyatuan kekuatan
kedua kubu yakni YAPSA (KS Bujang Sati – Jamaluddin Tambam) dan Panitya
PSA (Hj. Rosma Rais) di bawah kepiawaian Ketum Rozali Usman, yang juga
mantan Ketum DPP IPPSA. (bersambung...)
Sumber: Drs. H. Hamdullah Salim
KABAR BAIK!!!
ReplyDeleteNama saya Aris Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu untuk Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran dimuka, tetapi mereka adalah orang-orang iseng, karena mereka kemudian akan meminta untuk pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, sehingga hati-hati dari mereka penipuan Perusahaan Pinjaman.
Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, saya telah tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan digunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dan tingkat bunga hanya 2%.
Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan, telah dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.
Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda menuruti perintahnya.
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan bercerita tentang Ibu Cynthia, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening mereka bulanan.
Sebuah kata yang cukup untuk bijaksana.