Wednesday 3 August 2016

SAS sudah berusia 104 tahun (kisah kelima - Habis)

DPP SAS adakan dialog nagari beberapa waktu lalu
CABANG-CABANG dan KETUM DPP SAS :

1. Dalam Konperensi SAS III di Sulit Air pada tahun 1973, dilaporkan dibentuknya cabang-cabang SAS baru di Lubuk Pakam (Sumut), Duri (Riau), Tanjung Pinang (Riau), Tanjung Balai Karimun (Riau), Lubuk Jambi (Riau), Padang Panjang (Sumbar), Singapura-Kuala Lumpur, Pusaran (Lampung), Waratai (Lampung), Perdasuka (Lampung), hingga menjadi 41 cabang SAS. Sekarang sudah ada 94 cabang SAS.
2. Yang pernah menjadi Ketua Umum DPP SAS sejak Konperensi SAS I di Ciloto tahun 1970 tsb adalah sebagai berikut:
  1.  Syamsulbahri Nur, 1970 – 1972
  2.  Rozali Usman (Bandung), 1972 – 1975 (dua periode)
  3.  Fakhruddin Panuh (Padang), 1975 – 1977
  4.  Amir Shambazy, November 1977 s/d November 1978
  5.  Rusdy Agus, November 1978 s/d September 1979
  6.  Armon Syam, 1979 s/d 1981
  7.  Rozali Usman, 1981 s/d 1984 
  8.  Nur Aksar, 1984 s/d 1986
  9.  Rainal Rais, 1986 s/d 1997 (5 periode)
  10.  Zulferfin Zubir, 1997 s/d 2010 (6 periode)
  11.  Zarkasyi Nurdin, 2010 s/d 2017 (2 periode)
Berdasarkan daftar tsb, sudah 10 orang semuanya yang pernah menjadi Ketum DPP SAS, Rozali Usman disebut dua kali karena tiga kali menjadi Ketum tapi tahunnya tidak berurutan. Ke- 10 Ketum tsb sudah haji; 5 orang dari persukuan Limo Panjang, 4 orang dari Limo Singkek dari seorang dari Simabur. Yang paling lama jadi Ketum DPP SAS adalah Zulherfin Zubir (13 tahun), menyusul Rainal Rais (12 tahun) dan yang ketiga Zarkasyi Nurdin pada tahun 2017 yad (Insya-Allah). 

Dalam daftar tsb, Rozali Usman juga 6 tahun, tapi dia non aktif sekitar setahun (1974 – 1975), jadi bersihnya 5 tahun. Yang paling singkat adalah Rusdy Agus, tak sampai setahun jadi Ketum DPP SAS. Rekor Zulherfin Zubir dan Rainal Rais sudah sulit dipecahkan, karena dalam AD-ART SAS yang baru ditentukan bahwa Ketum DPP SAS dipilih paling lama hanya untuk dua periode.
3. Ada keraguan bahwa Amir Shambazy dan Rusdy Agus pernah jadi Ketum DPP SAS, hingga foto keduanya tidak nampak digantungkan di Ruang Rapat Gedung DPP SAS, Jakarta. Diakui bahwa keduanya menjadi Ketum DPP SAS, pada saat terjadi krisis kepemimpinan yang parah antara tahun 1974 s/d 1979. Berkaitan dengan itu, dapat saya jelaskan secara kronologis berikut:
a. Tahun 1974, Rozali Usman menyatakan non aktif sebagai Ketum DPP SAS, akibat konflik internal di DPP SAS, sehubungan adanya beda pendapat tentang pembangunan Mesjid Raya Sulit Air yang disponsori oleh DPP SAS. Ini memerlukan uraian panjang-lebar untuk menjelaskan kronologis kejadiannya. Beda pendapat antara pemimpin yang berlanjut pada pertentangan, seperti telah diutarakan, sering berulang kali terjadi dalam sejarah kemasyarakatan Sulit Air. 

Ini noda-noda kelam sejarah yang sangat disesalkan, yang menyebabkan banyak orang trauma untuk ditunjuk menjadi pemimpin SAS. Akibatnya, Musyawarah Keluarga SAS IV tahun 1975 di Sulit Air, berlangsung sepi tidak mencapai quorum. Demi menyelamatkan institusi DPP SAS, Fakhruddin Panuh dari Padang dengan kebesaran jiwa dan tanggungjawab bersedia ditetapkan dalam Mukel SAS- IV sebagai Ketum DPP SAS periode 1975 - 1977;
b. Pada Mukel SAS- V di Sulit Air pada tahun 1977, situasi dan kondisinya pun begitu, malah sama sekali tidak ada seorang tokohpun yang bersedia ditunjuk sebagai Ketum DPP SAS. Dalam sidang Mukel SAS ke- V pada tgl 13 September 1977, dipimpin oleh Musfardi SH dari Pekan Baru dan Drs. Nasrul Kahardari Padang, yang dapat diputuskan hanya membentuk Tim Formatur Pembentukan DPP SAS 1977-1979, terdiri dari: HM Joesoef Ahmad, Mukhlis Listo, NS Dt. P. Kayo, Rizal St Dewanis dan Nabasri. Tim Formatur diberi waktu sampai tgl 14 November 1977 untuk menetapkan DPP SAS yang baru dan untuk menghindari kevakuman, sebelum DPP SAS terbentuk, Tim Formatur melakukan hak dan kewajiban sebagai “care taker” DPP SAS. 

Hanya dengan susah payah, pada masa-masa kritis itu, atas desakan Tim, Amir Shambazy bersedia menjadi Ketum DPP SAS 1977 – 1979 didampingi Rusdy Agus (ketua I), Mustafa Kemal (ketua II), Mayor Drs Djadris Djadibs (ketua III) dan Irsal Yunus (ketua IV), Mukhlis Listo (sekum), Drs. Syahril (sekretaris I), Yose Rizal (sekretaris II), Rizal St Dewanis (bendahara I), Ali Amran (bendahara II) ditambah para anggota dan dewan penasehat.
c. Kegiatan-kegiatan Ketum DPP SAS Amir Shambazy yang dapat saya catat antara lain:
1) DPP SAS membantu korban banjir di Solo;
2) Ketum DPP SAS Amir Shambazy memberikan sambutan pada buku kecil “Peringatan Setengah Abad PSA, 1925 – 1968) tanggal 20 Juli 1978;
3) Tanggal 31 Juli 1978, Ketum DPP SAS Amir Shambazy tampil dalam “Sandiwara Setengah Abad PSA” bersama rekan-rekannya Kaharuddin Saleh Bujang Sati, Jamaluddin Tambam, Yunus Taher dan Hasan Basri Taher, bertempat di Aula Poldam, Jalan Prapatan No 12, Jakarta Pusat;
4) Merestui dan membantu Reuni Senioren-senioren IPPSA dan Pembentukan Keluarga Alumni IPPSA (KA-IPPSA) tgl 8 Oktober 1978 di Hotel “Sahid Jaya” Jakarta. KA-IPPSA ini diketuai oleh Rainal Rais dan Sekjen-nya Yan Alwie.
d. November 1978, Amir Shambazy mengundurkan diri sebagai Ketum DPP SAS dan menyerahkan jabatan tsb kepada Ketua I Rusdy Agus. Dan aktivitas Rusdy Agus yang dapat saya catat sebagai pejabat Ketum DPP SAS, antara lain adalah:
1) Tgl 6 April 1979, dengan mengambil tempat di Jalan Mendawai I/41, Ketum Umum DPP SAS Rusdy Agus, didampingi Ketua I Syamsubahar Maarif, Ketua I A. Karim Saleh dan Sekjen Mukhlis Listo mengadakan kesepakatan bersama dengan Ketua Presidium KA-IPPSA Rainal Rais, didampingi Yan Alwie, Rijal Mandah Ali, Syahruddin Kasim, Bahrul Bahrony, Nazaruddin Nurdin, Ridwan Nurdin, Armon Syam dan Hisbullah J.A. Kesepakatan bersama itu menunjuk KA-IPPSA untuk menunjuk KA-IPPSA sebagai Panitya Penyelenggara Mukel SAS ke- VI pada bulan Agustus 1979 di Sulit Air. Disepati untuk menunjuk Armon Syam (yang juga Ketua SAS Petamburan dan Ketua DPD SAS DKI Jaya) sebagai Ketua Panitya Penyelenggara Mukel SAS ke- VI tsb;
2) Namun dalam surat DPP SAS No. 011/SK.IV/DPP-SAS/79, atas permintaan KA-IPPSA, ditetapkan Ketua Panitya-nya Letkol TNI-AU Ir. Syahruddin Kasim dan Ketua I-nya Mayor Inf. Armon Syam. Di balik atau latar belakang keputusan tsb, rupanya Syahruddin Kasim hendak diorbitkan menjadi Ketum DPP SAS. Namun sayang keluarganya kurang mendukung, hingga akhirnya yang terpilih sebagai Ketum DPP SAS 1979 – 1981 adalah Mayor TNI-AD Armon Syam. Jadi pada saat-saat yang gawat perwira menengah kita, mengambil alih kepemimpinan SAS!
3) Pada Mukel SAS VI bulan Agustus 1979 di Sulit Air, Ketum DPP SAS Rusdy Agus memberikan Laporan Pertanggungjawaban DPP SAS 1977-1979. Dapat saya tambahkan selama periode 1977-1979, DPP SAS juga ada menerbitkan majalah “Suara SAS”.
Photo para ketua umum yang ada di gedung DPP SAS coba didokumentasikan oleh panitia Silaturrahim Akbar korwil V DKI JABAR

4. P E N U T U P
a. Dari alur sejarah, prolog dan lahirnya SAS sebagai organisasi pemersatu bagi segenap warga perantauan Sulit Air sejak tahun 1962 dapat kita lihat betapa besarnya peranan yang telah dimainkan oleh IPPSA. Awal dari kebangkitan tsb adalah Konperensi IPPSA ke- V tahun 1962 di Yogyakarta yang meriah dan sukses. Konperensi tsb melahirkan jargon dan semangat “Sulit Air Jaya”, yang kemudian dijadikan motto majalah “Tunas Muda” dan “Konstitusi SAS 1970” (AD SAS pasal III) yang menyebutkan bahwa tujuan berdirinya SAS adalah untuk mencapai masyarakat Sulit Air dengan cara keluargaan. 

Semangat “Sulit Air Jaya” yang digelorakan oleh Konperensi IPPSA V, menginspirasi Ketua Umum DPP IPPSA Rozali Usman untuk menyatukan segenap warga Sulit Air dalam suatu organisasi tunggal berpusat di Bandung, dengan nama “Persatuan Perantau Sulit Air” (PPSA), namun macet di dalam perjalanan sejarah. Konperensi IPPSA Yogya pula dengan semangat “Sulit Air Jaya”-nya yang mendorong berdirinya JAPSA pada tahun 1963 di Jakarta dan disusul dengan berdirinya belasan perkumpulan di Yogya dan majalah-majalah khas Sulit Air serta terjadinya perpecahan besar dalam kepemimpinan Sulit Air. 

Namun kemudian DPP IPPSA Zulfikar JoesoefAhmad pada tahun 1964 mencetuskan kebulatan tekad IPPSA, berikhtiar mendamaikan kembali pemimpin-pemimpin Sulit Air, yang berujung dengan terbentuknya SAS Jakarta pada tahun 1965 dan lahirnya DPP SAS dan AD-ART SAS pada Konperensi SAS Ciloto tahun 1970, yang dibebani oleh senioren-senioren IPPSA. 

Perpecahan dan merosotnya aktivitas SAS antara tahun 1974 s/d 1979 kita lihat antara lain juga teselamatkan oleh para alumnus IPPSA melalui KA-IPPSA, yang kemudian mengambil alih kepanitiaan Mukel SAS VI tahun 1979 di Sulit Air. Kepemipinan SAS sekarang, baik di Pusat maupun Cabang, pada umumnya adalah mantan aktifist IPPSA. Kiranya angkutan muda Sulit Air sekarang dapat mengambil pelajaran dan kearifan dari sejarah masa lalu ini, agar mereka pun aktif sebagai kader-kader IPPSA untuk pada gilirannya nanti dapat menerima dengan mantap tongkat estafet kepemimpinan Sulit Air masa datang.

b. Untuk mengenang dan memperingati 104 Tahun Lahirnya SAS dan 46 Tahun DPP SAS dan Konstitusi SAS, ada baiknya kita renungkan dan resapkan kembali Proklamasi atau Deklarasi SAS, melalui Mukaddimah SAS, yang dicetuskan di Ciloto Puncak, tanggal 5 Juli 1970, yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut:
Bismillaahir Rahmaanir Rahiim
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa Sulit Air dengan luas daerahnya yang meliputi delapan puluh kilometer persegi; dengan puluhan warganya yang rata-rata memiliki inteligensia yang baik; dengan gunung-gunung, hutan rimba, lembah serta sungainya yang kaya; adalah merupakan karunia yang tidak terhingga besarnya bagi segenap warga Sulit Air.
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa warga Sulit Air itu merupakan suatu keluarga besar bagaikan pohon beringin; akarnya seluk-berseluk, pucuknya hempas-menghempas; seikat bak sirih, serumpun bak serai; sehina dan semalu.
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa warga Sulit Air itu sebagai bagian dari masyarakat Minangkabau, sangat menghormati adat istiadatnya dan kokoh kuat memeluk agama Islam.
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa sebagian besar warga perantauan Sulit Air itu hidup di tanah perantauan pada berbagai lapangan kehidupan, namun tetap mencintai masyarakat dan tanah asalnya, sebagai manifestasi kecintaan terhadap bangsa dan tanah airnya Indonesia.
Kami menginsyafi, bahwa hidup dalam suatu ikatan organisasi adalah cara terbaik bagi segenap warga Sulit Air untuk memupuk dan mengembangkan segala sifat yang baik itu dalam usahanya menuju suatu masyarakat Sulit Air yang jaya.
Maka berdasarkan hal-hal itu, dengan rahmat dan hidayat dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, kami bentuklah suatu organisasi sosial yang kami beri nama - Sulit Air Sepakat (SAS).
Ciloto Puncak, 5 Juli 1970.



  • Catatan kecil :  Bapak Hamdullah bersuku Simabur Bodi adalah sedikit dari sejarahwan & pelaku sejarah organisasi SAS dan IPPSA yang masih hidup. Beliau saksi ketika awal berdiri IPPSA dan peralihan menjadi SAS, bapak ini merupakan salah satu putra dari (Alm) H. Buya Salim Amani adalah ustad yang sering mengisi ceramah pengajan di nagari Sulit Air dulu nya. Di usia yang hampir 74 tahun (1942), karya tulisan beliau masih menghiasi jagad dunia maya. Sebelum nya juga pernah menjadi pemred majalah Tunas Muda IPPSA th 1952 dan mengisi topik berita di Suara SAS sampai saat ini. 
  • Berkat beliau lah sedikit demi sedikit kami coba rangkai lintasan sejarah nagari ini baik diperantauan maupun kejadian dikampung halaman. Pidato Soekarno menjadi rujukan kita - JAS MERAH - jangan sekali kali melupakan sejarah, dimana asal nenek moyang kita mengabdi dan tau jatidiri.
Sumber : Drs. H. Hamdullah Salim 

--- Sekian ---

No comments:

Post a Comment