Friday, 15 July 2016

SAS sudah berusia 104 tahun (kisah ketiga)

Suasana Mubes SAS ke-XX (tahun2010), diselenggarakan di kampung halaman
MENJELANG KONPERENSI SAS CILOTO

Sebagai kelengkapan dan latar belakang lahirnya Konperensi Pembentukan DPP SAS di Ciloto Puncak tgl 3-5 Juli 1970, seperti telah diungkapakan pada serial sebelumnya, ada baiknya saya kemukakan berbagai peristiwa penting yang mendahuluinya sebagai berikut.

1. Tahun 1970 saya pandang sebagai tahun paling konduisif bagi penyelenggaraan suatu konperensi yang tujuannya untuk menyatukan SAS sebagai organisasi perantauan Sulit Air yang terpusat dan struktural. Artinya memiliki anggaran dasar dan anggaran (AD-ART) sebagai pedoman pengaturan organisasi, memiliki pusat pimpinan sebagai “pusat jala pumpunan ikan” (dewan pimpinan pusat) sebagai pengatur dan pengendali organisasi, memiliki cabang-cabang di kota-kota perantauan yang sudah cukup warga Sulit Air-nya bagi berdirinya suatu perkumpulan (dewan pimpinan cabang) dan koordinator wilayah untuk mengkoordinasikan kegiatan antar cabang-cabang SAS yang berdekatan.

2. Upaya itu dimulai oleh DPP IPPSA (dibawah Ketum Zulfikar Joesoef Ahmad) bersama IPPSA Jakarta, Bandung dan Yogyakarta dengan mencetuskan “Kebulatan Tekad IPPSA” yang menginginkan SAS sebagai organisasi pemersatu, pada bulan Januari 1965 di Jakarta (Tunas Muda Yogya, Feb/1965). Disusul kemudian dengan keberhasilan DPP IPPSA memprakarsai pergantian nama PAS (Persatuan Anak Sulit Air) menjadi SAS Teluk Betung-Karang pada bulan Maret 1965 dalam suatu deklarasi yang ditandatanani Ketua PAS Nurdin Rauf dan sekretaris Saidina Umar(“Obor Pemuda”, Jkt, 13/2/1965). Kemudian DPP IPPSA bersama IPPSA Jakarta berhasil menyelenggarakan “Musyawarah Organisasi-organisasi Warga Sulit Air”, pada tgl 25 dan 26 Desember 1965 di Ruang Rapat Mesjid Agung “Al Azhar” Kebayoran Baru, Jakarta. Dalam Konperensi IPPSA VII tahun 1967 di Sulit Air dibawah Ketum DPP IPPSA Nur Aksar dicetuskan resolusi yang menghendaki SAS sebagai satu2nya organiasai bagi segenap warga perantauan Sulit Air dan perlu segera dibentuk DPP SAS (Tunas Muda No. 1/1970). Dalam sidang pleno Konperensi IPPSA VIII tgl 3 Februari 1970 di Palembang yang dipimpin Jusna Joesoef Ahmad dan sekretaris Darwin Nurdin ditelurkan resolusi agar segera dibentuk DPP SAS sebagai realisasi persatuan warga Sulit Air dalam suatu organisasi yang diseragamkan namanya (Tunas Muda, Jkt, No.1/1970).

3. Maka pada tahun 1970 warga perantauan Sulit Air sampailah pada saat yang berbahagia untuk menjadikan SAS sebagai organisasi pemersatu, tunggal, terpusat dan memiliki konstitusi organisasi. Jusna Joesoef Ahmad (sekarang Doktor) di dalam editorial “Tunas Muda” edisi Juni-Juli 1970, sebagai pemimpin redaksinya, antara lain menulis: “Pembentukan satu-satunya nama organisasi bagi segenap warga perantauan Sulit Air dicetuskan oleh DPP IPPSA, dijadikan kebulatan tekad, baik di Konperensi IPPSA VII Sulit Air tahun 1967 maupun Konperensi IPPSA VIII Palembang baru-baru ini. Sekarang telah dibentuk Dewan Sponsor dan Panitia Pelaksananya. Telah ditetapkan tempat dan waktunya pada awal Juli 1970 di Ciloto Puncak. Semua ini sangat menggembirakan dan memberi harapan baik. Sebagai golongan muda kita sampaikan terima kasih dan salut atas usaha itu, karena ini juga berarti merealisir cita-cita IPPSA"

Sedang pimpinan umumnya Mashar Muluk, dalam edisi yang sama menulis: “Maka wajarlah kiranya kita di sini mendesak kepada seluruh perantauan Sulit Air untuk menyatukan organisasi perantauan dengan nama S.A.S. (Sulit Air Sepakat) dan kemudian dengan segera mungkin mengadakan pertemuan dengan seluruh SAS yang ada di perantauan. Dibicarakan soal-soal organisasi SAS, tentu pula harus diadakan AD-ART-nya”. 

Dari tulisan Mahar Muluk ini dapat pula kita ambil kesimpulan, bahwa konperensi yang hendak diselenggarakan itu adalah Konperensi Pembentukan DPP SAS, bukan Konperensi SAS I. Tapi sejarah kemudian berbicara lain, bahwa konperensi itu kemudian populer sebagai Konperensi SAS I tahun 1970 di Ciloto. Dan untuk itu kita tentu tidak punya keberatan apa-apa. Namun ada hal lain yang tidak boleh kita lupakan dan perlu kita sebut. Hal apa pula itu? Saya katakan, bahwa tahun 1970 itu benar-benar sudah konduisif bagi penyatuan semua organisasi perantauan Sulit Air di dalam wadah tunggal; SAS sudah dalam kondisi “hamil tua” bagi kelahiran DPP SAS, AD-ART SAS. Selain disebabkan hal-hal yang telah sebutkan di atas, ada peristiwa lain yang perlu kita catat dalam perjalanan Sejarah SAS. 

4. Masyarakat Sulit Air Jawa Tengah (Yogya, Solo, Semarang dan Magelang) pada tgl 8 November 1969 yang dengan dimotori IPPSA Yogyakarta mengadakan pertemuan di Kaliurang, kota pegunungan berhawa sejuk di Gunung Merapi, untuk berlimau-bersilaturrahmi, menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Pertemuan silaturrahmi tsb menghasilkan beberapa keputusan penting. Menghidupkan kembali SAS Jateng, menerbitkan majalah “Tjanang Gunungpapan” sebagai corongnya dan pengganti majalah “Tunas Muda” yang pernah berjaya di Yogya dan telah berpindah ke kota lain; membentuk “Arisan SAS Jateng”; mengadakan pertemuan warga Sulit Air Yogyakarta sekali sebulan dan warga SAS Jateng secara berkala; mengusahakan tanah pekuburan warga Sulit Air di Yogya; mendirikan asrama puteri “Wisma Gunung Putih” bagi IPPSAWATI dan menyelenggarakan Konperensi SAS seluruh Indonesia di Yogyakarta, dengan maksud antara lain untuk membentuk DPP SAS. 
Gedung Wisma baru berdiri megah, yang dibawah naungan Yayasan Gunung Merah (YGM) Jl Jambon I Tegal Rejo. Bukti perjuangan perantauan SAS jauh ke tanah jawa untuk belajar dan berinteraksi.
Hebatnya, sebagian besar keputusan tsb terealisir. SAS Jateng, Arisan SAS Jateng, dan penerbitan “Tjanang Gunungpapan” terlaksana dengan baik. “Tjanang Gunungpapan” yang terbitsetiap bulan sangat besar peranannya dalam masyarakat Sulit Air sebagai sarana penerangan, sarana pendidikan, sarana hiburan dan sarana pembentuk opini masyarakat Sulit Air. Tanah pekuburan SAS berhasil dimiliki di Plumbon Yogyakarta. Yang belum terwujud sampai sekarang adalah “Wisma Gunung Putih” untuk asrama IPPSAWATI Yogya. 

Konperensi SAS yang pertama sebagaimana dikehendaki Kebulatakan IPPSA tsb, SAS Jateng bersama IPPSA-nya siap menyelenggarakannya. Hal ini tak perlu diragukan, mengingat keberhasilan mereka dalam mewujudkan berdirinya “Wisma Gunung Merah” yang fenomenal dan monumental di tahun 1961 dan Konperensi IPPSA ke-V yang sangat berhasil di tahun 1962 di Yogyakarta. Menurut saya, bangkitnya berbagai kegiatan keorganisasian masyarakat Sulit Air pada tahun-tahun sesudahnya justru terinspirasi dan terpicu oleh Konperensi IPPSA ke- V Yogyakarta tsb. Konperensi IPPSA ke- V Yogyakarta yang juga tenar dengan simposium “Memagar Kelapa Condong”-nya, lahirnya semboyan dan semangat “Sulit Air Jaya” yang sampai sekarang masih sering diucapkan dan dituliskan orang. 

Pokoknya tokoh-tokoh SAS Jateng, seperti Zainal Abidin Tipo, Barmawi Miin, Buyung Arfah, Munir St Keadilan, Bakhtiar Sutan Baheram, Bakhruddin Rky Rajo Imbang, Lukman Muman dengan dukungan IPPSA Yogya siap menyelenggarakan konperensi tsb. Mungkin, kebulatan tekad Silaturrahmi SAS dan IPPSA Jateng Kaliurang November 1969 dan keputusan Konperensi IPPSA VIII Palembang Februari 1970 telah menyadarkan SAS dan IPPSA Jakarta untuk berkolaborasi dengan rekan-rekan mereka di Bandung untuk menyelenggarakan Konperensi Pembentukan DPP SAS di Ciloto Puncak pada awal Juli 1970, sebagaimana telah kita utarakan pada serial sebelumnya. Bila SAS dan IPPSA Jakarta dan Warsab Bandung tidak juga segera mengambil prakarsa tsb, maka tentulah SAS Jateng dan IPPSA Yogya yang akan mengambil alih penyelenggaraan konperensi tsb dan tentulah jalan Sejarah SAS akan menjadi lain. Allah juga yang mengatur dan menentukan segala sesuatu yang telah terjadi itu. 

5. Berdasarkan hal-hal yang saya kemukakan di atas, maka saya berkesimpulan tahun 1970 sebagai tonggak perjalanan amat penting dalam sejarah SAS maupun IPPSA. Tahun 1970 adalah puncak perjuangan IPPSA dalam mewujudkan cita-cita Sulit Air Jaya yang didengung-dengungkan dalam Konperensi IPPSA V IPPSA 1962 di Yogyakata, dengan mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam masyarakat Sulit Air. Tanggal 28 Oktober 1962 lahir “Yayasan Pembangunan Sulit Air” (YAPSA) yang diketuai oleh Djamaluddin Adinegoro (Bapak Jurnalistik dan Tokoh Nasional, orang Lintau yang beristerikan Alidar Jamal, orang Sulit Air), dibantu Amir Shambazy, HM Joesoef Ahmad, Syamsulbahri Nur, Jamaluddin Tambam, Yunus Taher, KaharuddinSaleh, Mawardy Jalins dsb-nya. 12 s/d 16 Agustus 1963 YAPSA menyelenggarakan “Musyawarah Pembangunan Sulit Air”, mirip-mirip “Musyawarah Pembangunan Nasional RI” pada masa itu. 

Cita-cita Adinegoro yang dekat dengan Waperdam Chairul Saleh (orang kepercayaan Presiden Sukarno sebagai tangan kanannya) amatlah besar dan mulia, hendak menjadikan Sulit Air yang dipandangnya potensial untuk dijadikan desa percontohan dan perintis dalam “Pola Pembangunan Semesta Berencana Nasional” yang diputuskan MPR-S (juga diketuai Chairul Saleh) melalui YAPSA tsb. Adinegoro dalam pidato di Musyawarah Pembangunan Sulit Air tsb menyampaikan suatu pidato berjudul “Dari Desa ke Kota, Sulit Air Mempelopori Desa-desa SulitAir” 

Namun sayang, cita-cita besar dan amat luhur itu akhirnya gagal di tengah jalan dengan tumbangnya Pemerintahan Orde Lama Lama secara perlahan pada akhir 1965, setelah pemberontakan PKI/G.30.S yang gagal pada 1 Oktober 1965. YAPSA sebenarnya banyak jasanya dalam memberikan sumbangan kepada berbagai kegiatan masyarakat, namun kegagalannya yang amat fatal adalah pembangunan rumah sakit di Sarosa Sulit Air. Untuk membangun rumahsakit tsb masyarakat telah banyak berkorban, dengan begotongroyong mengangkut pasir dan batu ke lokasi, namun kemudian menjadi usaha yang sia-sia. Sementara itu muncul kompetitor YAPSA yakni Panitia Pembangunan PSA Gando pada awal 1964 di Jakarta di bawah pimpinan RaisTaim St. Alamsyah, hartawan-dermawan Sulit Air di masa itu.

Antara YAPSA dan Panitia PSA kemudian terjadi persaingan keras dan pertentangan tajam. YAPSA punya media namanya Sarosa, Panitia PSA pun punya bulletin “Laporan PSA” yang rajin terbit setiap bulan. Persaingan dan pertentangan berkembang sedemikian rupa, berkembang ke kota-kota perantauan lain, memasuki ranah pribadi dan keluarga. Saya mencatat di Jakarta muncul 16 perkumpulan/yayasan/koperasi dan ada yang punya cabang di kota-kota perantauan lain, yang pada hakekatnya bersumber kepada pertentangan dua kubu tsb. Tahun 1964 dan 1965 merupakan tahun kelam yang amat membahayakan bagi persatuan warga Sulit Air, yang mulai mereda setelah DPP IPPSA dan IPPSA Jakarta berhasil mengumpulkan pihak-pihak yang bertikai dalam “Musyawarah Organisasi-organisasi Warga Sulit Air” tgl 25-26 Desember 1965 di Mesjid Al Azhar Jakarta Selatan dan kemudian mereka bersepakat untuk membentuk SAS Jakarta, yang kepengurusannya dimonopoli oleh senioren-senioren IPPSA seperti telah disebutkan.
Majalah Tunas Muda - corong Informasi media IPPSA sudah ada sejak tahun 1951
Tetapi pertentangan dan perseteruan tsb belum benar-benar mereda sebelum Konperensi SAS di Ciloto 1970 dan bary berakhir serta bersatu kembali setelah Konperensi SAS II tahun 1972 di Palembang dengan terbentuknya DPP SAS “Kopa Bosi” yang dipimpin Rozali Usman-KS Bujang Sati-Rosma Rais-Jamaluddin Tambam, yang mencerminkan penyatuan kekuatan kedua kubu yakni YAPSA (KS Bujang Sati – Jamaluddin Tambam) dan Panitya PSA (Hj. Rosma Rais) di bawah kepiawaian Ketum Rozali Usman, yang juga mantan Ketum DPP IPPSA. (bersambung...)
Sumber: Drs. H. Hamdullah Salim

1 comment:

  1. KABAR BAIK!!!

    Nama saya Aris Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu untuk Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran dimuka, tetapi mereka adalah orang-orang iseng, karena mereka kemudian akan meminta untuk pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, sehingga hati-hati dari mereka penipuan Perusahaan Pinjaman.

    Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, saya telah tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan digunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dan tingkat bunga hanya 2%.

    Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan, telah dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.

    Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda menuruti perintahnya.

    Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan bercerita tentang Ibu Cynthia, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening mereka bulanan.

    Sebuah kata yang cukup untuk bijaksana.

    ReplyDelete