Thursday, 1 December 2016

Aksi massa dari Sumbar panaskan Jakarta besok - 212

Massa Aksi Bela Islam III dari Kota Padang, berangkat menuju Jakarta, kemarin (29/11) pagi.
Sebanyak empat unit bus rombongan massa aksi dilepas secara langsung oleh pembina Forum Masyarakat Minang Kabau (FMM), disaksikan Kasat lantas Polresta Padang.

Pantauan Padang Ekspres (Jawa POs Group), di lokasi pelepasan di Masjid Babussalam Jalan Sumatera Ulakkarang Padang itu, sejumlah massa aksi berkumpul di halaman masjid sembari melakukan doa bersama untuk keberangkatan. Masa aksi yang sebagian besar merupakan kalangan muda itu dikoordinatori ketua kelompok. Ada juga yang menjadi ketua bus dan Korlap Padang. Sejumlah masyarakat setempat ikut serta menyaksikan keberangkatan rombongan yang di kawal kepolisian tersebut. “Memang sesuai rencana kemarin kita akan berangkat pada pagi ini, semoga saja selamat hingga sampai ditujuan,” ujar Irfianda Abidin, wakil FMM saat ditemui Padang Ekspres. Diakuinya, selain rombangan ini, sudah banyak warga yang melakukan keberangkatan secara sendiri maupun secara kelompok.

“Memang sudah banyak yang berangkat, dan hari ini ada 153 orang yang diberangkatkan secara resmi. Namun sesuai data yang telah kita himpun sudah ada sekitar 14 ribu rombongan Bela Islam III yang telah mendaftarkan diri, dan sudah ada 5 ribu yang sampai di Jakarta,” ucapnya. Pihaknya menyesalkan adanya intimidasi terhadap para donatur, massa yang akan berangkat dan pemilik angkutan umum yang digunakan untuk keberangkatan. “Ini sangat kita sesalkan, memang ada beberapa donatur yang memundurkan diri karena sebelumnya ada yang menyumbangkan 10 bus maupun yang lainnya. Sampai di Jakarta nanti kami akan melakukan dzikir dan shalat Jumat bersama di Monas dan di Masjid Istiqlal,” ucapnya.

Di samping itu, pihaknya tidak melarang rombongan yang berangkat secara pribadi. Koordinasi akan dilanjutkan sesampainya di Jakarta. “Masa kita sudah banyak yang mendaftar dan berangkat hingga nanti Kamis juga akan ada yang berangkat, ada yang berangkat dengan pesawat dan menggunakan mobil pribadi,” ucapnya. Di samping itu pihaknya mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari kepolisian yang membantu pengawalan rombongan. “Kita berangkat akan dikawal kepolisian hingga sampai di Jakarta nanti,” sebutnya. Harman, 35, warga stempat yang menyaksikan keberangkatan rombongan itu mengatakan ia merasa terharu dengan kondisi tersebut. “Ini sangat menggetarkan semangat, saya mendukung kegiatan itu namun karena kondisi kerja saya tidak bisa ikut,” ucapnya.
Aksi peduli Islam dari sekitar pulau Jawa dengan semangat, berjalan menapak ribuan langkah ke Ibu kota
Kasat Lantas Polresta Padang, Kompol Hamidi mengatakan pihaknya akan melakukan pengawalan hingga batas kota dan akan dikawal kembali kepolisian di setempat, hingga nanti sampai di Jakarta.
“Pengawalan kita secara estafet, kalu dari Padang ini hingga Arosuka, nanti akan di lanjutkan oleh kepolisian Arosuka dan begitu seterusnya, semoga saja tidak ada hambatan,” ucapnya. Diakuinya hal itu dilakukan dalam rangka memberikan kemudahan agar tidak ada hambatan selama dalam perjalanan. “Ini untuk kelancaran lalu lintas, dan kita siap mengawal rombongan,” ujarnya.

Sementara itu, Kabid Humas Polda Sumbar AKBP Syamsi membantah jumlah massa dari Sumbar sebanyak 14 ribu. "Dari data intel sampai keberangkatan kemarin hanya sekitar 300 orang atau lima bus. Kita juga  sudah melakukan pendataan pada pemilik bus maskapai penerbangan. Jadi sebanyak 5 ribu massa dari Sumbar yang sudah berada di Jakarta itu tidak benar," sebutnya.

Menurutnya, beredarnya informasi bahwa massa dari Sumbar 14 ribu tersebut dapat membuat situasi memanas.Untuk itu kita meminta data yang valid kepada pihak terkait supaya bisa memberikan data itu. "Intel-intel sudah turun di seluruh wilayah untuk melakukan pendataan. Tidak benar 5 ribu orang yang sudah ada di Jakarta itu," tegasnya. 

Sumber: JPNN
--- Sekian ---

Saturday, 22 October 2016

Datuk Kebesaran Adat di Nagari Sulit Air

Tidak banyak yang tahu nagari Sulit Air salah satu, nagari yang menghargai para pribadi yang berjasa, bersahaja dan mampu mengenalkan Sulit Air ke luar sana. Ada empat orang figur saat ini yang telah diberi datuk kebesaran, menghargai jasa-jasa beliau. Kebesaran nama nya, dimasa nya sanggup mengalahkan pesona nagari Sulit Air diwaktu itu. 

Di nagari Sulit Air mungkin boleh jadi, asumsi penulis pribadi - dalam menghargai "sosok seseorang" mencontoh kerajaan Inggris raya, memberi gelar "Sir" kepada orang yang mengharumkan kerajaan. Namun nagari yang identik dengan gunung merah-putih ini tidak pula latah mencontoh kepada university-university ternama memberi gelar "Honoris Causa" kepada setiap pemimpin dunia, yang mampu menjembatani ilmu pengetahuan dan kemakmuran. Semua gelar tersebut adalah bagian rasa penghargaan dan kebersamaan untuk menjadi kenangan dan tauladan pada saatnya nya nanti. Berikut diantara nya yang mendapatkan gelar kebesaran di Sulit Air : 
  • Pertama kali gelar kebesaran diberikan kepada bapak Mahjudin bergelar Dt. Maharajo nan Sati atau orang Minang dulu menyebut beliau Datuk Bangkik. Disaat beliau hidup lah pada tahun1900an, percetakan dan majalah surat kabar itu hidup dan berkibar menyaingi propaganda kaum penjajah, surat kabar beliau yang terkenal Oetoesan Melajoe rujukan bacaan masyarakat waktu itu. Tidak itu saja, sikap  beliau sangat menjunjung tinggi nilai-nilai adat juga dengan tulisan nya mampu memerahkan telinga ustad-ustad kaum paderi, memberikan argumen tentang perlu nya nilai-nilai adat Minang juga dijaga dan dilestarikan. Bahkan dengan gagah berani nya pernah kirim surat kabar "oetosan melajoe" ke tanah arab waktu itu kaum Wahabbi berkuasa. Nama nya saat itu sudah sangat terkenal baik oleh lawan maupun kawan.
  • Gelar kedua diberikan kepada putra Sulit Air yakni bapak Djamin gubernur ke-2 Jawa Barat sebagi Djamin Dt. Sutan Maharja nan Besar pada awal kemerdekaan th 1946. Tidak banyak cerita yang bisa didapatkan dari beliau, yang jelas bapak Djamin saat itu termasuk tokoh pejuang tingkat nasional, dan dalam momnet tersebut beliau pimpin provinsi Jawa Barat dari kota Tasikmalaya sebagi ibukota provinsi. Di wikipedia nama gelar datuk sudah ada ditulis mengikuti nama beliau, dugaan penulis gelar nya diberikan sebelum menjadi Gubernur Jawa Barat.
  • Gelar ke tiga ditimpakan kepada H.Rainal Rais Dt. Rajo Sati nan Mulie yang menjadi ketua DPP SAS enam periode pada tahun 1994. Selain SAS kiprah beliau juga aktif di HIPPMI, PGI, Persetasi (Takraw), KBRG (Keluarga Besar Rumah Gadang), S3 ( Solok Saiyo Sakato) dll. Peran beliau memimpin SAS banyak dipuji masyarakat Sumatera Barat waktu itu, yang bisa menjadi percontohan untuk membangun nagari. Supel dan energik nya datuk ini tidak saja disokong oleh kawan2 namun oleh wartawan, dengan media cetak beliau sangat open sekali berinterkasi. Itu sebabnya dalam setiap kegiatan, setiap ada momen ada saja liputan tentang Sulit Air Sepakat dan membuat kenagarian Sulit Air dikenal khalayak.
  • Gelar ke empat di alamatkan kepada H. Oesman Sapta Odang atau disebut OSO sebagai Dt. Bandaharo Sutan nan Kayo. Kiprah beliau dikancah nasional saat ini sedang bersinar. Mewakili DPD, saat ini menjadi wakil ketua MPR untuk periode 2014-2019. Pengusaha yang sudah multi nasional ini, diangkat jadi Datuk pada bulan april tahun 2003 silam, yang sebelum nya beliau mengungkapkan bahwa kakek nya adalah keturunan Sulit Air yang merantau ke Kalimantan.

Sebenar nya jauh sebelum itu pada masa selepas perang paderi, ada juga seorang dubalang /keluarga besar  dari keraajaan Pagaruyung atau masih kerabat dekat kerajaan, diberi gelar sebagai Dt. Pemuncak Perkasa Alamsyah. Namun hikayat yang didapat masih kurang kuat dan perlu ditelusuri lebih jauh lagi. Sekali lagi gelar kebesaran ini tidak mengikat kepada anak kemenakan namun adalah sebuah penghargaan oleh adat kepada putera-putera nagari yang memberi andil besar terhadap kampung halaman.

--- Sekian ---

Tuesday, 18 October 2016

PRRI di Nagari Suliek Ayie ( 1 )

Kini waktunya untuk mencatat
Kejadian penting yang pernah dilihat
Peristiwa lama yang masih teringat
Ketika Sulit Air diserang tentara Pusat

St. Makmur anak engku Manan
Pada akhir tahun 58
Pelajar kelas 5 SR Teladan
Duduk di bangku paling depan

St. Makmur, suku Limo Panjang
Awal 61 pindah ke Palembang
Setelah nagari dilanda perang
Kini berprofesi sebagai pedagang

Berbagi pengalaman pahit dan getir
Saat musibah menimpa Sulit Air
Setiap waktu selalu kuatir
Rasanya hidup segera berakhir

Kejadian penting sangat membekas
Ketika Makmur belajar di kelas
Mendengar deru yang sangat keras
Dari pesawat yang sedang melintas

Sering bahaya muncul sekejap
Sekolah membuat suatu protap
Semua murid harus tiarap
Di tepi dinding, di bawah atap

Pukul 9 di pagi hari
Waktu kampung sedang sepi
Penduduk ke sawah pergi bertani
Tiba-tiba muncul pesawat AURI

Barkali kali pesawat keliling
Terkadang posisinya terbang miring
Sambil menembakkan peluru runcing
Orangpun berlarian pontang-panting

Etika perang yang biasa berlaku
Baik sekarang ataupun dahulu
Harus jelas tembakan yang dituju
Besar resikonya kalau keliru

S.R Teladan 10 lokal
Objek tembakan asal-asal
Kalau dipikir sangat janggal
Atau pilotnya tidak profesional

Peluru merusak dinding sekolah
Tak ada murid yang luka berdarah
Mereka mengucap syukur alhamdulillah
Telah terhindar dari musibah

Karena Allah punya kekuasaan
Chaidir Kurning dilindungi Tuhan
Rumahnya rusak kena tembakan
Atapnya bolong sebesar jari tangan
  
- Intermezo -


Dikarang oleh : H. si Am Dt. Soda
(Puisi dari: Hj. Nurhayati Amir, Medan 2015)

( Bersambung)

Sunday, 16 October 2016

Masjid Agung Madani - Masjid terbaik di Indonesia tahun 2015

Sesuai keputusan Dewan Penilai Masjid Agung Percontohan Nomor 01/DPM.MA/XI/2015, terkait penetapan Masjid Agung Percontohan Tingkat Nasional Tahun 2015, yang diketuai Prof. Dr. H. Ahmad Satori, Masjid Agung Madani Rohul - Riau, meraih terbaik dari kategori Masjid Agung Percontohan Paripurna di Indonesia dengan nilai 90,28. Sementara, pada posisi kedua ditempati Masjid Baiturrahman Provinsi Jawa Timur dengan nilai 88,77, dan posisi ketiga ditempati Masjid Dr. Wahidin 8 di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sedangkan di kategori Masjid Agung Percontohan Idarah atau Administrasi, juara pertama, Masjid Sindenreng Rappang Sulawesi Selatan, disusul Masjid Nurul Falah Sulawesi Barat, dan Masjid Baitul Hikmah Kalimantan Timur.
Kategori Masjid Agung Percontohan Imarah atau Kemakmuran, Masjid Baitussalam DKI Jakarta menempati posisi pertama, disusul Masjid Al-Mukarram Amanah Kalimantan Tengah, dan Masjid Nurul Huda di Provinsi Bali.
Sementara, di kategori Masjid Agung Percontohan Riayah atau Pemeliharaan dan Kebersihan, Masjid Agung Sibolga di Provinsi Sumatera Utara, jadi yang terbaik, disusul Masjid Agung Brebes Jawa Tengah, dan Masjid An-Nur Sulawesi Tengah.

“Ini sebagai bukti keseriusan Pemkab Rohul dan Bupati Achmad, dalam memakmurkan masjid di Negeri Seribu Suluk dengan beragam program keagamaan di Masjid Agung selama ini,” terang Drs. H. Ahmad Supardi Hasibuan sebagai kepala kantor kementrian Agama kabupaten Rohul - Provinsi Riau.
Supardi juga mengakui, bahwa prestasi yang sudah diraih oleh Masjid Agung Madani Rohul sebagai Masjid Agung Percontohan Paripurna, sudah meliputi penilaian kategori Idarah, Imarah, dan Riayah.
“Bila Idarah dari sisi Administrasi Masjid, Imarah soal Kemakmuran, dan Riayah Pemeliharaan dan Kebersihan. Jadi tiga penilaian ini sudah dipegang oleh Masjid Agung Madani Rohul,” sebutnya.
Ahmad Supardi menambahkan, dengan ditetapkannya sebagai Masjid Agung terbaik Nasional di Indonesia, Masjid Agung Madani menerima hadiah berupa vacuum cleaner seharga Rp20 juta dari Kemenag RI.“Bukan hadiahnya yang menjadi patokan, namun marwah Masjid Agung Madani Islamic Center Rohul juga sudah diakui di tingkat nasional,” sebut Ahmad Supardi, diungkap kepada media.

Saat ini masjid Madani hampir tiap hari siang dan malam dikunjungi oleh para wisatawan rohani yang mampir bukan sekedar sholat namun juga menikmati keindahan dan megah nya Rumah Allah ini. Boleh jadi sebagai menjadi ikon wisata provinsi Riau terbaru yang letak nya berada ditengah pulau Sumatera, atau  dua jam dari ibu kota Pekanbaru. Dengan melihat kubah nya akan terasa hilang terik panas dan jauh nya perjalan yang dilalui. Saat nya atur perjalanan anda...

Monday, 26 September 2016

Pilih Saja Ahok

Sesekali kita bicara politik yuk, kelas nya DKI konon selevel menteri itu para gubernur nya lho. Pilkada ibukota negara poros pemerintahan & politik Indonesia dalam hitungan bulan akan segera dilakukan, tepat nya hari rabu tanggal 15 february 2107 akan dipilih gubernur DKI yang baru. Apakah benar benar membuat perubahan besar jika terpilih seorang Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok alias Zhong Wanxue ini? Itu tergantung dari keinginan mayoritas warga Jakarta. Beberapa analisis dengan dicalonkannya  Ahok di disokong oleh tiga partai sudah menjanjikan peluang besar baginya, apalagi ketika ditambah  partai Banteng dengan perolehan 28 kursi sehingga total 52 kursi atau 48 persen sudah mendulang suara di parlemen Kebun sirih.

Itu khusus kita berbicara tentang peluang Ahok, bagaimana luar biasa massif nya dukungan fulus para Aseng untuk membantu keturunan China Bangka ini. Boleh dibilang menggunakan rumus alfa (tak terhingga) semata memuluskan langkah Ahok, gerakan nya luar biasa. Ingat proyek satu juta KTP, yang tidak pernah kesampaian dan hanya sekedar menggertak 10 partai penguasa parlemen? yang pasti ada 30 milyar rupiah dana siluman digelontorkan Agung Podomoro cs, namun tak pernah disidik oleh KPK, bahkan sudah lebih cukup dari dua alat bukti untuk menjerat nya. Itulah gunanya dekat dengan penguasa bahkan menyembah mengalah kepada Jokowi, yang masing masing punya data rahasia jikalau diungkap dua-dua nya bisa segera di inapkan hotel prodeo Salemba.

Beralih kepada dua saingan dari pertahana, yang diakhir-akhir penetapan mengeluarkan jagoan yang mengejutkan kalau tidak dibilang tidak punya potensi. Kemana lari nya Datuk Maharajo Palindung si legenda Hukum Prof Yusril Mahendra? dimana pula posisi tawar si Rajawali Kepret Prof Rizal Ramli yang digaungkan orang minang perantauan, layu sebelum berkembang ? Pilkada DKI saat ini agak unik juga ironis, yang hadir justru bukan para kader politik mereka masing-masing. Peraih suara terbesar DKI yakni PDIP wong cilik ternyata kalah oleh mulut manis koh Ahok. Demokrat seolah boleh jadi membangun dinasti kerajaan partai, setelah sang bapak Ketum, si anak bungsu pernah menjadi sekjend partai bintang mercy. Sekarang si anak sulung pulak yang  sedang di negeri Kangguru, dirayu untuk tanah Betawi satu. Kepala Garuda Gerindra pun menyerah dengan hanya cukup menjadi wakil gubernur, setelah itu kang Anis Matta eh salah maksud nya kang Anis Baswedan yang bukan siapa-siapa nya partai dakwah PKS rela saja "Ra'is" diambil alih. Padahal menilik sejarah dua x pilkada yang lampau, kader partai adalah harga mati untuk menduduki kursi gubernur.
Khusus kita ummat Muslim, kepada siapa jatuh pilihan mu ? Ingat Ummat Muslim ya, bukan yang ktp nya Islam tapi hati nya munafik lho. Sekali lagi Ummat muslim, bukan sekedar Islam? he he, tentu peluang hanya pilihan tersisa dua saja yakni, mas Agus Yudhoyono dan akhi Anies Baswedan, mari kesampingkan masa lalu nya yang belum teruji menguatkan nila-nilai Islam. Jika selama ini Anis diuji berita dengan kerabatnya banyak yang aliran Syiah, kalau memang perlu dibuktikan nyata - tentunya partai PKS sudah uji nyali dengan telisik pribadi yang katanya, belum terlalu parah dan masih bisa didakwahi. Liberal nya masih ada, tapi kadarnya masih ringan, namun jiwa nasionalisme beliau masih kuat. Bagaimana pula dengan mas Agus ? yang hidup nya di militer, tentu yang dipegang hanya senjata selain strategi perang, jikalau sudah jadi Rais atau pemimpin sebenar nya, InsyaAllah semoga dikawal selalu oleh para ustad-ustad cinta akherat.

Lhaa kalau bicara, Ahok? Apakah ada ustad yang mampu dakwahi mulut embernya? Tengok ormas FPI, komunitas pengajian anti kemaksiatan saja berani terang-terangan dilawan. Forum Betawi yang punya tanah betawi pun dengan jantan berani dia stop dana kebudayaan - sosialisasi seni betawi. So! sekarang kite-kite pula yang mau nasehati Ahok, Ssthh...Tuhan pun kabar nya pernah disalahkan. Apakah sejak dia jadi Gubernur Jakarta bersih? yang ngomong gitu, tolong deh refrehsing keliling Jakarta dulu tiap sabtu minggu yak. Apa Ahok non muslim orang paling bersih, non muslim yang tidak pernah korupsi, tidak pernah makan uang negara ? kudu inget dulu deh seperti sipenipu Edy Tanzil, Samadikun Hartono, Hendra Raharja, Anggoro Wijoyo, Dewi Tantular, Anton Tantular mereka ini jika ditotal mereka ini terbukti secara sah dan meyakinkan (gaya hakim dikit) mengambil dengan nyata uang negara 10,7 trilyun rupiah bro! Nasionalisme mereka pun tergadaikan, ke negeri Singa. Itu sebab nya kenapa Singapura kelimpungan, jika harta para pengusaha keturunan mulai ditarik dengan proyek Tax Amnesty. Bandingkan dengan kisah bupati bangkalan Fuad Amin korupsi senilai 414 milyar rupiah, tapi kembali dapat disita negara 250 milyar. Lha para aseng-aseng tersebut berapa trilyun yang sudah disita negara? yang ada negara nombok atau pinjaman hutang nya dihapuskan. Ondeeh maakh....

Ini sengaja pencerahan kepada umat Muslim atau masyarakat minang khusus nya terlebih warga yang ber KTP DKI, jangan terpesona dengan kerja nya gubernur sekarang. Apakah Anis atau Agus tidak bisa lakukan semua itu? mari berfikir secara jernih kawan-kawan yang masih jadikan Al-Quran pegangan, bukan malah percaya kepada si pemegang Al-Kitab yang isi kita tak mengetahui secuil pun. Ingat ini zaman digital, zaman meme memean, para buzzer mereka sudah jauh lebih hebat dan lebih ganas dari yang anda kira. Satu yang pasti diantara tiga pilihan, yang dua adalah ada nilai Islam - hati anda pasti akan diadu domba. Selanjutnya pilihan anda tinggal satu, setelah sama sama makan Ayam sudah tidak dipercayai, silahkan pilih si pemakan Babi. Tapi Hati nurani juga hidayah semoga senantiasa meliputi diri kita masing-masing. Yang sudah terlanjur cinta Ahok, bukan nya tidak melarang namun "behind disign" sudah tidak bisa ditolerir lagi. bangsa Indonesia umat muslim terbanyak namun hanya seperti buih dilautan tidak ada yang menentukan. Apakah anda tidak merasakan!?

--- Sekian ---

Monday, 29 August 2016

Semen Padang Yang Jago Kandang

Diantara 18 tim ISC yang yang bertanding untuk musim 2016-2017 ini, SemenPadang FC boleh berbangga diri menjadi satu-satu nya tim yang belum terkalahkan di stadion H.Agus Salim - kota Padang. Siasat tripoin yang diraih tidaklah lepas dari strategi dan motivasi berlipat dari punggawa Hengki Ardiles dkk. Kemampuan dalam mendrible bola, mengkonversi menjadi gol dari para striker Semen Padang di basecamp nya sendiri patut di acungi jempol. Bahkan Marcel Sacramento striker asal Brazil sementara menjadi topskorer urutan 2 dengan 11 gol, 10 diantaranya terjadi di stadion H.Agus Salim. 

Dengan kemampuan ini, dilihat secara peringkat klasemen yang telah berjalan setengah kompetisi menempati peringkat 6 tidaklah mengecewakan. Karena terbatas nya kemampuan fiskal dari sponsor serta belum padunya tim dilapangan, berbekal semangat juanglah akhirnya kemenangan dikandang bisa diraih dengan sempurna. Melihat 5 tim yang ada diatas peringkat Semen Padang saat ini, nyaris semua tim bisa dikalahkan kecuali tim Arema karena waktu itu Semen Padang bermain di Kanjuruhan - Malang. Boleh lihat ganas nya tim Urang Awak ini ketika tim bertabur bintang  Persib yang habis menghajar Peripura 2-0 di Papua sana, seminggu kemudian Persib menanggung malu dicukur 4-0 oleh Semen Padang. Tak pelak lagi, orang orang menjuluki sebagai tim yang jago kandang terlepas dari makna negatif nya yang pasti setiap tim yang bertandang ke Agus Salim benar-benar extra waspada.
Spanduk ini sempat menutupi tribun, namun terpaksa dicopot kembali oleh aparat demi tercipta nya suasana kondusif
Jikalau berkaca kepada hasil keseluruhan tidak pernah menang dikandang lawan, seperti nya perlu evaluasi mental dari semangat juang Semen Padang ini. Bagaimana jeblok nya cara bertahan serta tidak memiliki hasrat untuk menang, ditambah dengan formasi tim saat main tandang sudah menelan 6 kekalahan dan hanya 3 hasil imbang yang diraih. Begitupun dari pelatih Uda Nil yang banyak mengucap rasa syukur kalau tim nya cukup meraih hasil kaca mata. Seandainya sedikit mengubah format kandang yang baku dipakai 4-4-2 ada kalanya meniru metode main pelatih kawakan Suhatman Imam yang menggunakan 4-5-1 menumpuk gelandang ditengah, setidak nya tidak menelan banyak kekalahan. 

Menatap paroh kompetisi kedua, boleh jadi berharap banyak ada perubahan dalam memperbaiki kekuatan antar lini. Mengganti pemain asing juga bisa salah satu solusi, dipulangkannya nya Mekan Nasyirov tidaklah mengurangi daya gedor Semen Padang. Namun sedikit disayangkan Edwar Wilson Junior striker yang terbukti memberi prestasi nyata, telah di ambil oleh tim Persipura bermain di putaran kedua nanti. Menambah pemain asing boleh saja, tapi melejitkan kemampuan potensi tim U-21 tidak boleh diabaikan banyak dari mereka tidak terpakai justru dari tim luar yang berhasrat.

Tidak apa-apalah disebut jago kandang, akan tetapi ketika tim yang berdiri 30 november 1980 ini bisa menkonversi kemenangan demi kemenangan di markas tim lawan bukan tidak mungkin peringkat pertama bisa digengggam diakhir musim nanti. Berharap pula kekompakan dari tiga supoter Kabau Sirah yakni Spartacks, Kmers dan UWS (Ultras West Sumatra) bersaing positif dalam memberi semangat yang tiada lelah kedepan nya. Sedapat mungkin tiga pendukung ini berbaur berdampingan, jangan sampai merusak nama orang Minang bahkan menganggu jam pertandingan, serta menghindari kata-kata berbau rasis juga dihentikan. InsyaAllah dengan keyakinan dan dukungan yang luar biasa, dari para supoter dimanapun seluruh Nusantara, kemenangan 3 poin adalah hasil terbaik yang diharapkan.
Pertandingan pertama putaran ke-dua yang akan dilansungklan nanti

--- Sekian ---

Thursday, 18 August 2016

Kuliner Minang khas Sulit Air

Semua masakan minang, kita setuju rata-rata dicicipi enak dilidah & menggiurkan dipandang. Itu semua adalah kuasa tangan-tangan terampil para bundo kandung serta ninik mamak dulu nya. Sampai saat ini, hidangan masakan minang menjadi satu keharusan kalau tidak dibilang menu pokok yang digilai masyarakat nusantara dari Aceh sampai Papua. Penolakan yang sedikit tidak disukai orang-orang, mungkin hanya rasa pedas nya yang kadang membuat mata, wajah serta kuping kemerahan. Namun saat ini, masakan padang sudah menyesuaikan diri, dimana tempat nya berada ibarat pepatah minang "Dimana langit dijunjung disitu bumi dipijak".

Setiap daerah pasti ada unik sendiri, yang mana menu hidangan dan buah tangan manisan yang tidak dimiliki atau jarang dimasak oleh nagari-nagari lain nya berbeda dengan nagari tetangga. Begitu pula nagari Sulit Air, mungkin identitas sebagai kampung perantau terbesar SAS & sebagian sudah tentu orang lumrah mengetahui disini terletak gunung "pusaka" merah putih tiada dua nya di dunia. Namun untuk masakan yang memanjakan lidah ada beberapa yang sudah familiar dicoba, namun ada beberapa yang justru hanya orang Sulit Air cuma bisa menyajikan nya dimeja makan. Di ranah rantau terbesar masyarakat Sulit Air, seperti di Pekanbaru atau di Jakarta ada satu dua yang menyajikan lansung hidangan khas Sulit Air. 

Berikut masakan tarasa dilidah yang sering dibikin oleh emak-emak dari nagari ini :

  • Sate Sulit Air. Dibeberapa daerah di Sumatera, hidangan Sate khas Sulit Air sudah banyak yang menjual nya. Sedikit khas warna sate nya berbeda dari masakan kuah orang Pariaman bikin yang warna agak kecoklatan, kalau sate Sulit Air hampir mirip dngan sate Padang Panjang yang terkenal itu. Rempah rempah mungkin hampir sama dengan kebanyakan orang minang lain nya, namun cukup rasa kunyit kuning lebih cerah dipandang. Cukup Banyak yang jual sate khusus di nagari Sulit Air, seperti sate Gando, Sate Guguk Rayo, Sate Koto Tuo, Sate Titi, Sate Balai ( hanya tersedia dihari jumat) dan banyak tempat lain nya.
  • Gulai Ayam Panyikek. Maknyussh, ini adalah menu yang sering kali didapat jika ada acara-acara baralek di di kampung halaman. Jika ingin prakteknya, resepnya tidak sulit - lansung seperti biasa memasak gulai ayam yang dibaur dengan daun singkong (pucuk ubi) dan rasa pedas yang kuat sudah cukup membuat lidah yang mencoba bergetar. Ingat, akan lebih nikmat jika ayam yang disajikan adalah ayam kampung, akan berkurang rasanya jika yang dipotong ayam ras kota. Santan kelapa yang dipilih juga harus berminyak (tua), rempah pemasak tentu buatan Sulit Air juga, pernah dicoba dengan rempah buatan luar rasanya kurang menggigit dilidah.
  • Gulai Bantai-Kemumu. Menyebut nama nya saja, sedikit mengerikan padahal hanya paduan daging sapi dan kemumu. Tapi percayalah, jika sudah sampai di lidah, hidangan gulai ini mampu menutupi rasa lapar dunsanak seharian. Asli, bukan lebay lho...Nama "bantai" ini mungkin adalah kebiasaan dikampung, dimana para pembeli jika melewati jembatan sudah lebih dulu melihat pemotongan daging sapi di bawah arah ke mudiknya. Dari jawi potong tersebut akan lebih nikmat diambil untuk dimasak hanya tulang campur daging ditambah daging lanmur nya. Untuk mengurangi kolesterol, santan nya cukup sedikit dituangkan. Sesudah itu rempah dan rebusan daging disangai cukup 10 menit agar rasa harum nya keluar. Di penghujung masakan ini, baru dimasukan batang kemumu yang nanti memecah rasa  daging tidak terlalu kuat. Rumah makan Padang Sederhana memiliki menu favorit nya gulai gajeboh, Tunjang dan kaleo, orang Sulit Air cukup diwakili oleh gulai ini saja.
  • Gulai Ayam Itam Galundi. Sssth... jangan terpengaruh oleh warna nya dulu ya, rasakan dulu di lidah. Untuk satu ini, rasanya ini merupakan menu hidangan favorit (USA) Urang Sulit Air Asli. Jangan bilang pernah menjadi keturunan Sulit Air, jikalau belum sempat mencicipi rempah khas galundi ini. Masak kalah sama dengan bapak Din yamsudin (mantan PP Muhammaiyah), Mahfud Md (mantan Ketua MK), Ustad Abdullah Zukri (pimpinan Gontor), Gamawan Fauzi (mantan mendagri) beliau semua pernah merasakan semua nya. Ada satu rempah yang tidak dimiliki nagari lain nya, yakni bubuk galundi. Jika ingin mendapatkan nya tentu pesan kekampung halaman, namun untuk yang tinggal di kota Jakarta datang saja ke masjid Sunda kelapa daerah Menteng, disana tersedia dijual per onz/satu kali masak. Untuk cara masaknya nya, lebih baik tanya langsung ke emak-emak nya yak...
  • Sambal Lado Putik Macang. Kalau ada yang kurang  menyukai menu kuah gulai, coba dulu sambal lado ini. Level nya menurut survey 40 tahun yang lalu, rasanya sedikit diatas sambal lado pete dan sambal lado jengkol bin jengki. Dengan rasanya sedikit kecut dilumuri dengan minyak kelapa (tanak awak) buatan rumah, rumah makan manapun tak kan bisa menyamai nya. Mendapatkan buah putik macang ini bukan perkara gampang, tunggu dulu musim bersemi  dan jatuh ketanah baru bisa didapat. Semua buah dan daun jika diracik, pasti sesuai dngan lidah, apalagi tinggal makan nya saja. Betuulll...
Sebenarnya banyak lagi masakan favorit yang sangat disukai dan langka dari nagari ini, namun cukup ini saja dahulu ditampilkan. Andai ini saja yang disajikan sebagai menu  mingguan, makan nya serasa dikampung kito apalagi di iringi dengan kerupuk jangek (kulit) dan dimakan saat hangat hangat nya. yang masih penasaran, monggo dipraktekan dirumah dulu ya.... 

--- sekian ---

Thursday, 4 August 2016

Korwil SAS V - DKI - JABAR & Banten adakan Silaturrahim Akbar

Tidak kurang 10 hari kedepan warga SAS Jobodetabek meliputi 18 cabang SAS yang ada di Korwil V akan menyeleggarakan halal bi halal berlokasi di komplek Pertamina - Simprug Jakarta Selatan. Lokasi ini sudah menjadi langganan acara SAS korwil V sebelum nya. Walau agak terlambat, makna yang dikandung dalam ikatan silaturrahim dapat terjaga selalu. Persiapan dari silaturrahim akbar sudah disiapkan jauh-jauh hari, saat ini ketua panitia dipimpin oleh srikandi IPPSA yang aktif tahun 80an yakni ibu Hj Rosi Yulita Rusli. Keberadaan beliau tidak sendiri, banyak kawan-kawan aktivis yang mau totalitas memberikan sesuatu yang terbaik untuk satu kesatuan organisasi ini. Apalagi hidup ditanah perantauan, semua keterbatasn saling melengkapi dengan kemampuan masing masing individu yang mau kerja bhakti.

Melihat manual acara,  mungkin sama seperti tahun tahun sebelum nya namun ada beberapa konsep yang diusung lebih menarik. Dikarenakan persiapan jauh hari kenyamanan dan rasa kebersamaan lebih didahulukan, efektifitas acara juga dimaksimalkan. Diantaranya yang sedikit berbeda, dengan membawa tema silaturrahim pesan-pesan tausyiah disampaikan pula lebih jelas. Dimana diberikan waktu khusus untuk ustad H. Ed Fauzan dari SAS Pekanbaru menyampaikan makna  kebersamaan itu sendiri. Uni Lid biasa ketua penitia dipanggil, dengan idenya juga memberikan wahana latar panggung lebih Islami enak dipandang, bahkan kalau memungkin kan juga dipasang dua tivi layar besar untuk bisa disaksikan bersama. Pentas itu nanti nya akan dikerjakan oleh para santriwan Gontor, sebagaimana tampilan indah pernah di perlihatkan di lapangan Koto tuo Sulit Air beberapa waktu yang lalu.
Nah peran muda mudi anak nagari juga tidak ketinggalan, dengan tampilan aktraksi dari cabang cabang IPPSA akan mengisi acara ini ditambah dengan undangan artis minang yang sedang naik daun atau sudah malang melintang saat ini. Kita sebut saja uda Lepay cs, uni Yen Rustam urang Kubang Duo, atau uda Carlose Romie yang sudah lounching album Suliek Aie serta yang lain nya. Tokoh tokoh SAS dari Bandung, Lampung, Palembang, Pekanbaru dan Jogyakarta, Padang serta Sulit Air dll juga tak luput ikut diundang.

Ketika keberadaan dan keramaian dari warga SAS yang akan hadir itu perlu dijaga, panitia dengan segala kemampuan juga akan berusaha untuk memberikan tenaga baru yakni santapan siang makan gulai jawi basamo. Ini menjawab ke khawatiran dari para tamu undangan, yakni setiap yang datang dimuliakan sebaik mungkin karena khusus alek silaturrahim kali ini akan tersedia 2500 nasi & gulai ompuok. Namun sebelum itu diharapkan setiap warga hendak nya untuk mendapatkan tersebut harus menerima kupon dahulu yang telah dibagikan panitia di pintu masuk nanti. Acara sudah dimulai pada pagi hari, siapa yang lebih awal datang mungkin masih tersedia kupon makan siang maka dari itu yang datang lebih duluan lebih baik. Itu info terbaru yang diterima dari ketua panitia, selain dapat hiburan dan bertemu dunsanak juga mendapatkan makan siang basamo diacara kita bersama.

Beralih ke wahana panggung silaturrahim, ketua panitia yang saat ini menjadi bagian pengelola (tour leader) yayasan Haji Arminareka  akan menjadi kata sambutan pertama nanti nya. Seterusnya DPP SAS tampil ketua umum bapak Zakarsyih Nurdin juga memberikan pesan dan kesan terhadap kemajuan organisasi SAS kedepan. Dimana tahun 2017 adalah akhir masa masa beliau memimpin yang sudah dua periode. Estafet kepemimpinan ketua umum DPP SAS akan berganti atau tetap tergantung suara dari 94 cabang SAS yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia. Selain itu bapak H. Syamsurizal sebagai ketua Korwil V DKI, Jabar & Banten juga memberikan arah dan petunjuk keberadaan cabang SAS di Jabodetabek ini. 

Tak lupa kehadiran ibu wali nagari Hj. Alex Suryani akan menyuarakan kesatuan dan kebersamaan serta info-info kemajuan dan kekurangan nagari Sulit Air saat ini. Makna pertemuan dan silaturrahim ini semoga bisa menjawab keberadaan dari organisasi SAS ini sesungguhanya, dimana tabiat urang Sulit Air ini sangat suko barami-rami bakumpuo basamo digalanggang yang penting basuo dan menghasilkan kebaikan terhadap pribadi dan kampung halaman. Semoga 46 tahun kehadiran SAS membawa aura persatuan untuk nagari baik dirantau atau diranah Minang.

Acara akan dilaksanakan pada tanggal 14 agustus dimulai tepat jam 09.00 pagi, jika ingin santapan minang tidak usah risau di sekeliling arena nanti akan tersedia kuliner-kuliner ala kampung halaman tersedia lengkap seperti sate titi, gulai itam galundi dll. Silaturrahim akbar nanti setelah acara resmi selesai juga akan disuguhi permainan KIM gratis, yang hadiah nya diberikan sponsor-sponsor dermawan yang tak mau disebut nama nya. Selain door prize kipas angin, televisi, rice cooker, kulkas, mesin cuci, televisi, sepeda,  juga ada hadiah utama yakni satu unit sepeda motor akan dibawa pulang sore itu juga.

Begitu banyak acara yang disuguhkan dari pagi sampai sore adalah buah karya kebersamaan dan sumbangsih nyata dalam bentuk benda, materi , tenaga dan fikiran. Acara ini dari kita untuk kita semua, semoga dengan ada nya silaturrahim ini akan menambah keterikatan insan sa-nagari, saling memberi kontribusi jangan sampai minus partisipasi, setidak nya unjuk diri dalam arena nanti adalah wujud peduli bagian dari nagari ini. Wassalam.

--- Sekian ---

Wednesday, 3 August 2016

SAS sudah berusia 104 tahun (kisah kelima - Habis)

DPP SAS adakan dialog nagari beberapa waktu lalu
CABANG-CABANG dan KETUM DPP SAS :

1. Dalam Konperensi SAS III di Sulit Air pada tahun 1973, dilaporkan dibentuknya cabang-cabang SAS baru di Lubuk Pakam (Sumut), Duri (Riau), Tanjung Pinang (Riau), Tanjung Balai Karimun (Riau), Lubuk Jambi (Riau), Padang Panjang (Sumbar), Singapura-Kuala Lumpur, Pusaran (Lampung), Waratai (Lampung), Perdasuka (Lampung), hingga menjadi 41 cabang SAS. Sekarang sudah ada 94 cabang SAS.
2. Yang pernah menjadi Ketua Umum DPP SAS sejak Konperensi SAS I di Ciloto tahun 1970 tsb adalah sebagai berikut:
  1.  Syamsulbahri Nur, 1970 – 1972
  2.  Rozali Usman (Bandung), 1972 – 1975 (dua periode)
  3.  Fakhruddin Panuh (Padang), 1975 – 1977
  4.  Amir Shambazy, November 1977 s/d November 1978
  5.  Rusdy Agus, November 1978 s/d September 1979
  6.  Armon Syam, 1979 s/d 1981
  7.  Rozali Usman, 1981 s/d 1984 
  8.  Nur Aksar, 1984 s/d 1986
  9.  Rainal Rais, 1986 s/d 1997 (5 periode)
  10.  Zulferfin Zubir, 1997 s/d 2010 (6 periode)
  11.  Zarkasyi Nurdin, 2010 s/d 2017 (2 periode)
Berdasarkan daftar tsb, sudah 10 orang semuanya yang pernah menjadi Ketum DPP SAS, Rozali Usman disebut dua kali karena tiga kali menjadi Ketum tapi tahunnya tidak berurutan. Ke- 10 Ketum tsb sudah haji; 5 orang dari persukuan Limo Panjang, 4 orang dari Limo Singkek dari seorang dari Simabur. Yang paling lama jadi Ketum DPP SAS adalah Zulherfin Zubir (13 tahun), menyusul Rainal Rais (12 tahun) dan yang ketiga Zarkasyi Nurdin pada tahun 2017 yad (Insya-Allah). 

Dalam daftar tsb, Rozali Usman juga 6 tahun, tapi dia non aktif sekitar setahun (1974 – 1975), jadi bersihnya 5 tahun. Yang paling singkat adalah Rusdy Agus, tak sampai setahun jadi Ketum DPP SAS. Rekor Zulherfin Zubir dan Rainal Rais sudah sulit dipecahkan, karena dalam AD-ART SAS yang baru ditentukan bahwa Ketum DPP SAS dipilih paling lama hanya untuk dua periode.
3. Ada keraguan bahwa Amir Shambazy dan Rusdy Agus pernah jadi Ketum DPP SAS, hingga foto keduanya tidak nampak digantungkan di Ruang Rapat Gedung DPP SAS, Jakarta. Diakui bahwa keduanya menjadi Ketum DPP SAS, pada saat terjadi krisis kepemimpinan yang parah antara tahun 1974 s/d 1979. Berkaitan dengan itu, dapat saya jelaskan secara kronologis berikut:
a. Tahun 1974, Rozali Usman menyatakan non aktif sebagai Ketum DPP SAS, akibat konflik internal di DPP SAS, sehubungan adanya beda pendapat tentang pembangunan Mesjid Raya Sulit Air yang disponsori oleh DPP SAS. Ini memerlukan uraian panjang-lebar untuk menjelaskan kronologis kejadiannya. Beda pendapat antara pemimpin yang berlanjut pada pertentangan, seperti telah diutarakan, sering berulang kali terjadi dalam sejarah kemasyarakatan Sulit Air. 

Ini noda-noda kelam sejarah yang sangat disesalkan, yang menyebabkan banyak orang trauma untuk ditunjuk menjadi pemimpin SAS. Akibatnya, Musyawarah Keluarga SAS IV tahun 1975 di Sulit Air, berlangsung sepi tidak mencapai quorum. Demi menyelamatkan institusi DPP SAS, Fakhruddin Panuh dari Padang dengan kebesaran jiwa dan tanggungjawab bersedia ditetapkan dalam Mukel SAS- IV sebagai Ketum DPP SAS periode 1975 - 1977;
b. Pada Mukel SAS- V di Sulit Air pada tahun 1977, situasi dan kondisinya pun begitu, malah sama sekali tidak ada seorang tokohpun yang bersedia ditunjuk sebagai Ketum DPP SAS. Dalam sidang Mukel SAS ke- V pada tgl 13 September 1977, dipimpin oleh Musfardi SH dari Pekan Baru dan Drs. Nasrul Kahardari Padang, yang dapat diputuskan hanya membentuk Tim Formatur Pembentukan DPP SAS 1977-1979, terdiri dari: HM Joesoef Ahmad, Mukhlis Listo, NS Dt. P. Kayo, Rizal St Dewanis dan Nabasri. Tim Formatur diberi waktu sampai tgl 14 November 1977 untuk menetapkan DPP SAS yang baru dan untuk menghindari kevakuman, sebelum DPP SAS terbentuk, Tim Formatur melakukan hak dan kewajiban sebagai “care taker” DPP SAS. 

Hanya dengan susah payah, pada masa-masa kritis itu, atas desakan Tim, Amir Shambazy bersedia menjadi Ketum DPP SAS 1977 – 1979 didampingi Rusdy Agus (ketua I), Mustafa Kemal (ketua II), Mayor Drs Djadris Djadibs (ketua III) dan Irsal Yunus (ketua IV), Mukhlis Listo (sekum), Drs. Syahril (sekretaris I), Yose Rizal (sekretaris II), Rizal St Dewanis (bendahara I), Ali Amran (bendahara II) ditambah para anggota dan dewan penasehat.
c. Kegiatan-kegiatan Ketum DPP SAS Amir Shambazy yang dapat saya catat antara lain:
1) DPP SAS membantu korban banjir di Solo;
2) Ketum DPP SAS Amir Shambazy memberikan sambutan pada buku kecil “Peringatan Setengah Abad PSA, 1925 – 1968) tanggal 20 Juli 1978;
3) Tanggal 31 Juli 1978, Ketum DPP SAS Amir Shambazy tampil dalam “Sandiwara Setengah Abad PSA” bersama rekan-rekannya Kaharuddin Saleh Bujang Sati, Jamaluddin Tambam, Yunus Taher dan Hasan Basri Taher, bertempat di Aula Poldam, Jalan Prapatan No 12, Jakarta Pusat;
4) Merestui dan membantu Reuni Senioren-senioren IPPSA dan Pembentukan Keluarga Alumni IPPSA (KA-IPPSA) tgl 8 Oktober 1978 di Hotel “Sahid Jaya” Jakarta. KA-IPPSA ini diketuai oleh Rainal Rais dan Sekjen-nya Yan Alwie.
d. November 1978, Amir Shambazy mengundurkan diri sebagai Ketum DPP SAS dan menyerahkan jabatan tsb kepada Ketua I Rusdy Agus. Dan aktivitas Rusdy Agus yang dapat saya catat sebagai pejabat Ketum DPP SAS, antara lain adalah:
1) Tgl 6 April 1979, dengan mengambil tempat di Jalan Mendawai I/41, Ketum Umum DPP SAS Rusdy Agus, didampingi Ketua I Syamsubahar Maarif, Ketua I A. Karim Saleh dan Sekjen Mukhlis Listo mengadakan kesepakatan bersama dengan Ketua Presidium KA-IPPSA Rainal Rais, didampingi Yan Alwie, Rijal Mandah Ali, Syahruddin Kasim, Bahrul Bahrony, Nazaruddin Nurdin, Ridwan Nurdin, Armon Syam dan Hisbullah J.A. Kesepakatan bersama itu menunjuk KA-IPPSA untuk menunjuk KA-IPPSA sebagai Panitya Penyelenggara Mukel SAS ke- VI pada bulan Agustus 1979 di Sulit Air. Disepati untuk menunjuk Armon Syam (yang juga Ketua SAS Petamburan dan Ketua DPD SAS DKI Jaya) sebagai Ketua Panitya Penyelenggara Mukel SAS ke- VI tsb;
2) Namun dalam surat DPP SAS No. 011/SK.IV/DPP-SAS/79, atas permintaan KA-IPPSA, ditetapkan Ketua Panitya-nya Letkol TNI-AU Ir. Syahruddin Kasim dan Ketua I-nya Mayor Inf. Armon Syam. Di balik atau latar belakang keputusan tsb, rupanya Syahruddin Kasim hendak diorbitkan menjadi Ketum DPP SAS. Namun sayang keluarganya kurang mendukung, hingga akhirnya yang terpilih sebagai Ketum DPP SAS 1979 – 1981 adalah Mayor TNI-AD Armon Syam. Jadi pada saat-saat yang gawat perwira menengah kita, mengambil alih kepemimpinan SAS!
3) Pada Mukel SAS VI bulan Agustus 1979 di Sulit Air, Ketum DPP SAS Rusdy Agus memberikan Laporan Pertanggungjawaban DPP SAS 1977-1979. Dapat saya tambahkan selama periode 1977-1979, DPP SAS juga ada menerbitkan majalah “Suara SAS”.
Photo para ketua umum yang ada di gedung DPP SAS coba didokumentasikan oleh panitia Silaturrahim Akbar korwil V DKI JABAR

4. P E N U T U P
a. Dari alur sejarah, prolog dan lahirnya SAS sebagai organisasi pemersatu bagi segenap warga perantauan Sulit Air sejak tahun 1962 dapat kita lihat betapa besarnya peranan yang telah dimainkan oleh IPPSA. Awal dari kebangkitan tsb adalah Konperensi IPPSA ke- V tahun 1962 di Yogyakarta yang meriah dan sukses. Konperensi tsb melahirkan jargon dan semangat “Sulit Air Jaya”, yang kemudian dijadikan motto majalah “Tunas Muda” dan “Konstitusi SAS 1970” (AD SAS pasal III) yang menyebutkan bahwa tujuan berdirinya SAS adalah untuk mencapai masyarakat Sulit Air dengan cara keluargaan. 

Semangat “Sulit Air Jaya” yang digelorakan oleh Konperensi IPPSA V, menginspirasi Ketua Umum DPP IPPSA Rozali Usman untuk menyatukan segenap warga Sulit Air dalam suatu organisasi tunggal berpusat di Bandung, dengan nama “Persatuan Perantau Sulit Air” (PPSA), namun macet di dalam perjalanan sejarah. Konperensi IPPSA Yogya pula dengan semangat “Sulit Air Jaya”-nya yang mendorong berdirinya JAPSA pada tahun 1963 di Jakarta dan disusul dengan berdirinya belasan perkumpulan di Yogya dan majalah-majalah khas Sulit Air serta terjadinya perpecahan besar dalam kepemimpinan Sulit Air. 

Namun kemudian DPP IPPSA Zulfikar JoesoefAhmad pada tahun 1964 mencetuskan kebulatan tekad IPPSA, berikhtiar mendamaikan kembali pemimpin-pemimpin Sulit Air, yang berujung dengan terbentuknya SAS Jakarta pada tahun 1965 dan lahirnya DPP SAS dan AD-ART SAS pada Konperensi SAS Ciloto tahun 1970, yang dibebani oleh senioren-senioren IPPSA. 

Perpecahan dan merosotnya aktivitas SAS antara tahun 1974 s/d 1979 kita lihat antara lain juga teselamatkan oleh para alumnus IPPSA melalui KA-IPPSA, yang kemudian mengambil alih kepanitiaan Mukel SAS VI tahun 1979 di Sulit Air. Kepemipinan SAS sekarang, baik di Pusat maupun Cabang, pada umumnya adalah mantan aktifist IPPSA. Kiranya angkutan muda Sulit Air sekarang dapat mengambil pelajaran dan kearifan dari sejarah masa lalu ini, agar mereka pun aktif sebagai kader-kader IPPSA untuk pada gilirannya nanti dapat menerima dengan mantap tongkat estafet kepemimpinan Sulit Air masa datang.

b. Untuk mengenang dan memperingati 104 Tahun Lahirnya SAS dan 46 Tahun DPP SAS dan Konstitusi SAS, ada baiknya kita renungkan dan resapkan kembali Proklamasi atau Deklarasi SAS, melalui Mukaddimah SAS, yang dicetuskan di Ciloto Puncak, tanggal 5 Juli 1970, yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut:
Bismillaahir Rahmaanir Rahiim
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa Sulit Air dengan luas daerahnya yang meliputi delapan puluh kilometer persegi; dengan puluhan warganya yang rata-rata memiliki inteligensia yang baik; dengan gunung-gunung, hutan rimba, lembah serta sungainya yang kaya; adalah merupakan karunia yang tidak terhingga besarnya bagi segenap warga Sulit Air.
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa warga Sulit Air itu merupakan suatu keluarga besar bagaikan pohon beringin; akarnya seluk-berseluk, pucuknya hempas-menghempas; seikat bak sirih, serumpun bak serai; sehina dan semalu.
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa warga Sulit Air itu sebagai bagian dari masyarakat Minangkabau, sangat menghormati adat istiadatnya dan kokoh kuat memeluk agama Islam.
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa sebagian besar warga perantauan Sulit Air itu hidup di tanah perantauan pada berbagai lapangan kehidupan, namun tetap mencintai masyarakat dan tanah asalnya, sebagai manifestasi kecintaan terhadap bangsa dan tanah airnya Indonesia.
Kami menginsyafi, bahwa hidup dalam suatu ikatan organisasi adalah cara terbaik bagi segenap warga Sulit Air untuk memupuk dan mengembangkan segala sifat yang baik itu dalam usahanya menuju suatu masyarakat Sulit Air yang jaya.
Maka berdasarkan hal-hal itu, dengan rahmat dan hidayat dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, kami bentuklah suatu organisasi sosial yang kami beri nama - Sulit Air Sepakat (SAS).
Ciloto Puncak, 5 Juli 1970.



  • Catatan kecil :  Bapak Hamdullah bersuku Simabur Bodi adalah sedikit dari sejarahwan & pelaku sejarah organisasi SAS dan IPPSA yang masih hidup. Beliau saksi ketika awal berdiri IPPSA dan peralihan menjadi SAS, bapak ini merupakan salah satu putra dari (Alm) H. Buya Salim Amani adalah ustad yang sering mengisi ceramah pengajan di nagari Sulit Air dulu nya. Di usia yang hampir 74 tahun (1942), karya tulisan beliau masih menghiasi jagad dunia maya. Sebelum nya juga pernah menjadi pemred majalah Tunas Muda IPPSA th 1952 dan mengisi topik berita di Suara SAS sampai saat ini. 
  • Berkat beliau lah sedikit demi sedikit kami coba rangkai lintasan sejarah nagari ini baik diperantauan maupun kejadian dikampung halaman. Pidato Soekarno menjadi rujukan kita - JAS MERAH - jangan sekali kali melupakan sejarah, dimana asal nenek moyang kita mengabdi dan tau jatidiri.
Sumber : Drs. H. Hamdullah Salim 

--- Sekian ---

Sunday, 31 July 2016

SAS sudah berusia 104 tahun (kisah keempat)

SAS baru baru ini, memaklumatkan hari jadi nagari bersama seluruh tigo tungku sajarangan
PENYUSUNAN AD-ART SAS
1. Dalam serial yg lalu disebutkan diatas dan berdasarkan penelusuran saya pada tahun 1970 ada 15 kota perantauan Sulit Air yang sudah punya perkumpulan bernama SAS. Ke-15 kota perantauan itu adalah: Padang, Pekan Baru, Medan, Tembilahan, Rengat, Teluk Kuantan, Jambi, Palembang, Betung, Palembang, Yogyakarta, Solo, Semarang, Teluk Betung dan Jakarta. Tapi saya kemudian ingat bahwa Batu Raja dan Muara Dua pada tahun 1970 tsb juga sudah punya SAS. Justru pada tahun 1969 saya selaku Ketua “Corps Da’wah Wisma Gunung Merah” Yogyakarta membawa Ustadz Drs. Sulaiman Mahmud berda’wah ke kedua kota tsb atas petunjuk yang diberikan JA Dt Bagindo Marajo, ketua SAS Teluk Betung. Pengajian-pengajian justru diadakan di Gedung Pertemuan SAS, tidak jauh jauh dari Stasiun Kereta Api Batu Raja. Dan di Muara Dua, pengajian-pengajian diberikan di mesjid yang dibangun SAS, sebagian besar jemaahnya warga Sulit Air. 

Muara Dua pada waktu itu belum dapat dikatakan kota, mandi masih di tepian sungai, seperti kita mandi di Batang Katialo, yang dipenuhi warga Sulit Air dengan segala canda dan tawanya, asyik sekali rasanya. Muara Dua waktu itu bagaikan Sulit Air kedua, Dengan adanya catatan tambahan ini, berarti sudah ada 17 SAS perantauan. Ada juga kota lain seperti Pontianak dan Magelang yang menyebut SAS, tapi jumlah warga Sulit Airnya belum cukup untuk disebut perkumpulan (minimal 12 keluarga).
2. Panitia Pelaksana Konperensi sebenarnya sudah menyampaikan undangan kepada semua SAS-SAS perantauan yang ada alamatnya. Tapi yang dapat hadir hanya 7 utusan yakni dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Teluk Betung, Palembang, Padang dan Pekan Baru. Ada satu lagi utusan yakni Ahmad Paduko Baso (kakak Ramli Paduko Sutan) dari Pontianak yang gigih mengikuti konperensi sampai selesai karena kukuh menyebut utusan SAS Pontianak, pada hal di kota tsb baru 2-3 keluarga. 

Perkumpulan warga Sulit Air di Bandung semula bernama Warsab (Warga Sulit Air Bandung), pada tgl 2 September 1962 berubah menjadi PPSA (Persatuan Perantau Sulit Air) dengan maksud untuk membentuk organisasi persatuan warga Sulit Air yang punya cabang di kota-kota lainnya. Ini terinspirasi dari kesuksesan DPP IPPSA dan IPPSA menyelenggarakan Konperensi IPPSA V, tgl 22 s/d 24 Juli 1962 di Yogyakarta. Nah, keinginan atau embrio untuk membentuk organisasi pemersatu itu memang lahir dari konperensi yang bersejarah itu, yang juga melahirkan jargon “Sulit Air Jaya”. Tapi karena prakarsa ini macet, nama PPSA kembali berubah menjadi Warsab. Pada saat berlangsung Konperensi SAS di Ciloto, oleh utusannya nama Warsab langsung diganti menjadi SAS Cabang Bandung.
Mengapa hanya ada 7 SAS perantauan yang dapat hadir, ditambah dengan dari Pontianak itu? Ini dapat dimaklumi karena semula konperensi itu memang dimaksudkan untuk membentuk DPP SAS dan AD-ART SAS. Baru kemudian akan diadakan Konperensi SAS I, yang mengundang utusan-utusan dari seluruh perantauan. Tapi sejarah berbicara lain, konperensi itu kemudian dinyatakan sebagai Konperensi SAS I. 

Sebab lain, hubungan transportasi dengan Ibukota Jakarta tidaklah semudah dan semurah sekarang. Repelita I Pemerintah Orde Baru baru dimulai (1969), pembangunan jalan raya Trans Sumatera baru dikerjakan. Hubungan jalan raya antara Tanjung Karang dengan Palembang, di mana banyak terdapat kantong-katong masyarakat perantauan Sulit Air masih sulit. Umumnya orang pada waktu itu naik KA Patas Kertapati Palembang-Tanjung Karang. Disambung naik oplet atau bus ke Panjang, baru naik kapal Panjang- Merak (sekitar 6 jam), disambung naik bus ke Jakarta. Jadi jalan yang ditempuh sekali. Naik pesawat udara, tarifnya rata-rata empat kali naik angkutan darat itu. Dan dari Jakarta ke Ciloto Puncak itu, sebagian besar peserta naik bus Jakarta-Bandung. Yang punya dan naik sedan, saya kira tidak melebihi jumlah jari di tangan. Saya sendiri datang menghadiri konperensi tsb mendampingi utusan SAS Yogyakarta yang dipimpin oleh Zainal AbidinTipo.
3. Konperensi dibuka pada Jum’at malam tanggal 3 Juli 1970 dan dihadiri oleh Wali Nagari Nasrullah Salim Dt. Polong Kayo, berisi sambutan-sambutan. Selain mengambil tempat di villa “Aida” (milik HM Joesoef Ahmad) juga menyewa sebuah ruang pertemuan, terletak tidak dari villa tsb. Hari Sabtu, membicarakan perihal kesepakatan penyatuan organisasi di dalam SAS berpusat di Jakarta sedang SAS di tempat lain merupakan cabang-cabang SAS, pembahasan anggaran dasar (AD) dan anggaran rumah tangga (ART) SAS dalam sidang-sidang komisi. 

Hari ketiga Minggu 5 Juli 1970, sebelum santap siang, dilanjutkan sidang pembahasan AD-ART SAS yang dipimpin oleh Syamsulbahri Nur. Beliau tadinya adalah Kepala Dinas Tenaga Kerja di Jambi kemudian dimutasikan ke Pontianak; lalu beralih profesi mendirikan perusahaan embarkasi muatan kapal laut (EMKL) PT. “Jasa Sukma” di Tanjung Priok. Dan Syamsulbahri berpengalaman dan aktif di dalam keorganisasian persyarikatan Muhammadiyyah.
Pembahasan yang agak lama adalah perihal dimana dan kapan SAS lahir dilahirkan? Berbagai macam pendapat yang muncul. Ada yang bilang, kalau ingin tahu tahun kelahiran SAS, pergi ke Lubuok Toreh Gando, di sana ada dicatatkan. Saya penasaran, di tahun 1973 waktu Konperensi SAS III, saya berkunjung ke Lubuok Toreh. E, ternyata benar, di suatu batu ada dituliskan kata-kata “Dilarang mandi bertelandjang disini” dan di bawahnya ada kata-kata dalam hurup besar: SAS. Tapi angka tahunnya sudah samar sekali, tidak terbaca lagi. Jelas sekali grafiti itu dibuat sesudah lahirnya SAS. 
Cabang SAS Padang berkontribusi besar dalam pergerakan organisasi ini dimasa lampau
Dalam Konperensi SAS di Ciloto itu, utusan SAS Padang gigih sekali mempertahankan bahwa SAS itu sudah ada di Padang pada tahun 1918. Maka sidang kemudian memutuskan bahwa SAS dilahirkan di Padang pada tahun 1918. Karena tidak jelas tanggalnya, maka tanggal pengesahan AD-ART SAS tgl 5 Juli 1970 sebagai hari lahirnya konstitusi SAS ditetapkan sebagai tanggal kelahirannya, hingga lengkap menjadi 5 Juli 1918. Dengan ditemukannya Prasasti Mato Ayie SAS 1912, seperti telah saya sampaikan, berubah lagi tahunnya, maka ditetapkanlah tanggal 5 Juli 1912, sebagai Hari Lahir SAS.
Pada hari ketiga tsb, yakni Minggu 5 April 1970, sebelum santap siang, semua pembahasan mengenai AD-ART SAS sudah diselesaikan, tinggal mengetik ulang hal-hal yang dikoreksi, diperbaiki bahasanya, ditambah atau dikurangi, untuk dibacakan dan disahkan di dalam sidang pleno, pada malam penutupan (closing ceremony). Dan pada siang itu juga secara aklamasi ditetapkan Syamsulbahri Nur sebagai Ketua Umum DPP SAS buat pertama kalinya dan diberi wewenang untuk melengkapi formasi dan personalia DPP SAS yang pertama itu.
4. Yang menjadi kenangan indah bagi saya dari konperensi SAS yang baru pertama kali diadakan itu, bagaimana riang gembiranya tokoh-tokoh Sulit Air dan para penggembira warga Sulit Air yang berbondong-bondong datang ke Ciloto untuk memeriahkannya. Pada hal pada masa-masa sebelumnya banyak di antara mereka yang berseteru keras, indak sabuni, termasuk para ibu-ibu, yang sudah barang tentu, mengikuti aliran kemauan suaminya masing-masing. 

Berbeda dengan masa sekarang, Ciloto Puncak di waktu itu benar-benar dingin, menggeletarkan bibir, lutut dan tulang, hingga banyak yang menggunakan jaket, jas, atau mantel. Rasa-rasa terbayang gerak langkah Ibu Aminah Amran selaku tuan rumah pemilik villa, menginspeksi kancah-kancah gulai ompuok, mencicipi gulai: -ola taraso garamnyo atau lai indak ka-asinan? Ketika selubung daun pisang dibuka, maka berhamburanlah keluar aroma harum gulai jawi pamasak kambiang, yang membuat perut para peserta semakin lapar, ingin cepat-cepat menyantapnya. Dan sewaktu acara santap siang datang, banyak yang minta tambuah, maklum hari dingin amat, membuat perut tak kunjung kenyang, menyantap menu-menu khas Sulik Ayie, racikan para ibu tsb.
5. Ada satu lagi kenangan indah saya. Waktu acara santap siang selesai, atas permintaan panitia, maka berdirilah Kaharuddin Saleh Bujang Sati, untuk mengumpulkan derma dari para peserta yang akan disumbangkan kepada nagari Sulit Air. Sebagaimana biasa, kalau Bujang Sati yang berbicara, orang-orang tentu terdiam dan senang mendengar ucapan dan kelakarnya. Beliau seorang orator ala Sulit Air yang luar biasa, banyak yang terngaga dan tetawa mendengar obrolannya. Beliau memancing agar banyak orang memberikan sumbangan untuk membangun. 

Di masa itu, karena merasa gengsi dan malu disentil Bujang Sati di hadapan orang ramai, disebutkan saja angka sumbangan yang besar, pada hal belum tentu ada kemampuan untuk membayarnya nanti. Bujang Sati yang berpengalaman dengan hal tsb, ketika ada yang mengangkat dan berteriak:
“Bujang Sati, tolong catat, ambo duo ratui ribu!"
Mendengar teriakan tsb Bujang Sati tersenyum dan mungkin karena sekedar ingin berkelakar memanaskan , dijawabnya teriakan tsb: “Indak usah duo ratui ribu. Saratuih ribu jadi………tapi kini!” Orang tsb, Ramli Paduko Sutan jadi tersinggung dan merah mukanya dan dibalasnya: “Itu manyingguong namo e ma Bujang. Gorah kudo indak topek di forum resmi sarupo. Jadi pamimpin harus mampu mengendalikan emosi!”
Suasana jadi tegang dan hening, menanti apa gerangan yang hendak dikatakan Bujang Sati. Bujang Sati tetap tenang dan senyum, dijawabnya santai: “Paduko Sutan, siapo nan emosi? Kalau emosi tontu ambo indak bisa tasonyum, muko sirah, co la liek ongku-ongku sakalian, bukankah muko ambo jonieh, indak ado tando-tando sadang emosi?”. Ucapan Bujang Sati disambut tepuk tangan oleh hadirin, suasana yang tegang kembali mencair, tergelak-gelak kembali, termasuk Ramli Paduko Sutan dari Bandung. (Bersambung)

Sumber: H. Drs. Hamdullah Salim