Rumah gadang Salajang Kudo Balari |
Nagari Abai, kecamatan Sangir Batang Hari tentu masyarakat banyak yang akrab dengan nama tersebut. Dimana lokasi nya termasuk di nagari saribu rumah gadang di kab. Solok selatan. Salah satu nya adanya sebuah rumah Gadang yang terpanjang di Sumatera Barat, selain dari rumah gadang 20 ruang yang ada di nagari Sulit Air. Yakni Rumah gadang 21 ruang - Salajang kudo balari. Dimiliki oleh kaum/suku Malayu Sigintir, salah satu dari sembilan kaum suku Malayu XII Koto. Nageri Abai ini masih bersebelahan dengan Nageri Bidar Alam yang dulu pusat ibukota Indonesia dinamakan PDRI ketika di zaman kemerdekaan.
Rumah Gadang 21 Ruang Abai mulai dibangun pada 1972 dan selesai pada
1975. Pembangunannya berdasarkan kerja sama kaum suku (gotong
royong). Arsitektur (gaya bangunan) gonjong 14 dan satu gonjong terletak
di gerbang masuk rumah adat itu, sehingga ada 15 gonjong.
Dulu, Rumah Gadang 21 Ruang ini beratap ijuk, dan tiang-tiangnya memakai pasak kayu. Dinding dibuat bambu yang sudah disulam erat. Kini, Rumah Gadang tersebut sudah dimodernisasi. Atap ijuk diganti seng dan dinding dari bambu yang disulam dilapisi semen, namun lantai masih dari papan. Rumah Gadang ini berada sekitar 40 km dari ibukota Kabupaten Solok Selatan, di Padang Aro, dan 72 km dari Muara Labuh.
Dengan panjang sekitar 95 meter. Rumah Gadang ini berdiri di atas 15 tonggak utama. Ruang tengah yang memanjang menjadi ruang utama dan ada ruang kamar tidur. Pada saat pembangunan, tidak semua ruang kamar tidur yang selesai. Baru sebagian selesai dibangun dan sebagian lagi belum ada pembatas, karena kekurangan dana.
Selain itu, Rumah Gadang ini memiliki 14 ujung rumah yang runcing, sebagai ciri khas bagi suku Minangkabau. Makna dari 14 menara adalah menyatakan jumlah suku yang ada di Nagari Abai. Bagi Suku Melayu Sigintir, Rumah Gadang tersebut berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan acara adat dan kesenian batombe (seni berbalas pantun) serta pesta perkawinan.
nSalah satu rumah gadang di Solok Selatan (pict. Dian ikhwan Sutan Marajo) |
Dulu, Rumah Gadang 21 Ruang ini beratap ijuk, dan tiang-tiangnya memakai pasak kayu. Dinding dibuat bambu yang sudah disulam erat. Kini, Rumah Gadang tersebut sudah dimodernisasi. Atap ijuk diganti seng dan dinding dari bambu yang disulam dilapisi semen, namun lantai masih dari papan. Rumah Gadang ini berada sekitar 40 km dari ibukota Kabupaten Solok Selatan, di Padang Aro, dan 72 km dari Muara Labuh.
Dengan panjang sekitar 95 meter. Rumah Gadang ini berdiri di atas 15 tonggak utama. Ruang tengah yang memanjang menjadi ruang utama dan ada ruang kamar tidur. Pada saat pembangunan, tidak semua ruang kamar tidur yang selesai. Baru sebagian selesai dibangun dan sebagian lagi belum ada pembatas, karena kekurangan dana.
Selain itu, Rumah Gadang ini memiliki 14 ujung rumah yang runcing, sebagai ciri khas bagi suku Minangkabau. Makna dari 14 menara adalah menyatakan jumlah suku yang ada di Nagari Abai. Bagi Suku Melayu Sigintir, Rumah Gadang tersebut berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan acara adat dan kesenian batombe (seni berbalas pantun) serta pesta perkawinan.
-----------------------------
Sekarang beranjak ke utara dari kota Solok, ternyata juga da satu rumah gadang yang masih dilestarikan bahkan masuk cagar perlindungan budaya alam Minangkabau yang berpusat di Batu sangkar. Yakni rumah gadang 20 ruang terdapat di nagari Sulit Air hanya berjarak 500 meter dari pusat nagari balailamo, setelah melewati jembatan titi bagonjong ambil jalan kekiri jorong Silungkang. Dirumah gadang tersebut masih dipakai untuk keperluan acara adat barundiang, pengajian dll. Bahkan masih ditempati oleh keluarga besar orang Limo Panjang, bagi yang sanak saudara nya yang belum memiliki rumah. Rumah gadang 20 ini bersebelahan dengan rumah gadang Silungkang yang dibangun oleh Oesman Sapta beberapa waktu yang lalu.Rumah gadang 20 ini pertama kali dibangun pada tahun 1820 setahun sebelum Belanda menyerang nagari Sulit Air, namun sempat terbakar habis hingga dibangun ulang kembali pada tahun 1901 dan baru tahun 1907 selesai dibangun. Ada yang sedikit berubah, bangunan ini tidak dibuat seperti asli nya, yang awal dulu beratapkan ijuk dan dinding nya tidak lagi semua berukir karena ketersediaan dana waktu itu tidak mencukupi. Didalam rumah gadang ini dikepalai oleh dua orang datuk yakni Dt. Tamaruhun dibagian pangkal dan Dt. Ompang Limo dibagian ujung nya. Saat ini rumah gadang 20 ruang ini bagian wisata budaya untuk memikat wisatawan, selain itu ada juga wisata alam seperti Batu Galeh, Talago aweh dan bukit merah putih yang tiada dua nya tersebut.
Rumah gadang 20 ruang, dibawahi oleh dua Datuk yakni dibawah payung Dt.Tamaruhun dan Dt.Ompang Limo. |
Rumah Gadang ini masih dihuni, panjang nya lebih kurang 100 meter - berada 28 km dari kota Solok. |
-- Sekian --
No comments:
Post a Comment